If I Had Your Face, Novel yang Diskusikan Standar Kecantikan Korea

Pahit, tapi ditutup dengan solid 

Walau debut, novel If I Had Your Face karya Frances Cha cukup mencuri perhatian. Sebagai orang Korea yang pernah tinggal di beberapa negara, Cha cukup mahir menyertakan beberapa pengalamannya dalam buku sebagai referensi. Isu sosial yang ia angkat pun cukup krusial, yakni isu standar kecantikan mustahil ala Korea Selatan.  

Tandem yang pas bila kamu menikmati drama Korea Mask Girl (2023). Dengan sedikit sentuhan bahasa kasar dan beberapa adegan kekerasan nan suram, novel ini bisa jadi hiburan yang membuka mata. Sedang mempertimbangkannya untuk masuk daftar bacaan? Simak dulu ulasannya. 

Baca Juga: 5 Novel Feminis Terjemahan Bahasa Italia, Perkaya Bahan Bacaan

1. Tipe buku dengan sudut pandang ganda

If I Had Your Face, Novel yang Diskusikan Standar Kecantikan Koreanovel If I Had Your Face versi terjemahan bahasa Indonesia (instagram.com/fiksigpu)

If I Had Your Face ditulis dengan kata ganti orang pertama yang mengikuti sudut pandang empat orang berbeda. Mereka adalah Ara, Kyuri, Miho, dan Wonna. Keempatnya perempuan muda usia 20—30-an yang punya profesi dan masalah beragam, tetapi tinggal di satu kompleks apartemen yang sama. 

Ara adalah penata rambut yang kehilangan kemampuan berbicaranya sejak sebuah insiden pada masa remajanya. Kyuri, perempuan yang bekerja di bar menemani laki-laki kaya minum sambil karaoke. Kemudian, ada Miho, mahasiswa seni yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika Serikat, dan Wonna, istri dan wanita karier yang sedang menanti kehadiran buah hatinya.

Ada satu tokoh lagi bernama Sujin, teman Ara dan Kyuri yang meski tak diberi porsi untuk bercerita lewat sudut pandangnya sendiri, punya peran prominen dalam novel ini. 

2. Tak hanya kritik standar kecantikan, isu konsumerisme dan misogini ikut dijegal

If I Had Your Face, Novel yang Diskusikan Standar Kecantikan Koreanovel If I Had Your Face (instagram.com/franceschawrites)
dm-player

Mereka semua punya masalah dan keresahan masing-masing. Wonna, misalnya, sudah beberapa kali keguguran dan hampir yakin kehamilannya kali ini akan berakhir sama. Sementara itu, Kyuri hampir setiap hari harus bertemu orang-orang misogini yang merendahkan profesinya.

Begitu pula Miho yang merasa kecil ketika ia tanpa sengaja masuk dalam circle orang-orang Asia kaya di kampusnya. Sujin di sisi lain tidak percaya diri dengan tampilan fisiknya dan nekat berhutang demi melakukan prosedur operasi plastik. Ara di balik sikap tenang dan pendiamnya ternyata menyimpan rahasia dan amarah besar. 

Dengan lugas, tetapi tak terkesan menggurui, Frances Cha berusaha menjegal standar kecantikan tak realistis ala Korea lewat pergolakan batin Kyuri. Sedangkan, lewat Miho, ia membahas isu yang agak berbeda, tetapi masih berkaitan, yakni konsumerisme dan ketimpangan ekonomi. Saat membahas Wonna, isu konsumerisme pun meluas ke isu kapitalisme.

Itu ditampilkannya lewat hubungan Wonna dan atasannya. Ia kebetulan dapat atasan yang gila kerja dan cenderung tak bisa menoleransi alasannya untuk dapat keringanan dan privilese karena hamil. Sosok Ara bagai jembatan untuk semua sudut pandang yang berbeda tadi. Ia digambarkan sebagai karakter yang netral dan melihat rekan-rekannya dengan cara yang cukup objektif tanpa melupakan keresahannya sendiri sebagai difabel dan anak orang kelas menengah bawah. 

Baca Juga: 5 Tipe Cinta Setara di Novel Hello Karya Tere Liye, Heartwarming!

3. Ditutup solid dengan pesan women support women

If I Had Your Face, Novel yang Diskusikan Standar Kecantikan Koreanovel If I Had Your Face (instagram.com/franceschawrites)

Sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kesan lugas Frances Cha masih bisa terlihat jelas. Ia beberapa kali menggunakan kata-kata kasar yang justru membuat novelnya semakin realistis. Apalagi mengingat betapa kerasnya hidup Miho, Ara, dan Kyuri sebagai bagian dari kelas pekerja.

Namun, Frances Cha berhasil menutup novelnya dengan solid. Meski tak memungkiri ada rasa cemburu dan iri, pada akhirnya kelima orang ini tahu kalau jalan terbaiknya adalah saling membantu dan mendukung. Pesan women support women dalam buku ini menguar kuat dan jadi penutup yang sempurna untuk sebuah buku berlabel feminis. 

Meski ada beberapa bagian yang terasa lambat dan membosankan, novel ini tetap nyaman dinikmati. Apalagi dengan penutup yang memuaskan, jika kamu menikmati drakor bermuatan isu sosial, If I Had Your Face bakal jadi bacaan yang memuaskan. 

Baca Juga: 5 Buku Feminis Tulisan Chimamanda Ngozi Adichie

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya