Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Kerja Kelompok Gak Selalu Bikin Pembelajaran Jadi Kondusif

ilustrasi kerja kelompok bersemangat (pexels.com/fauxels)

Pembelajaran kondusif adalah kondisi pembelajaran yang tenang, tertib dan mencapai hasil sesuai harapan. Seringkali guru menerapkan kerja kelompok dengan harapan pembelajaran kondusif juga bisa tercapai. Faktanya, para siswa belum menerapkan belajar dengan metode kerja kelompok secara ideal. 

Jadi, apa penyebab kerja kelompok belum bisa membuat kegiatan pembelajaran kondusif? Yuk, simak ulasan berikut!

1. Belum memahami prinsip kolaborasi

ilustrasi kelompok belajar berdiskusi (pexels.com/fauxels)

Kebanyakan kerja kelompok yang diterapkan oleh siswa di sekolah belum memenuhi prinsip kolaborasi. Jadi, wajar saja jika kerja kelompok siswa tak selalu memenuhi ekspektasi guru. 

Prinsip kolaborasi yang sering terlupakan saat menerapkan kerja kelompok adalah kejelasan peran setiap anggota. Di saat potensi setiap anggota tidak dimanfaatka untuk menyelesaikan tugas, kerja kelompok terasa hambar dan jadi ajang kumpul-kumpul tidak jelas. 

2. Tidak dilatih bekerja sama dengan benar

ilustrasi kerja individu di meja yang sama (pexels.com/fauxels)

Seringkali kerja kelompok tidak dibimbing secara intens oleh guru. Siswa diminta untuk  berinisiasi sendiri tanpa panduan yang lengkap. 

Untuk berhasil dalam kerja kelompok, siswa perlu berlatih sesuai dengan arahan guru. Dalam hal ini, guru mengecek apakah unsur-unsur terbentuknya kolaborasi sudah dipenuhi. 

3. Kerja individu dianggap lebih menyenangkan dan cepat selesai

ilustrasi bekerja sendiri (pexels.com/Mikhail Nilov)

Masih banyak siswa yang suka kerja individual dalam menyelesaikan tugas. Dampaknya, tugas kelompok adalah tugas yang dikerjakan satu orang atau hanya segelintir anggota. 

Terlalu dini jika guru langsung menilai hasil tugas dari kerja kelompok. Sebaiknya, nilailah aktivitas kerja sama yang telah diterapkan siswa. 

4. Komposisi anggota kelompok tidak diperhatikan

ilustrasi mahasiswa berbeda suku dan ras (pexels.com/Monstera)

Dalam sebuah kelompok, setiap anggota memiliki karakteristik masing-masing. Tujuannya, untuk saling mendukung lewat peran berbeda-beda saat menyelesaikan tugas atau proyek.

Hanya saja sejauh ini, hal itu kurang diperhatikan guru dalam membentuk kelompok. Seharusnya, satu kelompok memiliki tipe anggota berbeda-beda seperti tipe eksekutor, planner, enabler,  konseptor, dan lain-lain.

5. Pola penilaian yang belum tepat

ilustrasi guru dan murid di kelas (pexels.com/Max Fischer)

Bisa dibilang, penilaian kerja kelompok memang serba salah jika masih belum memenuhi idealita. Jika memberi penilaian berbeda untuk semua anggota, itu terdengar tidak adil padahal tugasnya dikerjakan secara berkelompok.

Sebaliknya, jika diberikan penilaian yang sama, siswa yang aktif hanya segelintir orang dan itu juga dianggap tidak adil. Ya, seharusnya siswa bisa menyesuaikan kapan dia melakukan kerja individu dan kapan dia harus berkompromi dengan tim dalam mengerjakan tugas. 

Tapi, kerja kelompok tetaplah metode yang bagus diterapkan dalam pembelajaran siswa asalkan guru mendampingi dengan sabar. Tekankan perbedaan yang kontras antara kerja tim dan kerja individu dalam belajar. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Uswatun Niswi
EditorUswatun Niswi
Follow Us