ilustrasi jam dinding (unsplash.com/Samantha Gades)
Dilansir laman Indeed Career Guide, ada dua jenis barang komplementer yang berkaitan dengan hukum permintaan dan penawaran sebagai berikut:
- Barang komplementer kuat:
Kedua barang yang dipasangkan memiliki hubungan erat satu sama lain. Ini berarti bahwa sebuah barang bergantung pada barang lain agar nilainya bertambah. Contoh dari barang komplementer kuat adalah bensin dan motor, yang tidak berguna tanpa satu sama lain.
Hubungan antara barang komplementer yang kuat sangat elastis. Misalnya saat harga motor naik berkali-kali lipat orang mungkin lebih memilih naik transportasi umum, sehingga permintaan bensin untuk konsumsi pribadi akan turun. Hubungan ini disebut elastisitas silang negatif.
Jika kamu melihat barang apa pun yang tidak dapat dijual sendiri, kemungkinan itu termasuk barang pelengkap yang kuat. Barang komplementer kuat seringkali merupakan produk yang tidak tergantikan. Penurunan harga barang utama sangat memengaruhi permintaan pelengkapnya karena tidak ada pesaing.
- Barang komplementer lemah:
Jenis barang komplementer ini menunjukkan korelasi harga yang sama dengan permintaan, tapi hubungannya dapat berubah seiring waktu. Artinya, jika barang primer harganya menurun, permintaan komplementernya juga bisa ikut turun. Alasan yang mendasari komplementer lemah adalah suatu produk memiliki banyak barang pelengkap.
Jika kita memakai gorengan dan cabai sebagai contoh, keduanya adalah barang yang saling melengkapi. Namun, cabai bukan satu-satunya barang pelengkap untuk gorengan, karena masih bisa menggunakan saus kecap atau saus sambal. Karena tersedia alternatif lain, hubungan keduanya bersifat lemah.