ilustrasi perayaan Imlek (pexels.com/soldiervip)
Barongsai merupakan istilah yang umumnya dikenal di Indonesia. Asal usul istilah ini dapat dilacak dari dua kata, yaitu "Barong" yang merujuk kepada seni tari Bali, Barong, dan "Sai" yang berasal dari bahasa Hokkian yang berarti singa. Di Tiongkok sendiri, seni tari ini lebih dikenal dengan istilah "Wu Shi" dan secara internasional dikenal dengan nama "Lion Dance".
Dikutip National Library Board Singapore, tarian Barongsai memiliki akar sejarah yang dalam dan kaya akan makna. Dipercaya berasal dari lebih dari 1.500 tahun yang lalu, tarian ini memiliki peran penting dalam budaya Tionghoa, terutama dalam merayakan momen-momen penting seperti peluncuran bisnis baru dan perayaan Tahun Baru Tionghoa.
Makna simbolisnya terkait dengan legenda Nian, makhluk buas yang dikatakan diusir oleh desa-desa dengan pertunjukan tarian dan suara yang keras pada malam menjelang Tahun Baru. Selain itu, ada juga kisah tentang penggunaan tarian singa dalam strategi militer, di mana pasukan memakai kostum singa untuk menakuti musuh-musuhnya.
Dalam pertunjukan Barongsai, penari memanipulasi kepala singa dari kertas mâché, sementara yang lain bertindak sebagai kaki belakangnya, menciptakan gerakan-gerakan yang dinamis dan atraktif. Musik dari instrumen-instrumen tradisional seperti drum, simbal, dan gong memberikan latar yang dramatis.
Tarian ini mencakup gerakan-gerakan yang berbeda. Masing-masing dengan makna khusus yang dikoreografi dengan sempurna dengan irama musiknya. Selesai dengan aksi akrobatik yang cakap, di mana singa menggigit seikat selada dan hongbao, tarian Barongsai menggambarkan semangat keberuntungan, keberanian, dan kemakmuran.