Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Selama ini mungkin kita hanya mengenal dua musim di Indonesia. Musim hujan untuk menyebut suatu periode dengan curah hujan tinggi dan musim kemarau untuk menyebut suatu periode yang sebaliknya.
Lain halnya dengan bahasa Jawa. Bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di Indonesia ini mengenal beberapa nama untuk menyebut musim atau periode waktu. Nama-nama musim ini biasa disebut mangsa. Gak cuman musim hujan dan kemarau, inilah nama-nama musim dalam bahasa Jawa.
1. Labuh
Labuh merupakan istilah dalam bahasa Jawa untuk menyebut suatu periode peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pada musim ini, tumbuh-tumbuhan akan mulai tumbuh menggantikan tumbuhan yang kering akibat musim kemarau.
2. Rendheng
Setelah kemarau kita akan memasuki musim hujan. Nah, musim yang ditandai dengan curah hujan tinggi ini, dalam bahasa Jawa disebut rendheng.
Memasuki musim rendheng, lingkungan sekitar akan terlihat hijau dipenuhi tumbuh-tumbuhan yang lebat.
3. Mareng
Kalau mareng merupakan istilah bahasa Jawa untuk menyebut masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Atau dalam bahasa Indonesia diistilahkan sebagai musim pancaroba.
Baca Juga: Gampang Banget, Inilah 10 Nama Watak Manusia dalam Bahasa Jawa
4. Ketiga
Ketiga, apa yang terlintas dalam benakmu begitu mendengar kata ini? Pertama, kedua, ketiga, dan lain sebagainya yang menunjukkan urutan angka. Eits, ketiga di sini merupakan istilah untuk menyebut musim kemarau dalam bahasa Jawa, ya.
Bukan dibaca layaknya bahasa Indonesia yang berakhiran vokal (a), ketiga di sini dibaca dengan menggunakan akhiran (o).
5. Bedhidhing
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Bedhidhing merupakan sebutan untuk menyebut musim pertengahan dalam musim kemarau. Memasuki musim bedhidhing, suhu udara akan terasa dingin pada malam hingga menjelang pagi. Sebaliknya, di siang hari suhu udara akan terasa sangat panas. Tapi, gak sedingin atau sepanas di negara bermusim subtropis, ya.
6. Paceklik
Nah, kalau kata satu ini pasti sudah gak asing lagi 'kan di telingamu? Ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paceklik dalam bahasa Jawa juga punya arti yang sama seperti dalam bahasa Indonesia.
Paceklik merupakan istilah untuk menyebut suatu periode di mana bahan makanan sulit didapatkan. Atau, dalam bahasa Jawa disebut mangsa larang pangan. Selain paceklik, bahasa Jawa juga punya istilah lain, yaitu pailan. Dalam bahasa Jawa, kedua kata itu memiliki makna yang sama.
Musim paceklik maupun pailan biasa terjadi di musim kemarau, di mana tumbuh-tumbuhan banyak yang mati karena kondisi tanah yang kering kerontang.
7. Pagebluk
Pagebluk ternyata juga ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Tak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia yang artinya wabah, dalam bahasa Jawa pagebluk merupakan istilah untuk menyebut periode di mana banyak orang mati karena penyakit menular.
Adanya wabah COVID-19 saat ini juga bisa disebut sebagai pagebluk. Namun, sebenarnya lebih jauh dari itu. Di zaman dulu, masyarakat Jawa juga menyebut penyakit yang tak terlihat seperti guna-guna dan sejenisnya sebagai pagebluk. Maka dari itu, memasuki pagebluk, masyarakat Jawa kuno biasanya kerap mengadakan ritual untuk menolak bala.
8. Pagering
Pagering berasal dari kata gering yang artinya sakit. Serupa dengan pagebluk, pagering juga merupakan suatu periode di mana banyak orang terserang penyakit. Bedanya, pagering ini tidak sampai mewabah dan mengakibatkan banyak orang mati.
Pagering itu sendiri biasanya terjadi di musim rendheng, di mana banyak orang mengalami flu.
Baca Juga: 12 Pasangan Kata Bahasa Jawa yang Berlainan Arti, Kowe Kudu Weruh!