Ilustrasi Ogoh-ogoh (dok. baliprov.go.id)
Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Nyepi. Sejak tahun 80-an, umat Hindu mengusung Ogoh-ogoh dengan mengelilingi desa dan membawa obor atau yang disebut acara Ngerupuk. Sebelum memulai pawai ini, para peserta upacara biasanya melakukan minum-minuman keras traditional yang dikenal dengan nama arak.
Pada umumnya Ogoh-ogoh diarak menuju suatu tempat yang diberi nama Sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat). Kemudian Ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut akan dibakar habis.
Ogoh-ogoh itu diarak dengan diiringi irama gamelan khas Bali yang diberi nama Bleganjur Patung ogoh-ogoh dibuat dengan bahan dasar bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana. Hal ini simbol kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara Ngerupuk.
Jadi, kenapa Ogoh-ogoh diarak semalam sebelum Nyepi? Hal ini memiliki filosofi, yaitu manusia wajib saling menjaga alam dan sumber daya agar tidak merusak lingkungan sekitar. Pawai ini akan dilakukan dengan cara diarak keliling desa atau dipentaskan semalam sebelum Nyepi.