Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penulis (Pexels.com/ LinkedIn Sales Navigator:)
ilustrasi penulis (Pexels.com/ LinkedIn Sales Navigator:)

Aktivitas yang menjadi penulis jalur non fiksi adalah menjadi penulis artikel. Saat ini, selain menampilkan hasil kerja wartawan tetap, banyak media atau platform online yang memberi wadah untuk menampung hasil tulisan para penulis lepas.  Ada yang menjadi penulis lepas karena faktor hobi namun tak sedikit yang menjadikannya sebagai sumber pendapatan.

Apa pun motivasinya, ada suka dan duka yang dialami oleh para penulis artikel sebagaimana juga yang dirasakan pelaku profesi lain. Beberapa momen yang kadang membuat penulis artikel sedih bahkan jengkel antara lain seperti di bawah ini.

1. Tak kunjung mendapat ide

ilustrasi mencari ide (Pexels.com/ Andrea Piacquadio:)

Adakalanya seorang penulis artikel duduk berjam-jam di depan laptop namun tak menghasilkan satu artikel pun. Sama sekali tak terpikir ide untuk memulainya. Jika pun ada, tak serta merta bisa mengeksekusinya dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti belum menemukan referensi yang valid, merasa tidak familier dengan topik dan lain-lain.

Jika kamu mengalami hal ini, ada baiknya kamu mengambil jeda. Mungkin dengan memberi break pada dirimu sendiri, kamu justru menjadi fresh dan menemukan inspirasi untuk menulis. Kamu tak harus berpaku pada ide tulisan yang terkesan berat yang justru menghalangi kreativitas kamu.

Ide artikel bisa datang dari mana saja,  termasuk dari orang-orang dan situasi di sekitar kamu. Bahkan kamu juga bisa menjadikan pengalaman pribadi kamu sebagai ide.

2. Artikel dipending

ilustrasi editor (Pexels.com/ Foto oleh Anete Lusina)

Tidak hanya hubungan cinta yang digantung yang bisa membuat senewen, artikel yang dikirim ke platform namun tak ada kejelasan nasib pun cukup membuat nyesek. Walaupun penolakan memang tetap terasa tidak enak, namun tetap lebih baik daripada menunggu dalam ketidakjelasan. Kamu  menjadi sulit menentukan apa yang akan kamu lakukan dengan artikel kamu yang setia bertengger di kolom pending.

Agar kamu tak sering mengalami kekecewaan, pilihlah media bereputasi baik yang memberi feedback terhadap tulisan yang masuk. Penolakan yang disertai argumentasi masuk akal tentu merupakan pelajaran berharga yang akan membuat kemampuan menulis kamu menjadi lebih baik.

Tetapi  kamu sebaiknya juga realistis, bahwa semakin besar suatu media kemungkinan jumlah kontributornya pun besar dan editornya pun harus bekerja keras memeriksa tulisan yang masuk. Kamu perlu menyediakan stok sabar menunggu hasil review artikel kamu. Namun, kamu pun berhak membuat batasan untuk diri kamu sendiri, berapa lama kamu menoleransi artikel kamu di-pending.

Jika tak ada persyaratan di awal bahwa semua artikel yang masuk tak boleh ditarik sebelum ada review, tak ada salahnya kamu menarik artikel kamu yang sudah terlalu lama di-pending dan mengirimkannya ke platform lain. Siapa tahu artikel kamu berjodoh di tempat lain. Sebaiknya kirim email pemberitahuan bahwa kamu menarik artikel. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.  Namun, kamu perlu membaca dan mempelajari kembali ketentuan yang berlaku di masing-masing platform ya!

3. Kehilangan konsep

ilustrasi orang menulis (Pexes.com/ Vlada Karpovich:

Tak jarang penulis mendapat ide di tengah kesibukan hal lain dan segera menuliskannya. Namun karena terburu-buru, bisa saja lupa menyimpan hasil tulisan sementara atau konsep dan mematikan perangkat tanpa memeriksa peringatan adanya dokumen yang belum disimpan. Bahkan ada saja ketidaksengajaan lain yang membuat tulisan kamu terhapus tanpa jejak.

Agar kamu tak sering menyesal berkepanjangan karena kehilangan konsep artikel, cobalah untuk membuat pengaturan autosave pada perangkat kamu.  Ini lumayan membantu kamu agar bisa menemukan kembali konsep artikel untuk kamu lanjutkan menuliskannya di lain waktu.

Jika kamu lebih senang menuliskannya langsung di platform, jangan lupa memanfaatkan menu simpan ke draft agar konsep artikel kamu tak hilang.

4. Tak menemukan ilustrasi yang tepat

ilustrasi mencari gambar (Pexels.com/ Lisa)

Untuk mendukung penampilan artikel, diperlukan adanya gambar atau foto untuk mengilustrasikan isi tulisan. Walau ada banyak website penyedia gambar atau foto gratis namun seringkali tak mudah mendapatkan gambar atau foto yang benar-benar pas sebagai ilustrasi tulisan.

Jangan salah, kadang-kadang mencari gambar ilustrasi lebih banyak menghabiskan waktu dibanding menuliskan isi tulisan loh.

Jangan terlalu keras kepada dirimu dan berhentilah menjadi terlalu perfeksionis. Ingatlah yang terpenting adalah pembaca memahami dan mendapatkan manfaat dari tulisan kamu. Pilihlah gambar atau foto  yang cocok walau tak selalu seratus persen sesuai maumu.

5. Tulisan diplagiasi

ilustrasi orang menulis (Pexels.com/ Karolina Grabowska:)

Pernah gak sih kamu menemukan tulisan kamu di sebuah platform tanpa merasa mengirimkannya ke sana? Padahal artikel kamu itu sudah dimuat di platform tempat kamu mengirimkannya. Ini artinya artikel kamu sudah diplagiasi.

Kamu tentu kesal, artikel yang kamu tulis susah payah namun diambil begitu saja oleh plagiat. Jika kamu mengalami hal itu, kamu bisa melaporkannya ke platform tersebut dan menunjukkan bukti bahwa kamu adalah penulis aslinya. Tanggal pemuatan artikel kamu tentu lebih dahulu dari si plagiat kan? kalau tanggal pemuatan si plagiat lebih dahulu, berarti artikel kamu dicuri sebelum kamu kirimkan.

Kalau ini terjadi, kamu harus waspada, artinya orang tersebut punya akses ke perangkat kamu. Cobalah untuk lebih hati-hati dan melakukan tindakan preventif agar tak ada orang yang bisa mengambil artikel kamu, misalnya dengan tidak sering meninggalkan perangkat kamu dalam kondisi tidak terkunci.

Tetapi kamu jangan terburu-buru menilai sebuah artikel sebagai sebuah hasil plagiasi ya, karena bisa saja seseorang hanya terinspirasi oleh tulisan kamu. Namun tentu saja artikel tersebut tidak akan sama persis dan gaya tulisan pun sesuai dengan gaya masing-masing. Kamu juga tentunya sering kan terinspirasi oleh tulisan orang lain dan menuliskannya kembali dalam versi kamu sendiri. Jadi, bijaklah dalam membuat penilaian tentang plagiasi.

Nah, yang mana yang pernah kamu alami? Atau jangan-jangan kamu pernah mengalami semua kejadian di atas? Tetap semangat dan jangan berhenti menulis, kamu tak pernah tahu tulisan kamu bisa saja sangat membantu orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team