TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Perbedaan Busana Adat Solo dan Yogyakarta, Jangan Keliru

Sekilas tampak sama namun sebenarnya berbeda!

Ilustrasi adat Yogyakarta dan Surakarta (unsplash.com/Camille Bismonte)

Jika menilik pelajaran sejarah di sekolah, diketahui bahwa Yogyakarta dan Surakarta atau Solo dulunya merupakan satu wilayah yang sama. Kemudian terpecah menjadi seperti sekarang ini. Meskipun demikian, ternyata terdapat beberapa kebudayaan yang mirip di antara kedua wilayah ini, terutama dalam hal busana adat. Meskipun mirip, tentunya ada hal yang membedakan. Berikut perbedaan antara busana adat wilayah Yogyakarta dan Surakarta.

1. Blangkon

Blangkon adat Yogyakarta (instagram.com/kratonjogja)

Blangkon atau semacam topi yang digunakan di kepala memiliki kemiripan dari segi bentuk. Perbedaan di antara blangkon yang digunakan di wilayah Yogyakarta dan Surakarta adalah tonjolan yang terletak di belakang kepala. Tonjolan atau disebut juga mondolan atau gelung belakang pada adat Yogyakarta lebih besar dan menonjol dibandingkan blangkon pada adat Surakarta.

2. Surjan dan beskap

Surjan adat Yogyakarta (instagram.com/kratonjogja)

Surjan merupakan baju adat yang digunakan laki-laki di Yogyakarta. Surjan bisa juga disebut sebagai baju takwa. Surjan umumnya memiliki motif bergambar bunga. Berbeda dengan surjan, beskap merupakan istilah untuk baju adat yang digunakan laki-laki di Surakarta. Jika surjan memiliki motif berbentuk bunga, surjan tidak bermotif dan berwarna cenderung gelap atau solid.

Baca Juga: 6 Fakta tentang Blangkon, Menarik untuk Diketahui

3. Keris

Keris adat Yogyakarta (kratonjogja.id)

Perbedaan antara keris Yogyakarta dan Surakarta yang pertama terletak pada namanya. Keris adat Surakarta bernama ladrang, sedangkan keris adat Yogyakarta bernama branggah. Sarung atau penutup pada ladrang lebih ramping tidak begitu bermotif bila dibandingkan dengan branggah yang memiliki lebih banyak motif dan ornamen.

4. Wiru

Wiru adat Surakarta (instagram.com/kraton_solo)

Wiru dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi seni melipat jarik atau kain batik. Bahkan dalam melipat kain batik pun terdapat perbedaan di antara adat Yogyakarta dan Surakarta.

Pada adat Yogyakarta, garis putih yang terdapat pada ujung jarik diperlihatkan dan kadang disertai lipatan-lipatan atau disebut juga pengkolan-pengkolan. Pada wiru adat Surakarta, bagian putih tersebut justru disembunyikan dengan cara dilipat ke dalam.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya