Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pembelajar dewasa (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi pembelajar dewasa (pexels.com/RDNE Stock project)

Problem-Based Learning (PBL) alias pembelajaran berbasis masalah sebenarnya metode yang keren banget. Gimana gak? Dengan PBL, siswa diajak buat berpikir kritis, memecahkan masalah nyata, dan belajar secara mandiri. Tapi, sayangnya, PBL gak selalu berjalan sesuai rencana. 

Ada aja yang bikin metode ini gagal total di kelas, mulai dari siswa yang bingung harus mulai dari mana, sampai suasana kelas yang jadi datar dan gak produktif. Nah, biar kamu bisa menghindari hal-hal yang bikin PBL gak efektif, yuk kita bahas tujuh kesalahan yang sering dilakukan pengajar saat menerapkan metode ini.

1. Masalah yang diberikan terlalu abstrak atau gak relevan

ilustrasi pembelajar dewasa aktif di kelas (pexels.com/Mikhail Nilov)

Salah satu inti dari PBL adalah siswa diajak menyelesaikan masalah. Tapi kalau masalahnya terlalu abstrak, gak jelas, atau gak nyambung dengan kehidupan sehari-hari siswa, mereka pasti bakal bingung dan jadi gak tertarik.  

Contohnya, kalau lagi bahas ekosistem, jangan cuma bilang, 'Bagaimana caranya menjaga keseimbangan ekosistem?' Itu terlalu luas dan membingungkan.

Lebih baik gunakan masalah spesifik, seperti 'Desa X menghadapi penurunan populasi ikan di sungainya. Bagaimana solusinya?' Masalah yang relevan dan konkret bikin siswa lebih mudah memahami konteks dan semangat untuk mencari solusinya.  

2. Siswa gak diberi panduan yang jelas di awal

ilustrasi pembelajar dewasa (pexels.com/Yan Krukau)

Banyak pengajar berpikir kalau PBL itu artinya siswa harus dibiarkan mandiri sepenuhnya. Padahal, tanpa panduan yang jelas, siswa malah bisa tersesat dan gak tahu harus mulai dari mana.  

Misalnya, kamu ngasih tugas PBL tanpa menjelaskan langkah-langkah yang harus mereka lakukan. Alhasil, siswa jadi kebingungan, diskusinya ngalor-ngidul, dan hasil akhirnya gak sesuai harapan.

Tipsnya? Berikan panduan awal yang jelas. Misalnya, jelaskan tujuan pembelajaran, langkah-langkah menyelesaikan masalah, dan sumber apa saja yang bisa mereka gunakan. Setelah itu, barulah kamu beri mereka kebebasan untuk eksplorasi.

3. Peran guru terlalu dominan

ilustrasi berdiskusi dengan teman (pexels.com/Yan Krukau)

PBL adalah tentang siswa yang aktif belajar, bukan pengajar yang sibuk menjelaskan. Kalau kamu terlalu mendominasi prosesnya seperti terlalu banyak memberikan jawaban atau arahan, siswa jadi gak punya kesempatan untuk berpikir kritis.  

Sebagai pengajar, peranmu adalah fasilitator, bukan pengarah utama. Cukup bantu mereka tetap on track dan ajukan pertanyaan-pertanyaan pemantik, seperti, Kenapa kalian memilih solusi ini? Atau apa ada alternatif lain yang bisa dipertimbangkan?

4. Kelompok yang dibentuk gak seimbang

ilustrasi berdiskusi dengan teman (pexels.com/Ludovic Delot)

PBL sering kali melibatkan kerja kelompok. Tapi kalau pembagian kelompoknya gak seimbang, misalnya ada satu siswa yang mendominasi dan lainnya cuma jadi penonton, maka proses belajarnya jadi gak efektif.  

Pastikan tiap kelompok punya anggota dengan kemampuan dan minat yang beragam. Jangan lupa juga pantau dinamika kelompoknya. Kalau ada siswa yang terlalu pasif atau malah terlalu dominan, coba intervensi dengan cara yang halus.

5. Gak memberikan waktu yang cukup untuk proses PBL

ilustrasi mengajar menggunakan teknologi (pexels.com/Yan Krukau)

PBL itu butuh waktu. Kalau kamu berharap siswa bisa menyelesaikan masalah kompleks dalam satu atau dua jam pelajaran, hasilnya pasti gak optimal. Siswa butuh waktu untuk memahami masalah, mendiskusikan ide, mencari solusi, dan mempresentasikan hasilnya. 

Kalau waktu yang kamu berikan terlalu mepet, mereka malah jadi terburu-buru dan gak maksimal. Idealnya, berikan waktu yang cukup di setiap tahap proses PBL, dari perencanaan sampai evaluasi. Kalau perlu, gunakan beberapa sesi pelajaran untuk menyelesaikan satu masalah.

6. Evaluasi yang hanya fokus pada jawaban akhir

ilustrasi mengajar orang dewasa (pexels.com/Kampus Production)

Salah satu kesalahan terbesar dalam PBL adalah terlalu fokus pada hasil akhir. Padahal, proses adalah bagian paling penting dari metode ini. Misalnya, siswa mungkin punya solusi yang kurang sempurna, tapi selama prosesnya mereka menunjukkan pemikiran kritis, kerja sama, dan kreativitas, itu tetap harus dihargai. 

Jangan cuma menilai apakah jawaban mereka benar atau salah, tapi juga evaluasi proses mereka menemukan solusi. Jangan lupa berikan umpan balik yang konstruktif.

7. Gak menyediakan refleksi di akhir proses

ilustrasi mengajar di kelas (pexels.com/Mikhail Nilov)

Setelah PBL selesai, beberapa pengajar langsung lanjut ke materi berikutnya tanpa memberikan kesempatan siswa untuk refleksi. Padahal, refleksi adalah bagian penting dari pembelajaran. Ajak siswa untuk merenungkan apa yang sudah mereka pelajari, apa yang berhasil, dan apa yang bisa dan perlu diperbaiki. 

Refleksi ini gak cuma membantu siswa memahami pembelajaran secara mendalam, tapi juga membentuk kebiasaan berpikir kritis yang akan berguna bagi mereka di masa depan.  

PBL itu penting banget karena melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Mereka gak cuma belajar teori, tapi juga cara menerapkannya dalam situasi nyata.

Namun, seperti yang kita bahas tadi, ada banyak tantangan dalam menerapkan PBL. Mulai dari siswa yang kurang terbiasa dengan metode ini, sampai pengajar yang masih bingung bagaimana memfasilitasi prosesnya.  

Nah, dengan perencanaan yang matang, panduan yang jelas, dan fokus pada proses, PBL bisa jadi metode yang gak cuma seru, tapi juga sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa. Jadi, yuk, mulai praktikkan PBL dengan cara yang lebih tepat dan maksimal di kelasmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team