TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi? Mahasiswa Wajib Tahu

Ketiganya familier di telinga mahasiswa sebagai tugas akhir

ilustrasi menggerjakan skripsi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Baik skripsi, tesis, maupun disertasi pastinya terdengar familier di telinga para mahasiswa. Ketiganya termasuk tugas akhir berupa karya tulis yang berfungsi sebagai syarat kelulusan. Tugas akhir tersebut disusun sesuai dengan kaidah penulisan baku, sistematis, serta menggunakan metode ilmiah.

Meski ketiganya tampak serupa, tetapi skripsi, tesis, dan disertasi ternyata adalah tiga jenis tugas akhir yang berbeda, lho. Lantas, apa perbedaan skripsi, tesis, dan disertasi? Mari simak ulasannya berikut ini.

1. Jenjang pendidikan dan permasalahan yang diangkat

ilustrasi mengerjakan disertasi (pixabay.com/picjumbo_com)

Skripsi menjadi tugas akhir yang dibuat untuk meraih gelar sarjana, lalu tesis merupakan karya ilmiah tertulis untuk jenjang magister atau pascasarjana (S2). Sementara disertasi adalah karya tulis ilmiah untuk menyelesaikan program doktoral atau S3.

Kedalaman permasalahan yang diangkat pun ternyata berbeda. Sumber masalah skripsi umumnya bersumber pada pengalaman empirik dan bersifat tidak mendalam. Tesis juga bisa berasal dari pengalaman empirik, tetapi bersifat mendalam dan teoritis. Sementara itu, disertasi berangkat dari kajian teoritis yang didukung dengan fakta empirik, sehingga permasalahan yang digali bersifat mendalam dan spesifik.

2. Proses penulisan dan bobot karya ilmiah

ilustrasi mengerjakan tesis (unsplash.com/JESHOOTS.COM)

Proses penulisan berhubungan dengan kemandirian penulis saat pengerjaan dan kategori bobot. Bagaimana pembagiannya?

Pada skripsi, mahasiswa masih mendapat bimbingan intensif dari pembimbing, dengan porsi 60 persen penulis dan 40 persen pembimbing. Sementara saat pengerjaan tesis, penulis berperan 80 persen. Kemudian untuk disertasi, penulis bertanggung jawab 90 persen atas karya tulis ilmiah tersebut.

Dari segi akademik, skripsi memiliki bobot ilmiah pada tingkat rendah hingga sedang. Tesis menempati bobot ilmiah sedang hingga tinggi dengan adanya pengembangan dan pendalaman teori serta penelitian yang dilakukan. Sementara itu, disertasi memiliki bobot ilmiah tertinggi karena mahasiswa perlu menemukan teori baru atau terobosan lain untuk memperkaya bidang tersebut.

3. Cara pemaparan dan model analisis

ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/tonefotografia)

Skripsi biasanya didominasi pemaparan deskriptif, serta tesis dipaparkan dengan analitis dan deskriptif. Sedangkan untuk pemaparan disertasi bersifat analitis, sehingga benar-benar mendalami dan mengupas tuntas permasalahan yang dipilih.

Dengan model analisis rendah hingga sedang, jumlah rumusan masalah yang diangkat skripsi berkisar satu ataupun dua masalah. Untuk tesis, mahasiswa perlu menemukan tiga rumusan masalah yang menggunakan model analisis tingkat sedang hingga tinggi.

Sementara itu, disertasi mengandalkan model analisis tingkat tinggi dengan lebih dari tiga rumusan masalah. Ketiganya sangat berbeda, bukan?

4. Metode statistik

ilustrasi mengerjakan tesis (pexels.com/Christina Morillo)

Secara umum, skripsi banyak menggunakan uji kualitatif atau uji deskriptif, uji statistik non parametrik (chi kuadrat, tes binomial, run test), uji statistik parametrik, uji hipotesis asosiatif, dan uji hipotesis komparatif. Namun, terkadang juga bisa menggunakan regresi, korelasi, dan uji beda.

Sementara itu, tesis banyak memakai uji regresi ganda atau kualitatif lanjut, multivariat dan multivariat lanjutan (persamaan simultan, data panel, regresi logistik, ekonometrika statis dan dinamis, dst), SEM, dan path analysis. Metode serupa juga kerap dipakai pada disertasi, tetapi dalam cakupan yang lebih kompleks.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya