TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal Merugikan saat Kita Terbiasa Menyia-nyiakan Makanan

Destruktif banget dampaknya, lho!

(Pexels.com/Magda Ehlers)

Kita mengerti bahwa makanan sangat penting bagi keberlangsungan hidup kita. Namun, banyak yang tidak sadar bahwa ketika kita makan atau jajan dan kita menyisakan makanan tersebut, dampak buruk akan terjadi. Dampak dari makanan yang tidak kita habiskan itu destruktif banget, lho!

Jika satu orang tidak sadar bahwa menyisakan makanan itu berdampak buruk, bagaimana dampaknya jika ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan orang dalam sebuah kota yang memiliki kebiasaan menyisakan makananannya?

Menurut Economist Intelligence Unit, seperti yang diwartakan oleh Jakarta Globe pada tahun 2017 lalu, Indonesia adalah penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Posisi Indonesia itu berada di bawah Arab Saudi. Dalam satu tahun, diperkirakan orang Indonesia membuang makanan sebanyak 300 kilogram!

Inilah lima hal merugikan dari dampak kebiasaan kita membuang-buang atau menyia-nyiakan makanan.

1. Saat kita menyia-nyiakan makanan, kita menyia-nyiakan air

(Pexels.com/Karolina Grabowska)

Semua makanan yang kita makan berasal dari tanaman dan hewan. Para petani dan peternak merawat tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi semua umat manusia di bumi dengan perawatan yang intensif.

Para peternak merawat hewan ternak mereka untuk menyediakan nutrisi protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Perawatan tanaman dan hewan ternak menggunakan air supaya tetap mendapatkan hasil maksimal. Bahan makanan yang bakal kita makan menjadi bagus dan tetap bergizi. Jadi, ketika kita menyisakan makanan seperti sayur, biji-bijian, atau daging, secara tidak langsung kita telah menyia-nyiakan air.

Padahal, di sisi lain, masih banyak orang di beberapa wilayah di Nusantara ini yang kadang kekurangan air. Mereka rela menempuh perjalanan beberapa kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih.

Perlu diketahui bahwa 70 persen air tawar yang digunakan di bumi ini digunakan untuk merawat tanaman dan hewan ternak. Kita rugi banget jika menyisakan makanan kita.

Baca Juga: Daripada Mubazir, 5 Cara Mengurangi Sampah Makanan 

2. Makanan yang kita sisakan menimbulkan gas metana yang lebih berbahaya dibandikan dengan karbon dioksida

(Pexels.com/Tom Fisk)

Jika kita menyisakan makanan, secara otomatis akan menimbulkan limbah dan sampah makanan. Perlu disadari bahwa sampah makanan tersebut akan dibawa ke tempat pembuangan akhir dan di sana akan terurai.

Namun, sampah makanan yang terurai itu akan melepaskan gas metana. Gas metana dari sisa makanan itu, menurut Food Sustainability, akan memiliki daya yang jauh lebih merusak daripada karbon dioksida. Hal itu disebabkan metana 21 kali lebih merusak.

Sekitar 11 persen dari semua emisi gas rumah kaca yang berasal dari sistem pangan dapat dikurangi jika kita berhenti membuang-buang makanan. Di Amerika Serikat, makanan yang hilang (food loss) atau terbuang (food waste) menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 37 juta mobil.

Saat kita terus-menerus menyisakan makanan kita, kita akan semakin berperan penting dalam krisis iklim dan pemanasan global saat ini yang telah mengkhawatirkan bumi kita.

3. Menghasilkan sampah makanan berarti membuang bahan bakar

(Pexels.com/Nicolas Veithen)

Semua sistem pertanian, baik dari negara maju maupun negara berpenghasilan rendah, menggunakan bahan bakar fosil untuk menopang produksinya. Bedanya, jika negara maju menggunakan peralatan modern, negara berpenghasilan rendah menggunakan peralatan yang lebih sederhana.

Meski begitu, peralatan seperti traktor, kendaraan petani, dan kendaraan untuk mengangkut hasil panen tanaman dan daging untuk diantarkan ke produsen makanan jelas membutuhkan bahan bakar fosil tersebut.

Jika kita menyia-nyiakan makanan, itu artinya kita secara percuma telah membuang-buang bahan bakar. Padahal, selama ini sebagian bahan bakar tersebut adalah bahan bakar yang tak dapat diperbarui.

Selain itu, bahan bakar seperti solar, bensin, dan oli untuk mesin juga berdampak pada polusi udara yang memiliki pengaruh terhadap kerusakan bumi. Polusi kemudian berkolaborasi dengan gas metana dari sampah makanan yang kita hasilkan dan menjadi racun mematikan bagi alam.

4. Gaya hidup mubazir makanan berarti merusak keanekaragaman hayati

(Pexels.com/Pok Rie)

Dampak lain dari kebiasaan menyisakan makanan dan menghasilkan sampah makanan adalah kita akan ikut berperan penting dalam merusak keanekaragaman hayati. Mengapa itu bisa terjadi?

Setiap lahan pertanian, perkebunan atau peternakan yang dibuka, butuh tanah yang luas. Alasannya, produsen bahan makanan ingin terus meningkatkan hasil produksinya. Ketika lahan pertanian, perkebunan, atau peternakan semakin luas dibutuhkan, hutan akan terus dirambah.

Sebagai contoh, perusahaan peternakan membutuhkan lahan rumput yang luas dan mereka akan membuka lahan baru yang sebelumnya adalah hutan. Meski banyak makanan pengganti, rumput masih diyakini akan menjadikan daging ternak lebih berkualitas baik.

Lahan yang tadinya adalah hutan kaya tanaman akan menjadi lahan dengan tanaman tunggal rumput sebagai bahan utama pakan ternak. Jika kita terus bergaya hidup memubazirkan makanan, kita juga ikut berperan dalam menghancurkan hutan dan merusak keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Baca Juga: PBB Butuh 5,5 Miliar Dolar AS untuk Cegah 34 Juta Orang Kelaparan

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya