6 Penulis Kondang yang Karyanya Berbau Misogini

Bukan berarti gak boleh dibaca #IDNTimesLife

Misogini dan seksisme ternyata bukan hal baru dalam ranah literatur. Di masa lalu, banyak karya sastra yang mendiskreditkan perempuan dalam banyak hal. Perempuan sering dianggap sebagai objek belaka, dipotret sebagai sosok lemah dan menyebalkan, sementara lelaki sebaliknya. Memang tidak semua pesan misoginisnya terpampang nyata, terkadang hanya tersirat dan tak tampak. 

Seperti enam penulis kondang berikut, yang ternyata dikenal karena buku-bukunya yang bermuatan misogini. Mungkin kamu sudah pernah membaca karyanya dan tak merasa ada yang salah, sampai kamu baca lagi di masa sekarang. Siapa saja mereka? 

1. Haruki Murakami

6 Penulis Kondang yang Karyanya Berbau MisoginiKilling Commendatore oleh Haruki Murakami (instagram.com/readtheblurb)

Setenar-tenarnya Haruki Murakami, tidak bisa dimungkiri kalau penulis asal Jepang ini seringkali mengobjektifikasi perempuan. Murakami seringkali mendeskripsikan perempuan di novelnya dengan kata-kata vulgar yang bikin dahi pembaca mengerut.

Perempuan di novel Murakami yang berjudul Killing Commendatore misalnya ia gambarkan sebagai medium bagi karakter utama laki-laki untuk melampiaskan nafsu atau rasa kesepiannya. Di kumpulan cerpen Men Without Women, ide misoginis Murakami makin nyata. Ia menuliskan kalimat seperti "women are all born with a special independent organ that allows them to lie… all women tell lies, and they lie about important things".

2. Charles Bukowski 

6 Penulis Kondang yang Karyanya Berbau MisoginiWomen oleh Charles Bukowski (instagram.com/unklgeorge)

Sama dengan Murakami, Charles Bukowski adalah penulis kondang yang dikenal dengan pikiran-pikiran misoginisnya. Tak hanya di novel Women, sebenarnya kebanyakan karya Bukowski identik dengan karakter laki-laki yang marah pada keadaan dan mencari penghiburan lewat keberadaan perempuan. 

Bukowski juga sering melontarkan kata-kata yang meremehkan perempuan di bukunya serta jarang sekali menunjukkan karakter laki-laki yang ambil pusing tentang consent. Gaya menulis Bukowski memang terus terang dan kaya emosi, pantas banyak orang yang menemukan kenyamanan membaca karyanya saat patah hati atau kecewa. 

Baca Juga: 8 Novel Terbaik Karya Penulis Asia Tenggara yang Wajib Dibaca

3. Philip Roth

6 Penulis Kondang yang Karyanya Berbau MisoginiAmerican Pastoral oleh Philip Roth (instagram.com/iltempodiunlibro)

Roth juga sering dimasukkan dalam daftar penulis misoginis karena caranya menggambarkan karakter perempuan di novel-novelnya. Di novel Portnoy’s Complaint, Roth bahkan membandingkan seorang perempuan tua dengan sapi.

Sementara, di American Pastoral, ia seakan membuat daftar sifat perempuan yang bisa membuatnya diinginkan laki-laki. Ia juga sering menonjolkan sisi maskulin karakter laki-laki yang ia buat. Lewat karya-karya tulisnya, Roth seakan memberikan gambaran tak realistis tentang perempuan dan laki-laki sempurna sesuai kepercayaan masyarakat patriarki. 

dm-player

3. Ernest Hemingway

6 Penulis Kondang yang Karyanya Berbau MisoginiFor Whom the Bell Tolls (instagram.com/jordanmposs)

Ada dua tipe karakter perempuan di novel Hemingway, perempuan yang lemah dan penurut atau perempuan yang suka menggoda dan pastinya diseksualisasi. Hal ini membuat banyak penikmat literatur yang memasukkan Hemingway dalam kategori misogini. Coba buktikan sendiri di novel For Whom The Bell Tolls. 

Bukti lainnya ada di The Snows of Kilimanjaro, ia memang menciptakan sosok perempuan kuat, tetapi perlahan dipotret sebagai antagonis. Hemingway seakan tak pernah memberikan ruang bagi pembaca untuk bersimpati pada perempuan di karya sastranya. 

5. John Updike

6 Penulis Kondang yang Karyanya Berbau MisoginiRabbit, Run oleh John Updike (instagram.com/ksiegarniapodglobusem)

John Updike selalu memilih laki-laki sebagai lakon utama di novelnya. Sementara, perempuan selalu ia potret sebagai istri yang patuh, selingkuhan, pemuas hawa nafsu, atau penjaga rumah. Hal ini sangat kentara di novel larisnya Rabbit Run.

Ia membuat novel tandingan berjudul S. Karakter utamanya seorang perempuan yang Baru bercerai dan memilih hidup mandiri. Seakan menjanjikan, tetap saja Updike menggambarkannya sebagai perempuan yang uring-uringan dan suka mengolok sesama perempuan. Berbeda dengan Rabbit Run yang sebenarnya serupa, tetapi karakter laki-lakinya diciptakan dengan banyak ruang untuk mendapat simpati dari pembaca. 

Kritik tak membuat Updike melakukan perbaikan. Di The Witches of Eastwick, ia justru mengambil sudut pandang yang lebih ekstrem. Perempuan di novel tersebut dipotret sebagai villain yang membalas dendam dan menganggap perempuan lain sebagai saingan.

6. Vladimir Nabokov 

6 Penulis Kondang yang Karyanya Berbau MisoginiLolita oleh Vladimir Nabokov (instagram.com/katesbooks_)

Vladimir Nabokov dikenal luas karena novel Lolita. Mirisnya novel ini sangat misoginis, tak bisa didebat. Karakter perempuan di Lolita tak pernah luput dari objektifikasi laki-laki. Alih-alih bicara consent, plotnya saja tentang seorang laki-laki yang terobsesi pada gadis di bawah umur dan menculiknya. 

Tak cukup dengan kontroversi Lolita yang dianggap mengglamorisasi pedofilia, Nabokov juga merilis novel Ada, or Ardor yang merupakan kisah cinta inses. 

Meski ide-idenya kontroversial, utamanya saat dibaca di masa kini, bukan berarti kamu serta merta menghindarinya. Buku-buku mereka bisa jadi ajang melatih kemampuan berpikir kritismu. Kadang karya sastra bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga dicerna dan didebat. 

Baca Juga: 5 Karya Charles Dickens yang Mengagumkan, Penggiat Sastra Wajib Tahu!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya