Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Kata Bahasa Indonesia yang Alami Penyempitan Makna di Media Sosial 

ilustrasi biji kopi (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Selain mengalami perluasan makna atau generalisasi, sebuah kata juga bisa mengalami penyemitan makna, lho. Istilah penyempitan makna ini biasa disebut sebagai spesialisasi. Sama seperti perluasan makna, penyempitan makna sebuah kata bahasa Indonesia juga dipengaruhi beberapa faktor.

Di media sosial kita sering kali menjumpai penyempitan makna kata namun, sering gak menyadarinya. Memangnya, apa saja sih kata bahasa Indonesia yang mengalami penyempitan makna di media sosial yang dimaksud? Intip sama-sama daftarnya di bawah ini.

1.Hijab

ilustrasi hijab (pixabay.com/Endho)
ilustrasi hijab (pixabay.com/Endho)

Media sosial menjadi tempat kita untuk bersosialisasi secara online. Gak jarang kita menemukan banyak wanita yang tampil cantik dengan menggunakan hijab. Ngomong-ngomong soal hijab, ada penyempitan makna pada penggunannya di media sosial, nih.

Hijab dulu bermakna sebagai kain penutup muka dan tubuh. Karena mengalami penyempitan makna, kata ‘hijab’ kini punya arti kain penutup kepala bagi perempuan muslim.

2.Kafein

ilustrasi kafein (pexels.com/Arshad Sutar)
ilustrasi kafein (pexels.com/Arshad Sutar)

Hayo, apa yang di pikiran kamu saat mendengar kata kafein? Pasti gak bakal jauh-jauh dari kopi, bukan? Tapi, tau gak sih? Buat pemikiran yang mengira kafein adalah kopi adalah sebuah bentuk nyata bahwa kata ‘kafein’ telah mengalami penyempitan makna.

Mulanya, kafein punya arti zat yang terdapat pada biji kopi dan daun teh. Namun, seperti yang kita bahas tadi, kafein telah mengalami penyempitan makna sebagai seduhan kopi.

3.Nongkrong

ilustrasi nongkrong (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi nongkrong (pexels.com/Kampus Production)

Coba deh tanya kepada orang tua kamu tentang apa maksud kata ‘nongkrong’ sesuai pemahaman mereka. Bisa ditebak jawabannya gak akan jauh-jauh dari kegiatan yang dilakukan seseorang hanya dengan duduk-duduk tanpa bekerja.

Pasti kaget dong mengingat di media sosial atau pengertian ‘nongkrong’ yang kita ketahui bukan seperti itu.

Yup, benar sekali. Kata ‘nongkrong’ telah mengalami penyempitan makna dan diartikan sebagai duduk berkumpul dan bercengkerama dengan teman sebaya di sebuah tempat, bisa di warung hingga kafe. Karena faktor media sosial akhirnya kata ini mengalami penyempitan makna.

4.Akhlak

ilustrasi akhlak (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi akhlak (pexels.com/RODNAE Productions)

Kadang suka kaget gak sih mendengar celotehan anak kecil yang sedang duduk sambil bermain HP dan keluar kalimat ‘dasar gak ada akhlak’ dari mulutnya.

Kata ‘akhlak’ dulu bermakna budi pekerti atau kelakukan baik’. Namun karena adanya penyempitan makna di media sosial, kata ‘akhlak’ sekarang  mengacu pada sopan santun.

Jadi, bisa disimpulkan kalimat yang dilontarkan oleh anak kecil tadi telah dipengaruhi penyempitan makna kata bahasa Indonesia. Tanpa disadari kita juga sering memaknai kata ‘akhlak’ sebagai pengganti kata sopan santun, bukan?

5.Pengikut

ilustrasi pengikut (pixabay.com/Alexas Fotos)
ilustrasi pengikut (pixabay.com/Alexas Fotos)

Kalau kata yang satu ini sih jelas sudah gak asing lagi, ya? Kata ‘pengikut’ di media sosial didefinisikan sebagai sebutan untuk orang yang mengikuti akun media sosial kita. Dulunya, kata ‘pengikut’ terbatas hanya dimaknai sebagai penganut atau peserta. Nah, karena perkembangan bahasa Indonesia, justru kata ‘pengikut’ mengalami penyempitan makna, nih.

Padahal dulu kata tersebut kadang kerap digunakan untuk menyebut seseorang yang mengikuti ajaran tertentu. Namun, belakangan begitu mendengar kata ‘pengikut’ pikiran kita langsung teringat akan pengikut di media sosial khusunya Instagram atau Twitter.

6.Gamis

ilustrasi gamis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pasti gak nyangka deh kalau awalnya kata ‘gamis’ punya arti kemeja panjang. Benar sekali, bestie. Mulanya, gamis memang digunakan untuk menyebut kemeja panjang yang kerap dipakai oleh kaum laki-laki, semacam mirip jubah begitu, lho.

Namun, karena kata ‘gamis’ mengalami penyempitan makna di media sosial, kini arti gamis berubah menjadi gaun panjang yang dikenakan oleh perempuan, umumnya dikenakan oleh perempuan yang mengenakan hijab. Bahkan, kalau kamu sedang membuka online shop atau market place pasti akan menemukan beberapa gamis yang dipajang di etalase, bukan?

Meski mengalami penyempitan makna, baik makna sebelum atau makna sesudah masih bisa digunakan untuk menjelaskan arti dari beberapa kata di atas, kok. Namun, penyempitan ini terjadi karena penggunaan di media sosial saja.

Semoga informasi tentang penyempitan makna kata bahasa Indonesia di atas bisa memberi masukan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi kamu, ya!

 

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us