TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Penyebab Banyak Anak Tak Menuturkan Bahasa Daerah, Lestarikan, yuk!

Potensi lenyapnya bahasa daerah pun bisa sangat terancam

ilustrasi anak kecil berbicara (unsplash.com/@saeedkarimi)

Bahasa merupakan alat yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Keberadaan bahasa dalam suatu komunitas masyarakat tentu menjadi bagian terpenting yang tak dapat disepelekan begitu saja. Hal ini juga termasuk ke dalam bahan pengajaran bagi para orangtua yang akan mendidik anak-anaknya.

Meski ada banyak bahasa yang dituturkan, secara umum biasanya ada yang disebut dengan bahasa daerah. Bahasa daerah di Indonesia tentu ada beragam jenisnya dan secara turun temurun diajarkan pada generasi ke generasi. Sayangnya semakin berjalannya waktu justru mulai terjadi perpudaran dalam penuturan bahasa daerah bagi banyak anak-anak kini. Kenapa, ya? Umumnya, berikut ini yang jadi alasan.

1. Orangtua merasa bahasa daerah sudah tak kekinian

ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/@wildlittlethingsphoto)

Alasan pertama yang sering mendasari para orangtua untuk berhenti mengajarkan anak-anaknya bahasa daerah adalah karena persepsi tersendiri mengenai perkembangan zaman. Penuturan bahasa daerah dianggap sudah tidak kekinian sehingga banyak orangtua yang menyepelekan hal tersebut.


Padahal persepsi negatif ini sangatlah subjektif dan tidak bisa dibenarkan sama sekali. Jika semua orangtua memiliki pemikiran yang serupa, maka bahasa daerah yang ada justru akan lenyap di telan masa.

Baca Juga: 6 Bahasa Tersulit di Dunia, Salah Satunya Bahasa Denmark!

2. Asimilasi budaya yang kerap terjadi

ilustrasi keluarga (unsplash.com/@rajivperera)

Asimilasi adalah bercampurnya suatu budaya lokal dengan budaya baru yang disebabkan karena hadirnya pendatang pada wilayah tertentu. Memang pesatnya perkembangan zaman dan imigrasi yang dilakukan oleh para masyarakat membuat proses asimilasi berjalan dengan sangat cepat, sehingga salah satu dampaknya jelas memengaruhi penuturan bahasa setempat.


Para anak-anak sekarang yang sudah jarang menuturkan bahasa daerah justru biasanya disebabkan karena proses asimilasi yang terjadi. Sebab alasan itulah mengapa generasi muda jadi lebih sedikit yang menuturkan bahasa daerah.

3. Minimnya interaksi anak dengan orang lain yang menggunakan bahasa daerah

ilustrasi quality time (pexels.com/@Anastasiya_Gepp)

Sejatinya cara anak dalam bertutur kata tak hanya disebabkan karena proses interaksi yang terjalin antara anak dan orangtua saja. Namun, orang-orang di sekitar anak juga memegang peran penting dalam membantu dalam proses komunikasi yang dilakukan.
Sayangnya tak semua anak memperoleh kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan orang-orang yang menuturkan bahasa daerah. dampaknya justru akan membuat penguasaan bahasa daerah mereka pun semakin minim.

4. Anak kurang merasa familier dengan bahasa daerah

ilustrasi mengobrol (pexels.com/@Ketut-Subiyanto)

Pemahaman anak dalam menuturkan suatu bahasa biasanya disebabkan karena banyak faktor. Tak hanya sebab diajak berinteraksi dengan bahasa tersebut, namun juga karena terbiasa mendengar dan menuturkan dengan baik.


Sayangnya justru tak semja anak mampu merasa familier dengan penuturan bahasa daerah. Anak-anak yang merasa tidak biasa justru akan menganggap bahasa daerah sebagai suatu hal yang baru dan sulit dipahami.

Baca Juga: Hati-hati, 10 Kata Homonim Bahasa Inggris ini Bisa Bikin Keliru

Verified Writer

Tresna Nur Andini

Terima kasih sudah membaca tulisan saya | Seorang penulis biasa yang gemar berdiskusi. Mari berteman melalui ig : @tresnajaa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya