ilustrasi para siswa di kelas (unsplash.com/Herlambang Tinasih Gusti)
Permasalahan apa yang pernah dihadapi?
Dalam proses pembelajaran PAI kelas V di SDN Jatimekar, saya menghadapi tantangan rendahnya minat dan partisipasi siswa terutama dalam menyampaikan materi tentang surah-surah pendek dan maknanya dalam Al-Qur’an. Saya melihat siswa kurang bersemangat dan cenderung pasif selama pembelajaran.
Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada rendahnya nilai mata pelajaran mereka, tetapi juga minat belajar mereka. Penjelasan materi yang monoton menjadi penyebab utama kurangnya keterlibatan siswa.
Bagaimana upaya untuk menyelesaikannya?
Untuk mengatasi masalah tersebut, saya menerapkan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis nilai. Materi dikaitkan dengan situasi nyata yang relevan dengan kehidupan siswa, seperti penerapan nilai positif yang terkandung dalam surah di Al-Qur’an.
Tak sampai di situ, saya pun melibatkan siswa dalam diskusi kelompok, kuis kelompok, dan praktik berupa hafalan surah-surah pendek. Pendekatan ini bisa menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan bermakna.
Apa hasil dari upaya tersebut?
Pendekatan tersebut memberikan perubahan positif. Siswa menjadi lebih memahami materi yang disampaikan dan aktif bertanya. Mereka juga mampu menghafal surah-surah pendek sekaligus memberikan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan isi kandungan surah tersebut.
Hasil evaluasi formatif menunjukkan peningkatan materi PAI. Beberapa siswa yang awalnya pasif, kini menunjukkan inisiatif belajar lebih lanjut. Dengan begitu, suasana kelas menjadi lebih dinamis dan siswa bisa berkembang secara utuh.
Pengalaman berharga apa yang dapat dipetik dari penyelesaian permasalahan tersebut?
Pengalaman ini memberi banyak pelajaran penting untuk saya, yaitu dalam pembelajaran PAI, guru tidak hanya menyampaikan materi dan membuat soal untuk dikerjakan, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif bagi para siswa. Pendekatan kontekstual dan berbasis nilai dapat membantu meningkatkan pemahaman sekaligus membentuk karakter siswa. Dengan begitu, guru tidak hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga fasilitator yang dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna.
Itulah tiga contoh studi kasus PPG PAI 2025 yang bisa kamu jadikan referensi. Semoga membantu, ya!