Museum Sumpah Pemuda (museum.co.id)
Perjalanan karier Soenario dimulai sejak tahun 1926, setelah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Leiden. Ia kembali ke Indonesia dan aktif sebagai pengacara yang membantu rakyat. Soenario punya prinsip kuat tak ingin bekerja sama dengan pemerintah kolonial.
Kemudian di tahun 1927, ia bersama sahabat-sahabatnya membentuk partai politik yang diberi nama Partai Nasional Indonesia. Anggota-anggotanya antara lain; Sukarno, Cipto Mangunkusumo, raden Mas Sartono, dan Iskak Cokrodisuryo.
Tak hanya itu, Soenario juga berkontribusi dalam perumusan Manifesto Politik yang dirilis oleh Perhimpunan Indonesia dari Belanda. Manifesto Politik 1925 ini berisikan prinsip-prinsip perjuangan yang meliputi, unity (persatuan), equality (kesetaraan), serta liberty (kemerdekaan).
Selain itu, ia menjadi pemimpin Indonesische Nationale Padvindery Organisatio (INPO), organisasi kepanduan yang berpusat di Batavia atau Jakarta. Lalu di tahun 1953-1955, Soenario menjabat sebagai Menteri Luar Negeri bersamaan dengan jabatannya sebagai Ketua Delegasi RI dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955. Saat menjabat menjadi Menlu (Menteri Luar Negeri), Soenario menandatangani perjanjian tentang Dwi Kewarganegaraan Etnis Cina dengan Chou En Lai.
Kemudian, Soenario juga pernah menjabat sebagai Duta Besar untuk Inggris periode 1956-1961. Hingga di tahun 1960-1972, ia akhirnya diangkat menjadi guru besar politik dan hukum internasional, serta rektor Universitas Diponegero, IAIN Al-Jami'ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah.