Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Puisi (freepik.com)

Intinya sih...

  • Puisi rakyat Indonesia sarat dengan pesan moral dan nilai-nilai tradisi.
  • Jenis-jenis puisi rakyat seperti pantun, syair, gurindam, dan lainnya masih relevan hingga sekarang.
  • Setiap jenis puisi rakyat memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda.

Puisi rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang penuh dengan pesan moral dan nilai-nilai tradisi. Meski terkesan kuno, puisi rakyat seperti pantun, syair, gurindam, dan lainnya masih relevan hingga sekarang karena sarat makna.

Buat kamu yang ingin lebih mengenal jenis-jenis puisi rakyat beserta ciri-cirinya, yuk simak penjelasannya di bawah ini. Pahami untuk bisa lebih dekat dengan sastra hasil karya bangsa Indonesia!

1. Jenis puisi rakyat

https://unsplash.com/@sincerelymedia

Sebelum kita masuk lebih dalam, penting untuk mengetahui bahwa setiap jenis puisi rakyat memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda. Nah, sekarang kita akan bahas jenis-jenis puisi rakyat ini satu per satu agar kamu lebih paham perbedaan dan ciri-cirinya. Yuk, simak!

Pantun

Pantun adalah salah satu puisi rakyat yang terdiri dari empat baris dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk menyampaikan pesan atau hiburan. Tujuan pantun adalah untuk menyampaikan nasihat, sindiran, atau hiburan secara tersirat dan kreatif. 

Ciri-ciri pantun, antara lain:

  • Terdiri dari empat baris per bait.
  • Pola rima a-b-a-b.
  • Baris pertama dan kedua berfungsi sebagai sampiran, baris ketiga dan keempat berfungsi sebagai isi.
  • Berisi pesan moral atau nasihat tersirat.

Syair

Syair adalah puisi rakyat yang berfungsi untuk menyampaikan cerita atau pesan secara panjang dan berkelanjutan. Setiap barisnya berisi makna penuh tanpa sampiran. Tujuan syair adalah menyampaikan nilai moral, pelajarn hidup, atau nasihat dengan lebih rinci dan mendalam.

Ciri-ciri syair:

  • Setiap bait terdiri dari empat baris.
  • Pola rima a-a-a-a.
  • Semua baris mengandung isi tanpa sampiran.
  • Biasanya berbentuk cerita atau kisah panjang.

Gurindam

Gurindam merupakan puisi Melayu tradisional yang berasal dari Tamil atau India. Gurindam terdiri dari dua baris dengan isi berupa nasihat, petuah, atau ajaran. Tujuannya adalah untuk memberikan nasihat atau ajaran secara langsung dan ringkas.

Ciri-ciri gurindam:

  • Setiap bait terdiri dari dua baris.
  • Pola rima sama atau a-a, b-b, c-c, dan seterusnya.
  • Berisi nasihat atau petuah.
  • Baris pertama berisi masalah dan baris kedua berisi jawaban atau akibat dari masalah pada baris pertama.
  • Sederhana dan langsung pada inti pesan.

Seloka

Seloka adalah puisi rakyat yang mengandung unsur sindiran atau ejekan secara halus. Sering kali digunakan untuk menyindir seseorang atau kondisi tertentu. Tujuan seloka adalah menyampaikan sindiran, kritik, atau ejekan dengan cara puitis dan halus.

Ciri-ciri seloka antara lain:

  • Berbentuk bait dengan jumlah baris yang bervariasi.
  • Dalam satu baris, berisi sekitar 18 suku kata atau kurang.
  • Mengandung sindiran, ejekan, atau kritik.
  • Menggunakan bahasa puitis dan sering kali bersifat humoris.

Karmina

Karmina adalah pantun singkat atau pantun kilat yang terdiri dari dua baris saja. Biasanya berisi sindiran atau pesan yang langsung dan cepat. Tujuannya adalah untuk menyampaikan sindiran atau pesan secara cepat dan ringkas.

Ciri-ciri karmina:

  • Terdiri dari dua baris.
  • Pola rima a-a.
  • Berisi pesan singkat atau sindiran.
  • Baris pertama disebut sampiran dan baris kedua disebut isi.
  • Pada setiap baris harus selalu diakhiri dengan tanda koma.

Talibun

Talibun adalah puisi yang mirip dengan pantun, namun jumlah barisnya lebih banyak, biasanya enam atau delapan baris dalam satu bait. Tujuan talibun adalah untuk menyampaikan cerita yang lebih panjang dan lebih kompleks dibandingkan pantun.

Ciri-ciri talibun antara lain:

  • Terdiri dari enam atau delapan baris.
  • Pola rima a-b-c-a-b-c.
  • Biasanya digunakan untuk menyampaikan suatu perkara atau cerita panjang.

Mantra

Mantra adalah puisi yang memiliki kekuatan magis atau spiritual dan digunakan dalam upacara adat atau ritual keagamaan. Mantra digunakan untuk memohon kekuatan gaib atau perlindungan dalam upacara adat atau spiritual.

Ciri-ciri mantra:

  • Terdiri dari beberapa baris.
  • Tidak memiliki pola rima yang jelas.
  • Mengandung kata-kata sakral atau berdaya magis.
  • Biasanya digunakan dalam ritual tradisional atau upacara.

2. Ciri-ciri puisi rakyat

ilustrasi sedang menulis (unsplash.com/Kenny Eliason)

Secara umum, puisi rakyat memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari jenis puisi lainnya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri utama puisi rakyat:

  • Awalnya disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi sebelum dituliskan.
  • Bahasa yang digunakan cenderung sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat umum.
  • Puisi rakyat seringkali menyisipkan pesan moral, nasihat, atau ajaran dalam isinya.
  • Sebagian besar puisi rakyat, seperti pantun dan syair, menggunakan pola rima yang teratur.
  • Irama atau nada dalam puisi rakyat membantu dalam penyampaian yang lebih menarik dan menghibur.

3. Contoh puisi rakyat

Puisi

Berikut ini adalah beberapa contoh menarik dari puisi rakyat, masing-masing dengan keindahan bahasa dan pesan moral yang terkandung di dalamnya:

Pantun

Pergi ke pasar membeli ikan (a)
Jangan lupa membeli terasi (b)
Jika ingin meraih impian (a)
Jangan pernah malas beraksi (b)

Gurindam

Barang siapa suka menunda (a)
Pekerjaan menumpuk tiada terkira (a)

Jika engkau berkata jujur (b)
Hidupmu akan selalu makmur (b)

Talibun

Jika pergi ke tepi pantai (a)
Jangan lupa membawa tikar (b)
Bersama keluarga tersayang (c)
Angin sejuk pun terasa damai (a)
Suasana hati menjadi segar (b)
Sambil bermain dan bersenang (c)

Itulah tadi penjelasan tentang jenis-jenis puisi rakyat dan ciri-cirinya. Dengan mengenal puisi rakyat lebih dalam, kita bisa lebih menghargai kekayaan sastra lisan yang penuh dengan nilai-nilai moral dan budaya. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan baru untukmu, ya!

Editorial Team