IDN Times Xplore/PRASADA_SMA Cengkareng 1 Jakarta
Hangatnya suhu global dan ancaman iklim ekstrem menjadi bukti nyata bahwa bumi semakin mengkhawatirkan. Menurut laporan C3S, suhu bumi pada Januari 2025 telah melonjak hingga 1,75°C. Lebih dari itu, Mei 2025 tercatat sebagai Mei terpanas kedua dalam sejarah pengukuran dengan suhu rata-rata global mencapai 1,40°.
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. Dilansir dari Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2025, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia mencapai 285,7 juta jiwa. Banyaknya penduduk ini berakibat pada tingginya tingkat aktivitas rumah tangga, artinya semakin banyak aktivitas rumah tangga maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkannya. Limbah rumah tangga ini menyumbang proporsi signifikan pada pencemaran lingkungan, contoh yang sering ditemui namun kita abaikan adalah minyak jelantah dan limbah plastik. Kehidupan yang kita rasakan, tanah yang subur, air bersih, juga oksigen yang melimpah tidak lain tidak bukan karena bumi pertiwi selalu memberi tanpa henti. Namun, lama-kelamaan fana kehidupan membuat kita terlena dan mengacuhkan tempat berpijak kita, yaitu bumi.
Situasi ini menjadi alarm keras bagi kita semua, terutama generasi muda untuk tidak tinggal diam. Seperti pepatah mengatakan, tangan memberi lebih baik daripada tangan menerima.
Setiap hari, rumah tangga dan rumah makan menghasilkan minyak jelantah dan limbah plastik dalam jumlah besar. Tidak hanya mencemari lingkungan, limbah ini juga membahayakan berbagai makhluk hidup darat maupun laut, bahkan kita juga akan ikut terkena dampaknya. Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) jumlah sampah pada tahun 2025 menghasilkan 70,8 juta ton atau setara dengan 194 ribu ton setiap harinya. Sering kali juga, minyak jelantah dibuang seperti ke selokan atau aliran air lainnya. Masalah ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga butuh kesadaran masyarakat. Tidak harus melalui tindakan besar yang mampu mengubah segalanya dalam sekejap mata, tapi mulai dari tindakan kecil yang sederhana dari setiap individu untuk mengubah dasar dan fondasi di masyarakat.
Dengan judul “Dari Kita Yang Kecil, Untuk Alam Yang Besar, Demi Harapan Abadi” menggambarkan semangat untuk perubahan. Dalam menyelamatkan alam kita dari kerusakan, mulai dengan melakukan hal-hal kecil yang mana setiap anggota masyarakat dapat berkontribusi aktif. Langkah kecil ini yang nantinya membawa harapan baru untuk masa depan yang bebas dari pencemaran dan memiliki lingkungan yang sehat.
Langkah ini hadir sebab kami sebagai generasi muda melihat bagaimana sekeliling tidak dapat mengolah sampah dengan baik, setiap harinya kita menyumbang sampah, sudah seharusnya kita juga dapat mengelolanya dengan bijak. Kami menyimpulkan beberapa langkah tersebut dalam singkatan BUMI, yaitu :
B : Bersihkan lingkungan dari mulai diri sendiri.
Pernahkah kamu menyadari seberapa banyak sampah yang kamu hasilkan setiap hari? Begitu pun saat ini, kita harus memulai kebiasaan baik dari diri sendiri. Mulai dari tidak membuang minyak jelantah sembarangan, juga dapat mengolah limbah plastik menjadi ecobrick.
U : Ubah limbah menjadi sesuatu yang berguna.
Limbah bukanlah akhir, namun awal baru. Dari limbah, lahir cahaya keajaiban. Sudah banyak inovasi yang lahir dari limbah menumpuk. Seperti halnya minyak jelantah yang dianggap tidak berguna, tetapi dapat diubah menjadi barang berguna seperti lilin aromaterapi ataupun biodiesel yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Begitu pun dengan limbah plastik.
M : Manfaatkan teknologi untuk mengedukasi.
Kemajuan globalisasi mengubah segala aspek kehidupan, begitu pun dengan cara kita berkomunikasi. Kemudahan teknologi dapat sangat berkontribusi besar, kita dapat menyebarkan, memberikan informasi juga edukasi melalui media sosial.
I : Ikut serta menjaga keberlanjutan bumi.
Ide sudah, tindakan sudah, inovasi sudah, lalu langkah yang terakhir yaitu berkelanjutan. Generasi muda memiliki peranan penting dalam kepentingan masalah global ini, selain menjadi pencetus ide, kita juga dapat menjadi agen keberlanjutan perubahan.
Fakta mendukung optimisme ini. Sejumlah artikel dari IDN Times menggarisbawahi bahwa pengolahan minyak jelantah tidak hanya mudah diterapkan, tapi juga berdampak positif. Keberhasilan nyata juga telah ditunjukkan di lapangan. Pertamina Patra Niaga mengadakan program pelatihan di Palembang yang mengajarkan warga Talang Betutu cara mengolah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi.
Sama halnya minyak jelantah, limbah plastik juga dapat diolah menjadi hal yang lebih bermanfaat. Salah satunya ecobrick yaitu metode memanfaatkan kembali limbah plastik seperti kemasan makanan instan dan botol plastik bekas. Misalnya, di Indonesia ecobrick, khususnya di lingkungan sekolah kami, ecobrick dapat diubah menjadi bangku dan memiliki nilai jual. Begitu pun dengan minyak jelantah yang diolah kembali menjadi lilin aromaterapi. Tentunya kebiasaan atau langkah kecil ini memiliki hambatan tersendiri, namun hal tersebut dapat kita tangani dengan bijak. Dari masalah tersebut, hadir satu kunci besar pemegang keberhasilan, yaitu kolaborasi.