Gunung menjadi salah satu objek yang ingin dikunjungi oleh sebagian dari kita. Maka, pendakian menjadi cara agar bisa menikmati perjalanan menuju ke puncak gunung. Meski tak mudah, semua rasa lelah akan terbayar jika kita berhasil sampai di bagian tertinggi dari sebuah gunung.
Berbicara soal gunung kita tidak akan membahas bagaimana cara aman mendaki gunung. Kali ini kita akan cari tahu makna dari lima peribahasa yang memakai kata gunung. Daripada penasaran langsung disimak saja ya!
Coba lihat gambar berikut ini. Kita bisa lihat ada banyak sekali koin yang ada dalam sebuah wadah kaca. Bahkan, saking banyaknya sampai-sampai meluber ke meja. Mungkin saja orang yang punya koin sebanyak ini rajin menyisihkan uangnya untuk ditabung.
Di awal menabung jumlahnya masih sedikit. Lambat laun jumlahnya makin banyak dan terus bertambah. Keadaan ini sama seperti peribahasa sekepal jadi gunung, setitik jadi laut. Artinya, dari yang awalnya sedikit menjadi banyak.
Saat ditunjuk sebagai eksekutor tendangan penalti, ada beragam perasaan yang dirasakan oleh seorang pemain. Dia bisa jadi tegang atau bahkan justru bersikap tenang saat harus berhadapan satu lawan satu dengan kiper lawan.
Kadang kala, sikap tegang seorang pemain membuatnya tergesa-gesa dalam mengeksekusi penalti. Akibatnya, bisa saja tembakannya ditepis atau melambung tinggi di atas mistar gawang.
Kegagalan ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan bersikap tenang. Hal tersebut sesuai dengan peribahasa tak akan lari gunung dikejar, hilang kabut tampaklah dia yang bermakna jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu.
Bagi yang saat ini sedang jomlo mungkin sedang bertanya-tanya tentang keberadaan jodoh masing-masing. Pertanyaan seputar di mana sang pujaan hati berada sampai kapan dipertemukan oleh si dia pun menyeruak dalam pikiran.
Daripada meributkan hal tersebut terus menerus sampai lewah pikir (overthinking), lebih baik kita ingat peribahasa satu ini, yakni ikan di laut, asam di gunung, bertemu dalam belanga. Sejauh apa pun kita dengan jodoh nantinya akan dipertemukan juga.
Ketika kita sudah memegang satu prinsip atau tujuan yang ingin dicapai ada saja gangguan yang datang. Entah itu bentuknya cemooh orang lain atau iming-iming tertentu yang berupaya memaksa kita meninggalkan apa yang sudah kita teguhkan dalam hati.
Jika kita teguh pendirian maka godaan atau gangguan yang ada di sekitar bukanlah penghalang. Ini persis seperti peribahasa walau seribu anjing menyalak, gunung tak akan runtuh.
Nasib orang yang ada di foto sungguh malang. Bermaksud untuk bermain skateboard bersama teman-teman sekaligus meningkatkan kemampuan justru malah mendapati papan skate miliknya rusak. Alhasil, ia pun harus gigit jari lantaran hal tersebut.
Terkadang, niat baik yang kita hendaki belum tentu berbuah kebaikan pada kita. Persis seperti peribahasa niat di hati memeluk gunung, sudah terpeluk biawak celaka. Tapi, meski mendapat kemalangan jangan sampai membuat kita patah semangat ya. Ingat, kurang beruntung di hari ini bukan berarti akan berlanjut di hari-hari berikutnya.
Kelima peribahasa tadi setidaknya bisa memberi gambaran bahwa hidup manusia itu penuh warna. Lika-likunya tercermin dalam peribahasa-peribahasa yang baru saja kita simak. Jadi, jangan sampai dilupakan ya!