Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi kekeringan (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Degradasi lahan merupakan proses penurunan produktivitas lahan yang bersifat sementara atau tetap. Lahan yang terdegradasi kerap disebut lahan tidak produktif, kritis, atau lahan terlantar. 

Sementara, kekeringan adalah suatu kondisi saat ketersediaan air jauh di bawah kebutuhan hidup dalam berbagai sektor, mulai dari ekonomi, pertanian, hingga lingkungan. Keduanya merupakan fenomena alam yang cukup merugikan bagi keberlangsungan hidup manusia.

Akibat dua fenomena tersebut, tanggal 17 Juni diperingati sebagai Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia atau The World Day to Combat Desertification and Drought. Berikut ini sejarah, tujuan, dan cara memperingatinya.

1. Sejarah Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia

Ilustrasi lahan sawah mengalami kekeringan. (ANTARA FOTO/Jojon)

Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia atau The World Day to Combat Desertification and Drought pertama kali dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1994 berdasarkan Resolusi Sidang Umum PBB No. A/RES/49/115.

Degradasi lahan dan kekeringan merupakan ancaman nyata yang terjadi di dunia dan mengancam kehidupan manusia. Dilansir UNCCD, 23 persen lahan di dunia sudah tidak produktif, dan sisanya berubah, serta banyak dimanfaatkan untuk pertanian.

2. Tujuan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia

Ilustrasi kekeringan di wilayah NTB (Antara Foto)

Degradasi lahan dan kekeringan ini berdampak cukup buruk bagi kehidupan manusia. Untuk itu, PBB menetapkan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia yang diperingati setiap 17 Juni. Tujuan peringatan ini adalah:

  • Meningkatkan kesadaran publik tentang masalah lahan kritis yang terjadi akibat kekeringan dan degradasi lahan
  • Memberi informasi kepada masyarakat bahwa masalah lahan kritis bisa diatasi secara efektif dengan solusi tertentu. Faktor utama keberhasilan solusi ini terletak pada partisipasi dan kerja sama seluruh lapisan masyarakat
  • Memperkuat implementasi Konvensi PBB dalam memerangi desertifikasi (penggurunan) di beberapa negara yang mengalami kekeringan/desertifikasi serius, khususnya di Afrika.

3. Penyebab degradasi lahan dan kekeringan

Ilustrasi sawah mengalami kekeringan. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Degradasi lahan disebabkan oleh beberapa fenomena yang dilakukan manusia. Sedangkan, kekeringan terjadi akibat perubahan fenomena alam yang terjadi di dunia. Berikut ini penyebab degradasi lahan dan kekeringan.

Penyebab degradasi lahan

  • Pembersihan lahan, seperti tebang habis dan deforestasi,
  • Hilangnya nutrisi tanah secara permanen akibat praktik pertanian yang kurang baik,
  • Penggembalaan hewan berlebih,
  • Irigasi yang tidak baik dan pengambilan air tanah berlebih,
  • Rebakan kota dan pembangunan usaha komersial,
  • Kontaminasi tanah,
  • Pertambangan,
  • Aktivitas olahraga seperti berkendara off-road,
  • Perluasan lahan yang menabrak habitat hewan liar,
  • Pembajakan tanah berlebihan (erosi mekanis),
  • Pertanian monokultur, dan
  • Pembuangan sampah non-biodegradable seperti plastik.

Penyebab kekeringan

  • Curah hujan rendah,
  • Global warming,
  • Minim daerah resapan,
  • Letak geografis yang tepat di bawah garis katulistiwa, dan
  • Kerusakan hidrologis.

4. Cara memperingati Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia

Apel kesiapsiagaan dan reboisasi oleh BPBD Jatim. Dok. BPBD Jatim.

Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan saat peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia. Peringatan ini biasanya diadakan untuk mengembalikan lahan yang kritis akibat degradasi lahan atau kekeringan.

Kegiatan yang bisa dilakukan adalah melakukan reboisasi, seminar, atau membuat kampanye agar selalu menjaga bumi kita. Kegiatan ini dapat membuat bumi kita tetap asri dan lestari.

Itu dia sejarah, tujuan, penyebab, dan cara memperingati Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia. Yuk, jaga bumi kita bersama-sama!

Editorial Team