Apa Itu Konsumerisme? Berikut Pengertian, Ciri hingga Dampaknya

Konsumerisme adalah kebiasaan atau gaya hidup seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Lalu istilah konsumerisme sendiri diartikan sebagai gaya hidup yang tidak hemat. Selain itu kebiasaan ini juga dihubungkan dengan gaya hidup yang mewah.
Nah, biar kamu bisa memahami istilah konsumerisme secara lengkap, kamu perlu menyimak artikel ini sampai selesai. Yuk, scroll sampai bawah!
1. Pengertian konsumerisme
Menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia, konsumerisme adalah gaya hidup yang menilai barang mewah atau yang sifat tersier, sebagai tolak ukur kebahagiaan atau kesenangan. Sehingga konsumerisme juga bisa diartikan sebagai gaya hidup yang tidak boros.
Gaya hidup ini sudah menjadi bagian budaya manusia modern. Jadi jika seseorang gaya hidupnya konsumtif, bisa dipastikan dia menganut konsumerisme. Terkadang konsumerisme ini juga membuat seseorang seperti pecandu dari sebuah produk.
2. Penyebab utama konsumerisme
Biasanya seseorang yang menjadi konsumerisme itu hanya ingin menunjukkan status sosialnya. Sehingga mereka melakukan gaya hidup itu bukan karena orientasi kebutuhan, tapi sebaliknya.
Lalu apa sih penyebab utama konsumerisme? Yaitu tuntutan gaya hidup masyarakat dalam lingkungan sosialnya. Hal inilah yang mencari pemicu sifat konsumerisme.
Sedangkan perilaku ini muncul karena adanya faktor eksternal dan internal pelakunya. Berikut perbedaan keduanya!
Faktor internal:
- Keyakinan atau pemahaman seseorang terkait gaya hidup, perilaku konsumtif, dan konsumerisme.
Faktor eksternal:
- Ingin ikut tren di lingkungan sosialnya.
- Tekanan dari luar yang mengharuskan seseorang konsumsi barang atau jasa.
- Cara pemasaran yang menciptakan situasi yang menguntungkan.
- Keinginan untuk diakui dan menciptakan citra diri.
3. Ciri-ciri konsumerisme
Untuk mengetahui apakah seseorang konsumerisme atau tidak, kamu bisa melihat dari ciri-cirinya. Sebab seseorang yang menganut konsumerisme punya ciri khas yang begitu terlihat dan mudah untuk dikenali. Berikut di antaranya!
- Adanya keinginan untuk punya barang yang berbeda atau tidak dimiliki orang lain. Lalu mencari barang-barang mewah terbaru atau yang sifatnya limited edition.
- Ada rasa bangga terhadap penampilan dan kepemilikan barang yang dipakai karena bisa dipamerkan ke orang lain. Lalu muncul rasa kepuasan tersendiri.
- Sifat konsumtif itu biasanya hanya ikut-ikutan (pengikut) yang muncul karena ingin mengikuti gaya dan penampilan orang lain. Misalnya, dari gaya hidup selebriti, influencer, dan lainnya.
- Perilaku atau gaya hidup konsumtif ada cenderungan hanya ingin terlihat menarik di mata orang lain dan mereka ingin menjadi pusat perhatian.
4. Dampak perilaku konsumerisme
Gak melulu negatif, ternyata perilaku konsumerisme juga ada dampak positifnya. Bahkan, gaya hidup ini juga bisa berkaitan dengan ekonomi di masyarakat. Untuk itu, berikut adalah dampak positif dan negatif dari konsumerisme.
Dampak positif:
- Konsumerisme menjadi budaya ekonomi di masyarakat.
- Barang ekspor atau produk dari luar yang disukai masyarakat menjadi banyak dan tercipta pasar tersendiri.
- Masuknya perusahaan asing bisa menciptakan lapangan kerja.
- Adanya kebebasan dalam berbelanja dalam masyarakat.
Dampak negatif:
- Gaya hidupnya boros karena memprioritaskan kebutuhan tersier.
- Ada ketimpangan sosial di masyarakat, karena suatu tren bisa memengaruhi status seseorang.
- Banyak barang yang tidak terpakai dan sia-sia karena membeli hanya mengikuti tren saja atau gengsi.
- Membuat masyarakat lebih suka produk luar daripada lokal karena dianggap jauh lebih menarik.
5. Contoh perilaku konsumerisme
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, perilaku yang konsumtif memicu gaya hidup atau budaya konsumerisme. Fenomena ini juga terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk lebih jelasnya, berikut ada contoh perilaku konsumerisme.
Misalnya, seorang mahasiswa dalam sehari makan 3 kali dan cukup menghabiskan biaya Rp30 ribu saja. Tapi dia per hari justru menghabiskan Rp60 ribu untuk 3 kali makan. Artinya, mahasiswa ini sudah melakukan kebocoran dana hingga Rp30 ribu (dua kali lipat).
Itu hanyalah salah satu contoh sifat konsumerisme yang biasa kita temui atau mungkin kamu melakukannya. Contoh lain bisa seperti berbelanja barang tanpa perlu mempertimbangkan manfaatnya. Ini juga bentuk konsumerisme, apalagi jika barang itu dibeli hanya untuk kepuasan diri atau pamer.
Jadi, konsumerisme adalah gaya hidup konsumtif di tengah masyarakat yang sifatnya kebutuhan tersier. Dalam membeli barang atau jasa juga hanya didasari keinginan dan sifat gengsi saja. Semoga penjelasan ini bermanfaat, ya!