TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Romusha: Pengertian, Sejarah, dan Tujuannya

Mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia Indonesia

Para pekerja paksa (romusha) sedang menyelesaikan proyek pembangunan jalan di Burma (Myanmar) pada tahun 1944. (Wikimedia Commons/United States Library of Congress)

Berdasarkan sejarah, awal kedatangan Jepang disambut dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Jepang dianggap mampu mengusir Belanda yang sudah menjajah berabad-abad di Indonesia. Jepang pun mempropagandakan dirinya dengan apik, yaitu dengan Gerakan 3A.

Gerakan 3A, antara lain:

  • Jepang Cahaya Asia
  • Jepang Pelindung Asia
  • Jepang Pemimpin Asia

Gerakan ini membuat pemuda Indonesia terkesan dan mereka akhirnya bergabung jadi pasukan Pembela Tanah Air alias PETA. Pasukan tersebut berdiri pada 3 Oktober 1943, yang terdiri dari masyarakat Indonesia untuk menghadapi sekutu dan bertempur selama Perang Dunia berlangsung. Selain itu, banyak organisasi-organisasi sosial yang didirikan pada zaman penjajahan Jepang.

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang.  Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik bagi Jepang.

Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lainnya. Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Oleh karena itu, Jepang menerapkan praktik romusha yang membebani rakyat.

1. Pengertian romusha

Kepulangan para pekerja paksa (Romusha) dari luar Jawa di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta (instagram.com/galerisejarah)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), romusha adalah orang-orang yang dipaksa bekerja berat pada zaman pendudukan Jepang. Rakyat yang dijadikan romusha pada umumnya adalah rakyat yang bertenaga kasar.

Rakyat Indonesia yang menjadi romusha itu diperlakukan dengan tidak senonoh, tanpa mengenal perikemanusiaan. Mereka dipaksa bekerja sejak pagi hari sampai petang, tanpa makan dan pelayanan yang cukup.

Mereka dipekerjakan di lingkungan terbuka, misalnya di lingkungan pembangunan kubu-kubu pertahanan, jalan raya, lapangan udara. Pada awalnya, tenaga kerja dikerahkan di Pulau Jawa yang padat penduduknya.

Kemudian, di kota-kota dibentuk barisan romusha sebagai sarana propaganda. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusha. Panitia pengerahan tersebut disebut Romukyokai, yang ada di setiap daerah.

2. Tujuan romusha

Bataklanden Toba (tropenmuseum.nl)

Untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Tenaga kerja inilah yang kemudian kita kenal dengan romusha. Jepang mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia demi kepentingan perang melawan sekutu. 

Tujuan romusha adalah mempekerjakan masyarakat Indonesia secara sukarela untuk proses pembangunan dan propaganda Jepang. Pada awalnya, rakyat Indonesia melakukan tugas romusha secara sukarela, sehingga Jepang tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh tenaga. Akan tetapi, lama-kelamaan, karena kebutuhan yang terus meningkat di seluruh kawasan Asia Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat sukarela ini oleh pemerintah Jepang diubah menjadi sebuah keharusan dan paksaan. 

Baca Juga: 7 Bukti Kekejaman Penjajah Jepang, dari Romusha hingga Perbudakan Seks

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya