Untuk Mahasiswa Baru, Ini 4 Hal yang Akan Kamu Temui di Jurusan Sosiologi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika melihat pengumuman hasil SNMPTN yang baru saja keluar, saya turut merasakan euforia seperti para calon mahasiswa baru lainnya–meskipun saya sudah lulus 2 tahun lalu. Tulisan ini merupakan salah satu bentuk euforia saya dan semoga bisa memberi manfaat bagi adik-adik, calon mahasiswa baru, khususnya yang memilih jurusan Sosiologi.
1. Bersiaplah melakukan tugas penelitian lapangan
Awal mula saya memilih jurusan sosiologi saat baru lulus SMA adalah sosiologi saya anggap sebagai mata pelajaran yang mudah, selain itu saya juga senang dengan pelajaran hafalan ketimbang hitungan. Perkiraan saya tentang sosiologi itu perlahan tergoyahkan ketika saya sudah duduk di bangku kuliah.
Ketika menginjak semester awal tugas yang menanti cukup mudah seperti: meresensi buku, menjawab pertanyaan dari dosen, dan diskusi ringan. Tapi, ketika mulai menginjak semester pertengahan, bersiaplah dengan tugas-tugas lapangan seperti penelitian. Jurusan sosiologi memang menuntut kita untuk meneliti gejala-gejala yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan namanya sosiologi yang tersusun dari dua kata dalam bahasa Yunani: socius dan logos. Socius artinya kawanan atau kelompok dan logos artinya pengetahuan.
Tujuan adanya penelitian ini agar para mahasiswa sosiologi bisa melakukan identifikasi tentang suatu gejala yang ada di masyarakat dan hasil penelitianya, diharapkan, bisa menjadi rujukan bagi berbagai pihak. Saya ambil contoh tentang gejala kecanduan masyarakat terhadap gim berbasis Android. Dalam penelitian tersebut mahasiswa sosiologi diharapkan bisa mengidentifikasi penyebab kecanduan tersebut, melihat dampaknya kepada si pecandu dan orang sekitarnya, dan memberikan saran dan solusi.
Mungkin Jurusan Sosiologi terdengar berat, khususnya bagi kalian yang pemalu karena harus bertatap muka dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Saya sarankan jangan takut dahulu, justru jurusan ini sesuai untuk kamu, khususnya bagi yang memiliki sifat pemalu berlebihan, untuk melatih keberanian kalian. Selain itu dengan memilih jurusan ini kalian bisa mengenal banyak orang.
2. Sosiologi membuatmu mengenal beragam teori
Auguste Comte (1798-1857), salah satu tokoh sosiologi, pernah berujar bahwa sosiologi adalah induk ilmu pengetahuan sosial. Perkataan tokoh penemu istilah sosiologi ini ada benarnya. Ketika saya menginjak semester pertama hanya ada tiga pemikiran tokoh sosiologi yang wajib dipelajari: Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber. Lambat laun teori yang harus kami pelajari semakin bertambah, bahkan tidak hanya teori tokoh-tokoh sosiologi saja yang wajib dipelajari, kami juga harus sedikit banyak memahami teori psikoanalisis (Sigmund Freud), teori media (Jean Baudrillard), filsafat, dan lainya. Tidak heran kajian sosiologi sering beririsan dengn kajian ilmu sosial lainya.
Editor’s picks
Banyaknya teori dalam sosilogi bukan bermaksud agar mahasiswanya hanya mahir seputar teori, dan hanya menggunakan teori sebagai pemanis ketika ngobrol dengan lawan diskusi. Teori-teori tersebut berguna untuk menunjang para mahasiswa sosiologi ketika melakukan penelitian. Misalnya, masih dengan contoh yang sama seputar kecanduan gim, salah satu fungsi teori adalah untuk menentukan fokus penelitian kita. Jika kita fokus pada dampak kecanduan gim terhadap subjek penelitian kita bisa menggunakan teori psikoanalisis untuk menunjang penelitian kita, kalau fokus kita soal penyebab kecanduanya kita bisa menggunakan teori media, dan masih banyak lagi.
3. Memilih Jurusan Sosiologi berarti harus cinta dengan buku
Sebenarnya tidak hanya Sosiologi saja, semua jurusan idealnya menuntut para mahasiswanya gemar membaca buku. Jadikan buku sebagai sahabat paling dekat dan membaca harus menjadi kebiasaan, ketika kalian memutuskan memilih jurusan sosiologi atau apapun. Pentingnya membaca buku ini karena ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, terus berkembang seiring berjalanya waktu. ilmu sosial berkembang begitu pesat karena ilmu ini sejalan dengan kondisi masyarakat yang selalu dinamis; dahulu masyarakat belum mengenal gadget, hampir semua obrolan dan interaksi dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi sekarang orang bisa saling berinteraksi secara real time meskipun dipisahkan jarak yang jauh dengan bantuan teknologi.
Jadi bagi pembaca, khususnya para calon mahasiswa baru, hilangkan stigma bahwa membaca buku itu kebiasaan orang cupu dan tidak gaul, karena sejatinya seorang mahasiswa tidak boleh alergi dengan buku dan membaca. Lebih baik mana, menjadi anak gaul yang alergi buku tapi kesulitan mengerjakan skripsi, atau menjadi kutu buku tapi mudah mengerjakan skripsi dan tugas? Kalau saya sih memilih tetap menjadi orang yang mudah bergaul, tapi doyan membaca buku. Hahahaha.
4. Membantumu mengasah empati
Hal ini masih terkait dengan poin pertama soal tugas penelitian yang akan dihadapi para mahasiswa sosiologi. Ketika melakukan penelitian di lapangan, para mahasiswa sosiologi akan berhapadan dengan orang dengan beragam latar belakang ekonomi, budaya, dan sosial. Hal ini menuntut para mahasiswa sosiologi agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat sekitar agar mudah diterima dan mudah mendapat data yang diperlukan.
Saya ingin bercerita tentang pengalaman saya melakukan penelitan lapangan. Sewaktu saya kuliah ada salah satu mata kuliah yang wajib diambil: masalah kemiskinan. Saat itu dosen saya, Pak Pambudi (semoga Beliau sehat selalu dan membaca tulisan ini), membagi mahasiswanya ke dalam kelompok kecil yang anggotanya sekitar 5-6 orang untuk diterjunkan langsung ke kawasan pinggiran Surabaya. Tugas mata kuliah tersebut tidak hanya menuntut para mahasiswanya untuk menyusun laporan penelitian saja, tapi juga terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan subjek penelitian.
Saat itu saya di tempatkan di kawasan Ampel, Surabaya. Subjek penelitian kelompok saya adalah seorang penjual makanan sekaligus tukang sampah. Singkatnya, selama satu minggu, saya beserta anggota kelompok turut membantu subjek penelitian berjualan dari pagi sampai sore hari, dan malamnya dilanjutkan mengangkuti sampah warga sampai pukul 2 dini hari. Dari kegiatan penelitian tersebut, saya semakin bersyukur memilih jurusan ini karena sosiologi bukan hanya soal mempelajari teori masyarakat, tapi sebaliknya sosiologi menuntut para mahasiswanya praktik langsung ke lapangan, menumbuhkan rasa empati, dan turut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang kurang beruntung.
Itulah hal-hal yang akan ditemukan mahasiswa baru di Jurusan Sosiologi. Jadi, apakah kamu tertarik mempelajarinya?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.