ilustrasi membaca novel (pexels.com/Karolina Grabowska)
Menurut Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa (2015), majas Sinekdoke adalah bagian dari gaya bahasa kiasan atau bahasa figuratif. Jadi bisa dikatakan bahwa Sinekdoke merupakan gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri.
Majas Sinekdoke ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sinekdoke pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte. Apa perbedaan antara keduanya? Berikut ini penjelasannya.
Sinekdoke pars pro toto
Merupakan majas Sinekdoke yang memiliki konsep mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan dari hal tersebut. Contoh, “Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp1.000,-“. Dalam kalimat tersebut penggunaan majas Sinekdoke pars pro toto terletak pada kata “kepala” yang berfungsi untuk menyatakan keseluruhan untuk anggota tubuh atau manusia.
Sinekdoke totem pro parte
Adalah majas yang memiliki konsep sebaliknya, yaitu mempergunakan keseluruhan dari sesuatu hal untuk menyatakan sebagian dari hal tersebut. Contoh, “Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3-4”. Kata “Indonesia” dan “Malaysia” dalam kalimat tersebut menunjukkan penggunaan majas Sinekdoke totem pro parte di mana kata “Indonesia” dan “Malaysia” digunakan untuk menunjukan makna peserta olahraga Indonesia dan Malaysia yang merupakan sebagian dari penduduk atau warga kedua negara tersebut.