5 Rekomendasi Buku Self-Help Asal Korea Selatan, Relate Gak?

Bantu kamu sembuhkan luka masa lalu

Menjadi salah satu negara dengan indeks bunuh diri tinggi, berbagai penulis buku self-help juga bermunculan di Korea Selatan. Tak sedikit pula buku self-help Korea Selatan yang diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk Bahasa Indonesia. Punya pembahasan yang relate dengan kehidupan sehari-hari, tak heran jika genre buku yang satu ini banyak diminati juga di negara lain.

Masalah yang hadir silih berganti seakan jadi teman setia yang mau tidak mau harus selalu disambut dengan tulus. Kehilangan orang terdekat, quarter life crisis, serta berbagai masalah lain bisa membuat kita merasa tak mampu mengatasinya. Lima rekomendasi buku self-help ini bisa dijadikan pilihan bacaan di masa sulit untuk berdamai dengan keadaan saat ini maupun masa lalu.

1. Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah oleh Kwon Rabin

5 Rekomendasi Buku Self-Help Asal Korea Selatan, Relate Gak?potret buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah oleh Kwon Rabin (instagram.com/dyah.ratitya)

Buku yang pernah dibaca oleh V BTS ini sukses mencuri perhatian Army (Fans BTS) setelah diterjemahkan oleh Penerbit Haru. Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah terasa dekat dengan banyak orang yang seringkali merasa bahwa rumah bukan tempat yang nyaman.

Di tengah perjalanan menuju dewasa, banyak hal terjadi dan tidak sedikit yang terasa berat untuk dilewati. Saat merasa lelah, kita ingin pulang dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjuangan. Namun tidak semua orang memiliki tempat pulang yang nyaman. Tak apa meski kita belum merasa berada di rumah, kita bisa membuat rumah kita sendiri perlahan-lahan.

2. Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? oleh Kim Sang Hyun

5 Rekomendasi Buku Self-Help Asal Korea Selatan, Relate Gak?potret buku Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? oleh Kim Sang-hyun (instagram.com/fathiyah_azizah)

Siapa orang yang akan setia ada untuk kita? Siapa yang akan menemani sampai kita tiba di pemakaman? Pertanyaan ini tumbuh di hati banyak orang seiring bertambahnya usia. Rasa takut sendirian juga terus hadir mengingat jumlah teman dekat yang semakin lama semakin sedikit.

Buku ini ditulis dengan indah oleh Kim Sang Hyun, sehingga membuat pembacanya merasa dipeluk dan dikuatkan. Merasa sedang mendengarkan kisah seorang teman yang sangat mirip dengan apa yang dialaminya.

3. Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah oleh Geulbaewoo

5 Rekomendasi Buku Self-Help Asal Korea Selatan, Relate Gak?potret buku Aku Bukannya Menyerah Hanya Sedang Lelah oleh Geulbaewoo (instagram.com/bbbbookclub)
dm-player

Saat segala upaya sudah dilakukan, menyerah tentu bukan pilihan. Namun di sisi lain, rasa lelah yang terus bertambah membuat segalanya terasa semakin berat dan rasa putus asa mulai hadir. Rasa lelah dan ingin menyerah kadang datang dalam waktu yang nyaris bersamaan. Kehilangan minat akan hal-hal yang biasanya kita suka bisa memperparah rasa lelah.

Geulbaewoo menggambarkan tentang rasa lelah dan tidak berdaya saat menghadapi berbagai persoalan hidup. Setelah melakukan yang terbaik, jangan lupa menjadi baik kepada dirimu sendiri.

Baca Juga: 8 Rekomendasi Buku Self Improvement Asal Korea Selatan

4. Terima Kasih Sudah Mengatakannya oleh Kim Yu Jin

5 Rekomendasi Buku Self-Help Asal Korea Selatan, Relate Gak?potret buku Terima Kasih Sudah Mengatakannya oleh Kim Yu-jin (instagram.com/mereadthisbook)

Kata-kata punya peran penting dalam kehidupan manusia. Kata positif yang sering diucapkan, bisa jadi membuat kita tumbuh jadi pribadi yang semakin kuat. Berlaku juga untuk kata negatif yang bisa membuat kita membenci dan tidak mempercayai diri kita sendiri.

Penting untuk memahami kata apa saja yang pernah melukaimu dan tidak ingin kamu dengar atau katakan lagi. Tak apa-apa mengatakan dengan jujur apa yang sebenarnya kamu rasakan. Dengarkan hatimu terlebih dahulu dan jadilah jujur pada orang-orang di sekitarmu.

5. I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki oleh Baek Se Hee

5 Rekomendasi Buku Self-Help Asal Korea Selatan, Relate Gak?potret buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki oleh Baek Se-Hee (instagram.com/uruuchan)

Percakapan seorang psikiater dengan pasiennya direkam dalam buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki. Bahkan versi kedua dari buku ini sudah dicetak dan tidak kalah larisnya. Obrolan jujur yang membuat buku ini terasa dekat dengan banyak pembacanya.

Masalah yang bagi sebagian orang merupakan hal sederhana, bisa jadi hal besar yang mengganggu hidup seseorang. Maka dari itu, kita tidak bisa menganggap remeh masalah yang sedang dihadapi seseorang.

Mencari alasan untuk tetap bertahan memang tidak selalu mudah. Tak apa merasa lelah dan ingin menyerah, semua emosimu itu valid. Lakukan hal yang bisa membantumu merasa lebih baik. Bisa dengan membaca buku, mendengarkan musik, meminta pertolongan seorang teman atau bantuan tenaga profesional jika memang dibutuhkan. Lakukan yang terbaik untuk kesehatan mentalmu!

Katarina Willa Photo Verified Writer Katarina Willa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Chalimatus Sa'diyah

Berita Terkini Lainnya