TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara untuk Menunjukkan, Bukan Memberitahu dalam Menulis Cerita

Gunakan tips ini untuk membuat ceritamu lebih hidup 

Ilustrasi orang yang sedang berteriak (Pexels/Kate Gundareva)

Dalam menulis cerita dianjurkan untuk lebih sering menunjukkan daripada memberitahu. Ketika ada karaktermu yang sedang sedih, marah, cobalah deskripsikan perilakunya. Contohnya: napasnya menjadi tak keruan, berjalan mondar-mandir sambil mengepalkan tangannya, dan akhirnya ia berteriak sekencang-kencangnya ke langit yang luas. Dengan mendeskripsikan karaktermu dengan perilakunya, ceritamu akan terkesan lebih hidup. 

Menunjukkan hal yang sedang terjadi juga akan membuat para pembaca ceritamu lebih bersimpati terhadap karaktermu. Seorang karakter yang dijelaskan perilaku-perilakunya ketika ia bersedih emosinya akan lebih terasa nyata daripada jika karakter itu hanya disebutkan bahwa ia sedang bersedih tanpa tambahan narasi apa pun. Tips di bawah ini bisa langsung kamu terapkan untuk menulis ceritamu.

1. Gunakan bukti untuk mendukung klaimmu 

Ilustrasi ruangan yang menyeramkan (Pexels/Oleg Magni)

Ketika karaktermu sedang memasuki sebuah ruangan yang membuatnya takut, cobalah jelaskan mengapa ruangan itu membuat karaktermu itu takut. Ruangan itu bisa kamu jelaskan dengan ruangan yang minim cahaya, atau ruangan yang sangat sepi bahkan karaktermu bisa mendengarkan suara detakan jantungnya sendiri. Cobalah untuk mendeskripsikan ruangan itu sedetail mungkin.

Carilah bukti yang berada di dunia nyata, entah itu berasal dari pengalamanmu sendiri, atau sesuatu yang pernah kamu baca atau kamu tonton. Dengan menghadirkan bukti di dalam ceritamu, kamu akan membuat duniamu lebih hidup dan berarti. Cobalah untuk lebih memperhatikan hal-hal kecil di sekitarmu yang membangkitkan perasaan di dalam dirimu. Kamu bahkan bisa mulai mencatat hal-hal kecil ini untuk digunakan di ceritamu.

Baca Juga: Terapkan 5 Tips Ini saat Menulis Cerita Fiksi Berlatar Luar Negeri

2. Ganti sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit 

Ilustrasi pemandangan yang abstrak (Pexels/Mo)

Walaupun kamu sedang membuat dunia fantasi, atau bercerita tentang cerita realisme magis, kamu tetap saja harus membuat latar tempat yang dapat dibayangkan. Ketika kamu membuat suatu wilayah di bumi, para pembaca akan mempunyai anggapan bahwa gaya gravitasi di dalam ceritamu dan di dunia yang asli adalah sama. Jika kamu ingin membuatnya berbeda, maka kamu harus memberitahu, atau lebih baik kamu menunjukkannya kepada para pembaca.

Kamu bisa saja menceritakan sesuatu yang abstrak seperti mimpi, hanya saja kamu harus secara tepat menempatkan bagian ceritamu yang abstrak itu. Kamu harus memuaskan paembacamu di akhir cerita, walaupun kamu bisa saja meninggalkan para pembacamu bertanya-tanya, cerita yang bagus biasanya tetap akan memiliki elemen kepuasan itu ketika pembaca menutup bukunya. Ini sama saja seperti ucapan terima kasih kepada pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karyamu.

3. Ganti deskripsi yang tidak terlalu jelas dengan detail sensorik tertentu 

Ilustrasi orang yang sedang menutup matanya (Pexels/Ekaterina Belinskaya)

Bangkitkan seluruh pancaindra pembaca ketika kamu sedang menulis sebuah cerita. Cobalah untuk memfokuskan perhatianmu pada satu pancaindra saja saat kamu baru pertama kali mencoba. Catat pengalaman apa saja yang bisa dirasakan oleh pancaindra itu, dan cari cara untuk memasukkannya ke dalam cerita. Dengan membangkitkan pancaindra para pembaca, kamu akan menyuguhkan cerita yang hidup dan langsung terasa oleh para pembaca.

Pelukan itu terasa hangat, salju ini lebih dingin daripada es batu di kulkas di rumahku di Indonesia, Sorot senter yang diarahkan polisi itu membuat bekas cahaya di mataku yang belum hilang sejak lima menit yang lalu. Contoh-contoh itu hanya beberapa hal saja yang bisa kamu tuliskan di ceritamu. Jadilah kreatif dan cari detail-detail sensorik yang kamu alami, dan ceritamu akan menjadi lebih menarik.

4. Tunjukkan emosi melalui dialog 

Ilustrasi orang yang rentan (Pexels/Mikhail Nilov)

Seperti yang sudah di jelaskan di pembukaan, kamu harus menunjukkan emosi para karaktermu untuk membuat mereka terasa lebih hidup. Selain dengan deskripsi, kamu juga bisa menunjukkan emosi melalui dialog. Cobalah untuk membuat dialog yang berbeda untuk setiap karakter, kamu juga bisa membuat karaktermu berbagi rahasianya kepada beberapa orang saja. Kamu bisa melihat sisi lemah ketika karaktermu berbicara kepada pacarnya, dan mengeksplorasi sisi kuatnya ketika dia berbicara dengan teman-temannya.

‟Aku frustrasi bicara sama dia, aku udah bilang aku gak mau ikut ke Semarang, tapi tetep aja dipaksa-paksa, bawa-bawa solidaritas sama kesetiaan segala lagi, gak jelas banget,”

‟Dasar ga solid!”

‟Tau ah, gelap,”

Baca Juga: 6 Cara Menulis Cerita ala Ayu Utami: Santai & Jangan Terlalu Panjang!

Verified Writer

Rizky Fajar Adipratama

Kau hancurkan diriku saat engkau pergi Setelah kau patahkan sayap ini Hingga ku takkan bisa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya