ilustrasi bodo amat jika diingatkan (pexels.com/RDNE Stock project)
penderita shopping addiction memandang belanja bukan sekadar aktivitas transaksional, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas mereka. Mereka terus mencari barang baru untuk dibeli, bahkan saat mereka tidak punya uang.
Ketika mereka mencoba untuk menahan diri, mereka akan merasa gelisah dan cemas, dan akhirnya kembali pada habit belanja mereka. Kecanduan belanja dapat membuat mereka sulit untuk lepas dari kebiasaan ini, bahkan ketika orang-orang di sekitar sudah merasa khawatir dan menasehati.
Mereka mungkin menyangkal bahwa mereka memiliki masalah dan merasa bahwa tidak ada yang bisa membantu mereka. Hal ini tentu dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, keuangan, dan hubungan sosial mereka.
Jika kamu merasa bahwa kamu atau orang di sekitarmu memiliki gejala shopping addiction, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Semakin cepat kamu mencari bantuan, semakin cepat kamu bisa keluar dari gejala mental ini.
Shopping addiction adalah gejala mental yang serius, tetapi masih bisa diatasi. Dengan kesadaran, edukasi, dan dukungan, kamu bisa terbebas dari gila belanja dan menjalani hidup yang lebih baik.
Referensi :
Andreassen, C. S., Griffiths, M. D., Pallesen, S., Bilder, R. M., Torsheim, T., & Aboujaoude, E. (2015, September 17). The Bergen Shopping Addiction Scale: reliability and validity of a brief screening test. Frontiers in Psychology, 6.