Kampanye body positivity awalnya dimaksudkan untuk memberi ruang bagi semua bentuk tubuh agar dihargai dan diterima tanpa standar kecantikan yang sempit. Media sosial menjadi salah satu kanal utama untuk menyuarakan semangat tersebut karena sifatnya yang masif dan mudah diakses banyak orang. Namun, dalam praktiknya, semangat itu tidak selalu berhasil diterapkan dengan konsisten.
Banyak unggahan yang justru berbalik memperkuat standar tubuh tertentu meskipun dibungkus dengan pesan penerimaan diri. Tidak sedikit juga yang menyalahgunakan narasi body positivity untuk mendapat validasi semu. Alih-alih membuat orang merasa lebih nyaman dengan dirinya, konten semacam itu justru menumbuhkan tekanan dan perbandingan sosial yang tak sehat. Berikut lima alasan mengapa kampanye body positivity sering gagal diterapkan secara jujur dan menyeluruh di media sosial.