Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Daerah Minang memiliki ragam bahasa yang unik, tak terkecuali kata-kata yang mereka jadikan sebagai panggilan pada keluarga. Walaupun sebagian dari mereka juga memakai kata sapaan dalam bahasa Indonesia, tapi tentu saja, sapaan khas Minang masih harus dilestarikan.
Apa saja yang biasa sapaan dalam bahasa Minang? Yuk, simak ulasan berikut!
1. Orangtua laki-laki
Irwansyah dan sang buah hati (instagram.com/irwansyah_15) Masyarakat Minang biasanya memanggil orangtua laki-laki dengan sebutan abak, apak, dan apa. Untuk abak dan apak, semakin ke sini, pemakaiannya semakin jarang. Orang-orang cenderung lebih suka memakai apa agar terdengar lebih dekat. Perbandingannya seperti papa kalau dalam bahasa Indonesia. Ini juga sama halnya seperti dalam bahasa Korea yang memakai abeoji untuk bahasa formal dan appa untuk informal.
Terlepas dari itu, tak sedikit pula orang yang memakai sapaan ayah, papa, dan lain sebagainya. Hal ini terjadi akibat semakin banyak penduduk Minang yang merantau sehingga mengikuti perkembangan dari luar.
2. Orangtua perempuan
Bunga Citra Lestari dan sang buah hati (instagram.com/bclsinclair) Ciri khas Minang untuk memanggil orangtua perempuan yaitu amak, mandeh, dan ama. Seperti pada orangtua laki-laki, panggilan amak dan mandeh perlahan juga semakin memudar dan digantikan oleh kepopuleran sapaan ama. Lalu, ada pula panggilan-panggilan lain, seperti ibu, bunda, mama, dan lain-lain.
Pada sapaan mandeh, anak-anak Minang zaman sekarang lebih sering memakainya untuk memanggil saudara perempuan dari orangtua atau perempuan paruh baya tanpa hubungan kekerabatan. Pemakaiannya pun dipangkas hingga menjadi andeh saja.
Baca Juga: 8 Kosakata dalam Bahasa Jambi yang Masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia
3. Kakak perempuan
Nikita Willy bersama sang adik (instagram.com/nonawilly16) Sapaan pada kakak perempuan cukup variatif, mulai dari akak, uni, elok, incim, teta, teti, ayang, one, onang, dan katangah. Yang paling umum dipakai adalah akak dan uni. Katangah dipakai untuk memanggil istri dari kakak laki-laki.
Untuk panggilan-panggilan lainnya, biasanya itu terbentuk menjadi seperti gelar seseorang. Misalnya, jika seseorang dipanggil one oleh pihak keluarga, warga kampung lainnya juga akan memanggil dengan sebutan itu. Bahkan, konteksnya tidak lagi seperti sapaan pada kakak, tetapi orang-orang yang sebaya dengan anak si one ini pun turut memakai panggilan tersebut.
4. Kakak laki-laki
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Sohwa Halilintar dan Atta Halilintar (instagram.com/attahalilintar) Untuk kakak laki-laki, sapaan yang dipakai uda dan abang. Khusus daerah Pariaman, terdapat sapaan khas, yaitu ajo. Masyarakat Minang juga sering memberi gelar pada seseorang berdasarkan ciri-ciri fisik, misalnya uniang (kuning) untuk yang berkulit kuning langsat dan utiah (untuk yang berkulit putih).
Pemakaian uda dan ajo kadang dipersingkat dan dipasangkan dengan ujung nama yang dimodifikasi agar lebih mudah disebutkan, contohnya Uda Lukman menjadi Da Lup yang berasal dari Luk dan Ajo Arun menjadi Jo Yun yang berasal dari Run.
5. Menantu laki-laki
Krisdayanti, Aurel Hermansyah, Atta Halilintar, dan Yuni Shara (instagram.com/attahalilintar) Bagi laki-laki yang sudah beristri, biasanya mereka dipanggil dengan gelar tertentu oleh pihak keluarga istri. Akan terdengar tidak sopan jika mertua atau ipar memanggil mereka hanya dengan memakai nama. Gelar yang dipakai, di antaranya sutan, sidi, bagindo, marah, katiak, malin, dsb. Gelar ini tidak ditentukan sembarangan, tapi diambil berdasarkan keturunan.
Berbeda dengan daerah-daerah lain yang menentukan gelar dari keturunan keluarga ibu, Kota Padang dan Pariaman menentukannya berdasarkan gelar ayah. Khusus di Pariaman, hanya terdapat tiga gelar, yaitu sutan, sidi, dan bagindo.
6. Paman
ilustrasi paman (pexels.com/Sharon McCutcheon) Ada dua panggilan umum untuk paman, yaitu apak dan mamak. Apak biasanya dipakai untuk paman dari bako atau pihak keluarga ayah, sedangkan mamak mengindikasikan paman dari pihak ibu. Mamak biasanya sering disandingkan dengan gelar berdasarkan ciri fisik mereka, seperti mak uniang, mak utiah, mak itam, mak inggi (tinggi), dan lain sebagainya.
Mamak juga dipakai untuk memanggil laki-laki paruh baya yang sekampung meski tanpa hubungan kekerabatan. Jadi, harus pintar-pintar mengenali warga kampung sendiri dan jangan sampai keceplosan memanggil apak atau pak pada mereka.
Baca Juga: Beda Tipis, 12 Kosakata Bahasa Jepang Ini Mirip Bahasa Korea