7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemaki

Jangan sampai punya sifat-sifat ini ya! #LokalIDN

Indonesia memiliki banyak ragam bahasa daerah. Salah satu bahasa daerah yang sering terdengar, adalah bahasa Jawa. Ada banyak kosakata yang terdapat dalam bahasa Jawa, mulai dari kosakata sehari-hari hingga kosakata yang formal. 

Salah satu kosakata yang terdapat dalam bahasa Jawa, adalah kosakata tentang sifat manusia yang dianggap buruk. Berikut ini adalah delapan kosakata tentang sifat buruk manusia dalam bahasa Jawa. Yuk, disimak biar pengetahuanmu semakin luas!

1. Kemproh

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakipexels.com/kool-shooters

Seseorang yang disebut sebagai orang yang kemproh, apabila ia merupakan orang yang jorok. Orang tersebut tidak memperdulikan penampilannya, dan biasanya berpenampilan acak-acakan atau tidak rapih. Orang Jawa menyebutnya dengan kemproh.

2. Gembeng

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakiunsplash.com/anthonytran

Nangis, merupakan suatu hal yang wajar dilakukan oleh manusia. Tapi jika seseorang cenderung mudah menangis karena hal sepele dan dilakukan secara berulang-ulang, maka orang Jawa menyebutnya dengan sebutan gembeng. Dalam bahasa Indonesia, gembeng artinya sama dengan cengeng.  

3. Tambeng

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakipexels.com/tima-miroshnichenko

Orang yang memiliki sifat ini, cenderung sulit untuk dinasehati dan merupakan orang yang keras kepala. Ia tidak mau mengikuti arahan orang lain, hanya mengikuti apa yang dianggapnya benar. Bagi orang Jawa, sifat ini disebut sebagai tambeng. 

Baca Juga: 5 Kata Jadul dalam Bahasa Jawa Ini Ternyata dari Bahasa Belanda, Lho!

4. Gragas

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakiunsplash.com/jarritos
dm-player

Jika dilihat melalui persoalan makanan, orang yang gragas adalah ia yang selalu ingin menyantap hidangan secara sekaligus dalam porsi banyak. Dalam bahasa Indonesia, sifat ini biasa diartikan sebagai rakus. Sedangkan, sifat rakus dalam bahasa Jawa disebut gragas. 

5. Kementhus

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakiunsplash.com/sbhnleo

Selalu menyombongkan diri sendiri, banyak omong namun tidak ada hasilnya, sok tahu, itulah karakter yang diwujudkan oleh sifat ini. Sifat ini harus dijauhi, karena ini adalah sifat yang negatif dan tidak baik untuk ditanamkan. Orang Jawa menyebutnya dengan kementhus

6. Aleman/kolokan

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakiunsplash.com/heftiba

Sifat ini tidak selalu dianggap buruk oleh orang lain, namun dapat juga berarti positif tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Orang yang memiliki sifat ini, cenderung menyukai sanjungan. Dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan orang yang manja. Dalam bahasa Jawa disebut sebagai aleman atau kolokan.

7. Ndableg

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakipexels.com/shvetsa

Hampir sama dengan sifat tambeng, orang yang memiliki sifat ini juga cenderung sulit untuk diberi nasihat, ngeyel, suka ngelawan, sok tahu. Sifat ini biasa dalam bahasa Indonesia, sama artinya dengan ngeyel. Namun, orang Jawa menyebutnya dengan sebutan ndableg

8. Kemaki

7 Kosakata Bahasa Jawa tentang Sifat Buruk Manusia, Ojo Kemakiunsplash.com/rafaelladiniz

Umumnya, kita sering menjumpai orang yang memiliki sifat ini. Orang yang memiliki sifat ini, memiliki watak yang sombong, belagu, besar kepala. Dalam bahasa Jawa, orang yang memiliki watak seperti diatas disebut sebagai orang yang kemaki. 

Nah, itu dia delapan sifat manusia yang dianggap buruk dalam bahasa Jawa. Walaupun sudah dipelajari, kamu jangan sampai memiliki salah satu di antaranya, ya! 

Baca Juga: 9 Kata dalam Bahasa Jawa Malang yang Terkenal dengan Bahasa Walikan 

Renjana Aksara Photo Verified Writer Renjana Aksara

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya