8 Novel Bertema Toxic Relationship dan KDRT

Tema hubungan toksik semakin sering diangkat dalam kisah fiksi. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental, tuntutan terhadap hubungan yang sehat membuat KDRT dan marital rape tak lagi tabu untuk dibicarakan. Lebih komprehensif sekaligus kurang depresif dibandingkan berita kekerasan dalam dunia nyata, fiksi membantu masyarakat memahami indikator red flags dalam hubungan romansa.
Beberapa pengarang mahir menguliti hubungan romantis toksik. Melalui buku-buku di bawah ini, pembaca dapat mempelajari sinyal bahaya dalam diri seorang pasangan. Tak harus menanti peristiwa buruk terjadi untuk tahu kapan waktunya mengundurkan diri. Cinta yang indah hanya dapat terwujud selama sebuah hubungan tidak membahayakan diri sendiri.
1. It Ends with Us (Colleen Hoover)

It Ends with Us menceritakan pernikahan toksik antara Lily dan Ryle. Layaknya kisah cinta sempurna, kedua pihak terlihat serasi dari luar. Lily dan Ryle sama-sama rupawan dan sukses. Kisah romansa mereka dipenuhi peristiwa-peristiwa manis.
Memasuki pernikahan memungkinkan Lily melihat sisi gelap Ryle yang terabaikan selama menjalani indahnya masa pacaran. Keretakan kisah cinta mereka berlangsung perlahan dan berkesinambungan. It Ends with Us menggambarkan dengan apik kebimbangan perempuan meninggalkan potret semu stabilitas rumah tangga demi kebebasan dan rasa aman.
2. Minoel (Ken Terate)

Kontras dengan judul sebelumnya, karakter utama dalam novel ini adalah perempuan muda yang dideskripsikan miskin, bodoh, dan cacat. Minoel kesulitan mencintai diri sendiri. Ketika Akang mengaku mencintainya, Minoel yang haus kasih sayang seketika membuka diri dan sukarela menerima kekerasan supaya Akang tidak pergi.
Gaslighting dan grooming dalam novel ini digambarkan secara komprehensif dan bereskalasi sesuai porsi. Perlakuan kasar Akang secara realistis tidak muncul tiba-tiba. Sebagaimana dalam kehidupan nyata, hubungan toksik dimulai dengan memonopoli korban dari teman-teman serta merenggut hobi yang disukai. Melalui kepala Minoel, pembaca dibuat berduka, murka, dan putus asa oleh Minoel yang senantiasa tawar-menawar dengan cinta sekaligus bahaya.
3. Tea for Two (Clara Ng)

Tea for Two menunjukkan rumah tangga toksik diawali dengan sikap controlling dan manipulatif dari pihak dominan kepada pihak lemah. Menuntut untuk tunduk dan takluk pada preferensi orang lain dengan mengabaikan kebutuhan sendiri bukan tindakan cinta. Dalam Tea for Two, Sassy mengalami semua itu dari suaminya.
Novel ini dapat membuat pembaca berpikir sebelum menyuruh orang lain menikah. Pernikahan, layaknya berbagai jenis institusi, menyembunyikan rahasia. Dari Tea for Two, kita belajar bahwa perkawinan mahal sepasang pengantin rupawan bukan indikator ikatan romantis ideal. Sebuah hubungan yang sehat tidak perlu memamerkan kemewahan, cukup memberi jaminan rasa aman.
4. Catatan Cinta yang Berantakan (Catherine Tihar)
Meski bukan horor, novel ini menakutkan karena merupakan kisah cinta nyata penulisnya. Judul buku ini tercermin sempurna dalam setiap lembar cerita. Jatuh hati membutuhkan keberanian, dan Catherine menemukan cara untuk bangkit setiap jatuh berkali-kali.
Mengambil tokoh-tokoh dari kehidupan nyata, kompleksitas kekerasan dalam novel ini begitu beragam. Kekerasan fisik, perundungan psikis, pengabaian, pengkhianatan, hingga penipuan menorehkan luka pada perjalanan pernikahan Catherine. Catatan Cinta yang Berantakan mengajarkan, meski cinta manusia tidak bertahan selamanya, kasih sayang Tuhan tidak pernah lekang usia.
5. Big Little Lies (Liane Moriarty)

Mengisahkan rumah tangga Madeline, Celeste, dan Jane, Big Little Lies mengangkat isu KDRT yang tersembunyi dari permukaan. Korban memiliki sahabat-sahabat baik. Memiliki anak kecil. Juga memiliki suami yang bertanggung jawab secara finansial. Tak ada yang menduga korban menjalani kehidupan bagai mimpi buruk di rumah.
Big Little Lies mewakili kisah banyak korban KDRT di dunia nyata. Para korban yang menanggung siksaan dengan taruhan nyawa. Para korban yang terpaksa mempertahankan rumah tangga akibat rasa takut terhadap stigma, atas ketergantungan finansial, dan keengganan menghadapi proses hukum. Dalam dunia patriarki, Big Little Lies menggambarkan para korban yang didoktrin untuk merasa malu terhadap perceraian, alih-alih merasa takut terhadap kekerasan.
6. 7 Tahun Kegelapan (Jeong You-Jeong)

Gelap, sadis, dan berbahaya, 7 Tahun Kegelapan menantang keyakinan tradisional yang memandang pernikahan dan lelaki kaya tampan sebagai solusi masalah hidup perempuan. Diceritakan sebagai plot sampingan, kekerasan fisik yang dilakukan karakter Yeong-je kepada setiap anggota keluarganya dapat membuat pembaca muak dan murka. Pernikahan tidak otomatis mendatangkan kebahagiaan. Dan suami kaya tampan bukan jaminan terhadap rasa aman.
Isu domestik dalam 7 Tahun Kegelapan dapat membuat fanatik cinderella syndrome berpikir berkali-kali sebelum menerima pinangan seorang pangeran. Setiap rumah tangga memiliki rahasia yang hanya diketahui oleh anggota keluarga di dalamnya. Novel ini sekaligus dapat menjawab penasaran di balik alasan seorang wanita sukarela meninggalkan pria yang terlihat memiliki segalanya.
7. Behind Closed Doors (B. A. Paris)

Novel ini membawa kekerasan fisik domestik ke arah yang tidak biasa. Tidak ada pukulan berdarah-darah. Tidak ada memar misterius pada kulit. Namun, istri dalam cerita ini, Grace, senantiasa hidup ketakutan dalam naungan suaminya.
Behind Closed Doors adalah angin segar bagi pembaca thriller yang tidak nyaman dengan deskripsi gore. Novel ini sekaligus menawarkan sudut pandang baru bagi genre KDRT fisik. B. A. Paris menggambarkan dengan elegan bahwa kehidupan yang terlihat sempurna dari pintu yang terbuka menyimpan cela yang hanya bisa dilihat dari balik pintu yang tertutup rapat.
8. The Resort (Sarah Goodwin)

Berbeda dengan judul lain dalam artikel ini, kekerasan dalam The Resort berlangsung tanpa adanya kontinuitas. Tak ada pukulan atau tendangan berulang-ulang. Kekerasan rumah tangga dalam novel ini terdiri atas penipuan sistematis dan gaslighting yang rapi sekaligus mengerikan.
Kekerasan dalam rumah tangga memiliki banyak wajah dan rupa. Satu persamaan mutlak di antara semuanya adalah tidak adanya rasa aman dari korban. Hubungan romantis toksik selalu mengandung ketimpangan kekuasaan kedua pihak yang terlibat di dalamnya. Dari novel-novel di atas, pembaca dapat belajar mengenali ciri-ciri pasangan potensial buruk, supaya peristiwa berbahaya dapat dihindari.