TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Peribahasa Menarik dengan Kata 'Buluh', Gambarkan Karakter Orang

Jangan emosi, lihat dulu apa yang diperebutkan

ilustrasi memikul bambu (pexels.com/Berthold Grünhagen)

Belajar tentang arti peribahasa selalu menarik karena penggunaan kata-katanya yang unik. Maknanya sering kali mengajarkan tentang watak manusia dan nasihat untuk menjalani kehidupan. Nah, kali ini kamu bisa menambah wawasan mengenai peribahasa dengan kata 'buluh'.

Buluh sendiri berarti bambu. Setidaknya ada tujuh peribahasa yang menggunakan kata ini dan bisa diambil hikmahnya. Yuk, disimak dan ikuti arti peribahasa yang baik serta tinggalkan, jika maknanya negatif.

1. Bagai dekan di bawah pangkal buluh

ilustrasi berbisik (pexels.com/Felicity Tai)

Peribahasa ini menggambarkan orang yang mampu menyimpan rahasia, baik rahasianya sendiri maupun rahasia orang lain yang dipercayakan padanya. Secara umum, bisa menjaga rahasia memang sifat yang utama. Akan tetapi, perlu juga kamu mengkritisi terkait isi rahasia tersebut.

Sebab bila semua rahasia disimpan rapat-rapat, boleh jadi itu justru berakibat buruk. Misalnya, rahasia bahwa seseorang telah melakukan kejahatan dan kamu menjadi saksi kunci. Untuk kasus seperti ini, kamu wajib membeberkannya pada pihak yang berwajib agar pelaku ditangkap dan kejahatan serupa tak terjadi lagi.

Terlalu banyak merahasiakan bagian-bagian dari kehidupan sendiri juga akan meningkatkan kecemasan dan rasa stresmu. Kamu terlalu ingin tidak terlihat oleh orang lain, tetapi berujung pada rendahnya kemampuanmu dalam berbagi unek-unek. Kalau kamu harus menyimpan rahasia, pastikan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

2. Berebut buluh tamiang hanyut, tangan luka buluh tamiang tak dapat

ilustrasi kena pukul (pexels.com/Julia Larson)

Ketika kamu memperebutkan sesuatu dengan orang lain, jangan sampai lepas kendali dan hanya memperturutkan emosi yang terus meninggi. Bisa-bisa kamu gak akan mendapatkan apa-apa seperti arti peribahasa ini. Padahal, baik dirimu maupun lawanmu sama-sama telah terluka atau menanggung kerugian yang tak sedikit.

Ukurlah nilai dari sesuatu yang diperebutkan dibandingkan dampak dari memperebutkannya dengan orang lain. Awalnya, sesuatu itu boleh jadi amat berharga. Namun setelah perebutan sengit yang menimbulkan banyak kerugian, nilai sesuatu yang diperebutkan menjadi mengecil.

Segera sudahi perebutan di antara kalian. Kalaupun kamu mendapatkannya, penderitaanmu tetap lebih besar. Atau, sesuatu yang dijadikan rebutan selamanya gak bisa dimiliki oleh kalian berdua meski hubunganmu dengannya telanjur rusak.

Baca Juga: 5 Peribahasa dengan Kata 'Kayu', Ajarkan Perbedaan

3. Berebut buluh, tamiang belah

ilustrasi berebut jaket (pexels.com/cottonbro studio)

Kali ini perebutannya memang tak sampai membuat kamu dan lawanmu babak belur atau rugi banyak. Hanya saja, sesuatu yang diperebutkan tidak berharga. Hal-hal remeh saja dijadikan tarik-menarik sampai kalian cekcok.

Padahal, kamu bisa membelinya sendiri atau mendapatkannya dengan cara lain. Berhati-hatilah dengan keinginan ego untuk selalu menang dari orang lain. Itu dapat membuatmu gak lagi berpikir jernih tentang nilai dari sesuatu yang diperebutkan dan hanya ingin mengalahkan lawanmu.

4. Melekatkan kersik ke buluh

ilustrasi lelah bekerja (pexels.com/Karolina Grabowska)

Peribahasa ini bermakna dirimu melakukan pekerjaan dengan susah payah, tetapi sia-sia. Apa yang bisa membuat pekerjaan sesulit itu menjadi sia-sia? Bisa jadi karena sikapmu yang kurang berhati-hati saat menerima tawaran kerja sama.

Kamu terlampau antusias dan percaya saja pada orang yang mengajak bekerja sama. Dengan segera, dirimu mengerjakan bagian-bagian tugasmu yang gak mudah. Harapannya, tanggung jawabmu lekas ditunaikan, sehingga kamu pun cepat memperoleh hasilnya.

Sayangnya, ternyata orang itu tidak menunjukkan kesungguhan yang sama denganmu. Bahkan tawaran kerja samanya tak lebih dari aksi tipu-tipu. Meski kamu sudah bekerja keras, keringatmu tak terbayar sepeser pun.

5. Gelegar buluh

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Sangeet Rao)

Gelegar buluh merujuk pada orang yang suka banyak cakap, tetapi tidak berisi. Ada dua tipe orang dengan sifat ini. Pertama, orang yang perkataannya melebihi kenyataannya.

Seperti ia mengaku sebagai orang sukses, tetapi ternyata malah masih menganggur. Tipe kedua ialah orang yang selalu mengkritik apa saja seakan-akan dirinya ahli di berbagai bidang. Padahal, dia juga gak mampu memberikan masukan yang jitu untuk menangani masalah.

Peribahasa ini mirip dengan tong kosong nyaring bunyinya. Maka kamu gak boleh begitu saja memercayai ucapan orang lain. Walau terdengar mengesankan, belum tentu isinya benar atau penting.

6. Menebas buluh serumpun

ilustrasi masalah keluarga (pexels.com/Monstera)

Menebas buluh serumpun bermakna merusak nama baik keluarga. Bukan cuma nama baik satu orang yang menjadi tercemar oleh perbuatannya, melainkan seluruh anggota keluarga. Misalnya, ketika seseorang melakukan perbuatan kriminal.

Walaupun ia telah mendapatkan sanksi hukum, keluarga besarnya pasti tetap terkena getahnya. Masyarakat di sekitar belum tentu mampu membedakan antara perbuatan individu dengan sifat baik saudara-saudaranya. Terkadang, keluarga sampai diusir dan dilarang tinggal lagi di lingkungan tersebut.

Ini sebabnya kamu wajib menjaga perilakumu jika dirimu benar-benar menyayangi keluarga. Perbuatanmu yang buruk juga bisa merugikan mereka. Jangan egois dengan hanya memikirkan kepentingan-kepentinganmu.

Baca Juga: 11 Peribahasa dengan Kata 'Hujan' dan Maknanya

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya