Ada banyak banget kriteria ditetapkan sebelum memilih kampus, biasanya: gedung kampusnya keren ga sih? Akreditasi kampusnya apa? Jurusannya ada ga yang cocok? Terus biayanya murah ga? Mungkin bagi teman-teman dengan kondisi keuangan relatif berada, pertanyaan terakhir yang ungkapkan tidak terlalu berpengaruh, namun berbeda bagi teman-teman yang mengalami kondisi keuangan pas-pasan, dan itu yang saya alami.
Sebelum saya masuk ke UIN Bandung, ada beberapa kriteria kampus yang saya canangkan, pertama harus kampus negeri, harganya murah tapi ga murahan, dan berbasis Islam. Setelah saya telaah dari berbagai kampus, akhirnya jatuhlah pilihan di kampus UIN (Universitas Islam Negeri). Mengapa kampus UIN, nggak langsung UIN Bandung? Soalnya kampus UIN itu ada banyak. Dari mulai UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sampai UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang. Belum lagi ada beberapa UIN juga di luar pulau Jawa seperti UIN Alauddin (Makassar) dan juga UIN Sultan Syarif Kasim (Riau). Kurang lebih ada 11 UIN, 25 IAIN (Institut Agama Islam Negeri) dan 19 STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) di Indonesia. Cukup banyak juga, 'kan?
Dari puluhan kampus berbasis Islam tersebut ada tiga kampus yang saya ikuti tesnya, pertama UIN Sunan Gunung Djati Bandung melalui ujian tulis internal kampus, kedua UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui ujian tulis internal, serta UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta melalui SNMPTN. Dari ketiga kampus tersebut, alhamdulillah diterima di kampus UIN Bandung & UIN Jakarta, tapi karena relatif lebih dekat dengan tempat asal (Purwakarta), akhirnya pilihan berlabuh pada UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Itulah pengalaman saya pada saat mencari kampus dulu, lalu apa sih uniknya UIN Bandung? Dan apa yang membekas di hati saya mengenai UIN Bandung? Berikut akan saya lampirkan beberapa hal yang sangat unik terkait UIN Bandung, bahkan bisa jadi hal ini cuma ada di UIN Bandung saja.