- Guru pendamping : Apris Triatmiko, S.Pd.
- Penulis: Muhammad Khimi Al Kodir, Haniif Dadyo Adji
- Desainer Visual: Nur Safitri Handayani
- Fotografer: Rizqi Raja Ilham Maulana
- Videografer: Ahmad Adithya Landon
[MADING] Aksi Kecil untuk Bumi, Lingkungan Asri Jadi Bukti

Halo, Teman-teman! Kami, Tim Laskar Nusa dari SMKN 1 Bontang dengan bangga menghadirkan sebuah karya mading tentang Aksi Hijau untuk meningkatkan kesadaran tentang energi terbarukan dan berbagai langkah sederhana namun berarti yang bisa kita lakukan demi merawat Bumi agar tetap bersih, hijau, dan lestari untuk generasi mendatang.
Tim redaksi kami terdiri dari :
Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.
Esai: Latar Belakang

Pernah nggak kamu bayangin gimana jadinya kalau kita semua mengabaikan lingkungan? Bayangin, sebuah kota tanpa ruang hijau, udara yang terasa berat untuk dihirup, dan sungai-sungai yang berubah warna karena tercemar limbah. Ini bukan gambaran masa depan fiksi. Ini adalah kenyataan yang pelan-pelan akan terjadi kalau nggak ada perubahan. Sering kali kita menganggap upaya menjaga lingkungan adalah tugas besar yang cuma bisa dilakuin oleh pemerintah atau ilmuwan. Padahal, aksi kecil yang konsisten, terlebih kalau didorong oleh edukasi dan teknologi, bisa membawa perubahan nyata terutama kalau dimulai oleh anak muda.
Indonesia menghadapi banyak banget tantangan lingkungan, mulai dari pencemaran udara, krisis air bersih, sampai penumpukan sampah yang belum ditangani secara baik. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, pada tahun 2023 timbulan sampah di Indonesia mencapai sekitar 69,9 juta ton, dengan 41,6 % berupa sampah organik dan 18,7 % plastik. Dari jumlah itu, 44,4 % berasal dari rumah tangga. Itu berarti setiap hari puluhan ribu ton sampah dibiarkan mencemari lingkungan, merusak ekosistem, dan membahayakan kesehatan masyarakat.
Masalah ini semakin rumit saat disandingkan sama rendahnya kesadaran lingkungan di berbagai kalangan masyarakat. Banyak orang masih memandang persoalan lingkungan sebagai hal sepele, atau merasa nggak punya peran dalam upaya penyelamatan bumi. Di sinilah pentingnya edukasi bukan cuma dalam bentuk teori di kelas, tetapi juga lewat pendekatan yang membumi, menyentuh kehidupan sehari-hari, dan bisa dipahami semua orang.
Anak muda, yang kini tumbuh dalam era digital, memiliki potensi besar untuk jadi agen perubahan. Generasi ini hidup dalam lingkungan informasi yang luas banget melalui internet, terbuka terhadap ide-ide baru, dan memiliki akses terhadap teknologi yang bisa digunakan untuk tujuan positif. Jadi, kalau edukasi dan teknologi digabungkan, terbuka peluang besar untuk mempercepat perubahan dalam skala yang besar, termasuk di bidang lingkungan.
Edukasi lingkungan nggak harus selalu berat dan formal. Bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti kampanye pengurangan plastik di sekolah, pelatihan pemilahan sampah, atau membuat konten edukatif di media sosial. Teknologi pun nggak harus melulu tentang alat canggih. Aplikasi pencatatan sampah, sistem pemantauan kualitas udara, atau platform daring untuk pelaporan pencemaran sudah cukup jadi awal yang berdampak.
Contoh nyata adalah Gerakan Sekolah Adiwiyata yang digagas oleh KLHK. Lewat program ini, sekolah didorong untuk menciptakan budaya cinta lingkungan melalui pembelajaran dan aksi nyata di lingkungan sekolah. Murid-murid dilibatkan dalam kegiatan kayak memilah sampah, penghijauan, dan pengelolaan limbah sederhana. Meski kelihatannya kecil, dampaknya bisa berlipat kalau diterapin di banyak sekolah secara konsisten.
Lebih jauh lagi, pemerintah menetapkan target yang jelas melalui Perpres No. 97/2017 dan Perpres No. 83/2018 untuk mengurangi sampah 30 % dan menangani 70 % sampah pada tahun 2025, termasuk mengurangi sampah plastik bocor ke laut hingga 70 %. Target ambisius ini hanya bisa tercapai kalau semua pihak, termasuk anak muda turut ambil bagian.
Selain itu, inovasi teknologi dari kalangan muda juga mulai nunjukin kontribusinya. Beberapa pelajar dan mahasiswa Indonesia telah ngeciptain alat sederhana untuk ngubah limbah organik menjadi biogas, aplikasi pencatat jejak karbon pribadi, hingga robot pemilah sampah. Meskipun skalanya masih terbatas, langkah ini membuktikan bahwa dengan niat dan kreativitas, perubahan dapat dimulai dari mana saja.
Ngomong-ngomong soal inovasi teknologi, sekarang makin canggih nih lewat aplikasi Tradisi (Transaksi Digital Sampah Indonesia). Tradisi ini digunakan oleh lebih dari 100 bank sampah aktif-mulai dari Batam, Pekanbaru, Lampung, hingga sekolah di Kulon Progo, agar semua pencatatan setor tarik sampah jadi digital dan mudah diakses secara online. Setiap nasabah dapat punya Satu Nomor Identitas Persampahan Nasional (SNI-PN) yang bikin mereka bisa setor sampah ke mana saja yang terhubung tanpa daftar ulang. Transaksi transparan, laporan bisa di-generate otomatis, dan data tersimpan rapi tanpa spreadsheet atau buku fisik. Pengurus bank sampah jadi bisa lebih fokus mengedukasi masyarakat dan ngembangin layanan daripada ribet urus administrasi manual. Efeknya? Kepercayaan masyarakat meningkat, nasabah makin aktif, dan dampak lingkungan jadi lebih nyata karena keberlanjutan program bank sampah jadi lebih kuat.
Esai: Kesimpulan

Dari semua yang telah dibahas, jelas bahwa penyelamatan bumi bukan cuma tentang aksi besar atau teknologi mutakhir. Justru, aksi kecil yang dilakukan secara konsisten, didukung oleh pemahaman yang tepat melalui edukasi dan teknologi, adalah kunci utama perubahan. Anak muda memegang peran strategis dalam hal ini bukan karena mereka lebih tahu segalanya, tapi karena mereka punya semangat belajar, akses terhadap teknologi, dan keinginan kuat untuk berkontribusi.
Melalui edukasi yang membumi dan teknologi yang sederhana namun efektif, kita bisa mulai mengubah cara pandang masyarakat terhadap lingkungan. Mulailah dari diri sendiri: memilah sampah, mengurangi pemakaian plastik, atau berbagi pengetahuan di media sosial. Sebab pada akhirnya, “Aksi Kecil untuk Bumi” memang nggak selalu langsung terlihat, tapi lambat laun akan berubah menjadi “Lingkungan Asri Jadi Bukti.”
Jadi, mari beraksi sekarang. Nggak perlu menunggu besar atau sempurna. Karena menyelamatkan bumi bukan tugas segelintir orang saja, melainkan tanggung jawab bersama dan aksi kecilmu hari ini adalah bukti bahwa masa depan masih bisa diperjuangkan.
Infografik

Wujudkan sekolah bersih dengan konsep B.I.J.A.K, yaitu Batasi penggunaan barang sekali pakai, Inovasi cara kreatif menggunakan sampah, Jelajahi ide daur ulang baru, Atur sampah sesuai jenisnya, dan Kelola sampah dengan bijak serta berkelanjutan. Dijelaskan bahwa daur ulang adalah proses mengolah kembali barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat, namun faktanya 69% sampah di Indonesia belum terkelola dengan baik dan berisiko membuat TPA penuh dalam beberapa tahun ke depan. Kendala utama dalam pengelolaan sampah antara lain masih tercampurnya sampah organik dan anorganik, rendahnya kesadaran serta edukasi masyarakat, dan nilai ekonomis sampah yang dianggap tidak bermanfaat. Melalui gerakan B.I.J.A.K, siswa diajak untuk ikut serta mengurangi masalah sampah dengan tindakan sederhana tapi berdampak besar. Dengan kolaborasi, kesadaran, dan kepedulian, sekolah dapat menjadi contoh nyata lingkungan yang bersih, hijau, dan berkelanjutan.
Infografik

3R sebagai pilar penting kebersihan, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce berarti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, kertas berlebihan, serta sisa makanan agar tidak menumpuk menjadi sampah. Reuse menekankan pemanfaatan kembali barang-barang yang masih layak seperti botol, kotak bekas, atau kertas bolak-balik untuk mengurangi limbah. Sedangkan Recycle adalah mendaur ulang sampah organik menjadi kompos dan mengolah sampah anorganik menjadi kerajinan atau produk baru. Melalui penerapan 3R, lingkungan sekolah maupun sekitar dapat tetap bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

Pertamina berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon melalui program biofuel yang mampu menekan emisi setara 300 ribu ton CO₂ per tahun, pengoperasian SPBU Energy Green berbasis panel surya, serta pengembangan green refinery untuk energi ramah lingkungan. Data reduksi emisi menunjukkan tren peningkatan dari tahun 2020 hingga 2024, sejalan dengan target capaian nasional. Upaya ini membuktikan bahwa Pertamina berperan penting dalam transisi energi dan dekarbonisasi melalui biofuel, teknologi hijau, gas rendah karbon, hingga energi terbarukan demi kualitas udara yang lebih sehat.
Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

Tiga Pilar Utama Green Movement Pertamina, yaitu Kampanye, Edukasi, dan Penguatan. Pilar kampanye berfokus pada ajakan untuk hidup sehat, sementara pilar edukasi menekankan sosialisasi gaya hidup ramah lingkungan. Selain itu, pilar penguatan menghadirkan seni dan budaya yang berbasis pada kepedulian terhadap lingkungan. Melalui inisiatif ini serta kemitraan strategis, Pertamina NRE menegaskan perannya sebagai pelopor energi hijau. Program ini juga berupaya mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan dengan nilai budaya, sehingga memberi manfaat nyata bagi generasi mendatang.
Foto Bercerita

Cerita di balik layar, dimulai dengan penyusunan struktur mading sebagai dasar pembagian tugas, sekaligus menggagas ide taman ramah lingkungan. Proses berlanjut ke aksi kreatif, ketika tim merekam video reels untuk mengajak masyarakat peduli dan berbuat hal positif. Puncaknya, dua anggota tim mengunggah mading dan video ke website sebagai wujud nyata kolaborasi digital. Dari kerja sama sederhana ini lahir inspirasi, bahwa setiap langkah kecil bisa membawa dampak besar bagi lingkungan dan sesama.
Foto Bercerita

Seluruh karya mading kami ini menggambarkan langkah awal siswa dalam mencintai dan menjaga lingkungan melalui tindakan nyata. Dimulai dengan membangun kesadaran, mereka belajar bahwa perubahan besar berawal dari hal kecil, seperti memahami pentingnya menjaga kebersihan dan alam sekitar. Kesadaran tersebut kemudian diwujudkan dengan aksi sederhana, seperti mengurangi sampah, menanam pohon, hingga merawat taman sekolah.
Foto Bercerita

Karya kami ini tidak hanya menunjukkan kerja keras di balik layar, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkenalkan aksi nyata kepada banyak orang. Setiap proses, mulai dari kesadaran hingga aksi, ditampilkan agar pesan kepedulian lingkungan bisa tersampaikan secara lebih luas. Dengan menghadirkan dokumentasi visual, kami ingin menunjukkan bahwa upaya menjaga bumi dapat dilakukan siapa saja dan dimulai dari lingkungan sekolah. Foto-foto ini menjadi bukti nyata bahwa langkah kecil mampu membawa perubahan besar. Harapannya, semakin banyak orang terinspirasi untuk ikut bergerak dan melanjutkan aksi peduli lingkungan secara berkelanjutan.