TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Buku tentang Hubungan Ibu dan Anak Perempuan, Tidak Selalu Harmonis

Tensi dan konflik antar keduanya itu nyata

buku memoar Jennette McCurdy, I'm Glad My Mom Died (instagram.com/simonbooks)

Ibu dan anak perempuannya sering dipotret sebagai duo tak terpisahkan. Kompak, harmonis, dan saling mengerti adalah stigma yang melekat pada hubungan keduanya. Padahal dalam kehidupan nyata, tidak semua orang mengalami hal yang sesempurna itu. Sebagian ibu dan anak perempuan bisa saja berkonflik atau bersitegang. 

Hal ini diungkap pula lewat penelitian terapis sekaligus penulis bernama Rosjke Hasseldine di beberapa negara, baik yang masih memegang kuat tatanan patriarki maupun yang telah menganut kesetaraan gender. Tulisannya, "Uncovering the Root Cause of Mother-Daughter Conflict", yang dipublikasikan American Counseling Association merangkum bahwa kebanyakan konflik antara ibu dan anak perempuan terjadi karena konstruksi sosial, tepatnya tekanan dan represi dari luar. 

Ini membuat perempuan yang akhirnya menjadi ibu tidak mampu mengekspresikan apa yang ia inginkan. Akibatnya, mereka sering menggunakan pendekatan pasif-agresif, seperti menyindir dan guilt-trip, kepada anak-anaknya.

Bisa juga seorang ibu yang dikekang sejak muda tidak bisa menerima, bahkan iri terhadap perubahan yang membuat anak perempuan mereka punya lebih banyak pilihan pada era sekarang. Anak perempuan juga cenderung diharapkan untuk mengabdi kepada keluarga. Kontras dengan anak laki-laki yang dibebaskan berkarier tinggi-tinggi.  

Hubungan ibu dan anak perempuan ternyata cukup sering diangkat dalam berbagai produk budaya, termasuk dalam karya sastra. Coba baca yuk, buat memperluas wawasan dan mempertajam empatimu. 

1. I'm Glad My Mom Died

buku memoar Jennette McCurdy, I'm Glad My Mom Died (instagram.com/simonbooks)

Contoh nyata pertama dari hubungan ibu dan anak perempuan yang tidak melulu harmonis diutarakan aktris Jennette McCurdy dalam memoarnya yang berjudul I'm Glad My Mom Died. Sesuai judulnya, ini adalah pengalaman McCurdy menemukan apa yang ia inginkan untuk pertama kalinya setelah sang ibu meninggal. 

Selama ini, McCurdy hanya berusaha membuat sang ibu bahagia dengan memenuhi ambisi-ambisi sang mendiang yang ingin anaknya jadi bintang. Beragam batasan dan aturan untuk tampil cantik ia lakoni sampai akhirnya berdampak besar pada kesehatan mentalnya. Semua diejawantahkan lewat memoar laris ini. 

Baca Juga: 6 Rekomendasi Buku Klasik Karya George Orwell dari Novel hingga Memoar

2. Crying in H Mart 

buku memoar Michelle Zauner, Crying in H Mart (instagram.com/picadorbooks)

Crying in H Mart merupakan memoar laris karya musisi Michelle Zauner yang dikenal dengan moniker Japanese Breakfast. Ia lahir dari orangtua Korea yang menetap di Amerika Serikat. Tipikal orangtua Asia pada umumnya, sang ibu menaruh harapan besar pada Zauner dan membuatnya ingin lepas dari identitas Asianya. 

Sampai pada usia 25, ibu Zauner didiagnosis mengidap kanker dan membuat keduanya berusaha memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang. Ini buku yang dengan sempurna mendeskripsikan love-hate relationship antara ibu dan anak perempuannya. 

3. Concerning My Daughter 

novel Concerning My Daughter (instagram.com/picadorbooks)

Kurang suka dengan memoar? Kamu bisa kok mencoba novel tentang hubungan ibu dan anak perempuannya yang berjudul Concerning My Daughter. Novel berlatarkan Korea Selatan ini mengikuti sudut pandang seorang ibu yang dengan senang hati menerima anak perempuannya kembali tinggal bersama di rumah mereka setelah bertahun-tahun merantau. 

Namun, ternyata sang anak tidak bisa memenuhi ekspektasi sang ibu. Baik dari segi karier dan percintaan. Lewat pengalaman ini, ia pun dipaksa merevisi esensi menjadi ibu dan perempuan yang selama ini ia pegang teguh. 

4. Eleanor Oliphant is Completely Fine 

Valeria Lipovetsky dan buku Eleanor Oliphant is Completely Fine (instagram.com/valerialipovetsky)

Eleanor Oliphant adalah perempuan muda dengan karier stabil dan hidup yang tampak normal. Namun, terkadang ia harus menghadapi panggilan tak terduga dari sang ibu yang sering kali membuatnya merasa tidak berguna dan tak berdaya. 

Hubungannya dengan sosok ibu ini jadi salah satu dari beberapa aspek kesehatan mental dan relasi sosial di era modern yang diangkat Gail Honeyman dalam novel ini. Genrenya dramedi atau drama komedi, dengan twist mencengangkan dan akhir yang memuaskan. Gak heran kalau novel ini termasuk bestseller. 

Baca Juga: 5 Novel Bahasa Indonesia Tersedih dan Menguras Air Mata, Wajib Baca!

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya