[MADING] Hijaukan Sekolah Selamatkan Bumi Dan Masa Depan

Hai, Eco warriors! Kami tim AksaraMuda mengangkat tema besar yang menyentuh masa depan kita bersama, yaitu "Hijaukan Sekolah, Selamatkan Bumi dan Masa Depan."
Kami percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari sekolah,tempat di mana kami belajar, bertumbuh, dan mulai peduli pada lingkungan sekitar.
Melalui karya mading ini, kami berharap bisa menginspirasi banyak pihak untuk ikut menjaga kelestarian bumi lewat aksi nyata di sekolah, mulai dari gerakan kecil seperti memilah sampah hingga penggunaan teknologi ramah lingkungan. Mari bergandengan tangan untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan!
AKSARAMUDA, [SMAN 1 BUSANG]
Ketua: [ANGEL NATAHLIN]
Anggota: [WARI ASTUTI, MAY LESTARI]
Pembimbing: [MUHAMMAD ANWARI S.Pd]
Oleh: [ANGEL NATAHLIN]
Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025.
Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.
Esai: Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia menghadapi tantangan besar berupa krisis lingkungan hidup. Di Indonesia sendiri, masalah seperti polusi udara, kerusakan hutan, dan volume sampah yang terus meningkat menjadi isu yang sangat serius. Lingkungan sekolah tidak terlepas dari masalah ini. Mulai dari kebiasaan membuang sampah sembarangan, pemakaian listrik yang boros, hingga kurangnya kesadaran warga sekolah terhadap pelestarian lingkungan, menjadi cerminan bahwa pendidikan lingkungan hidup belum diterapkan secara merata dan mendalam.
Padahal, sekolah adalah tempat paling awal untuk menanamkan kesadaran dan perilaku cinta lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup bukan hanya bagian dari materi pelajaran IPA atau Geografi, tetapi seharusnya menjadi bagian dari karakter dan budaya sekolah itu sendiri. Salah satu bentuk nyata upaya pendidikan lingkungan hidup di sekolah adalah melalui program Adiwiyata. Program ini bertujuan membentuk sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Sejak dimulai pada tahun 2006, program Adiwiyata terus berkembang. Hingga tahun 2023, tercatat ada 28.990 sekolah di seluruh Indonesia yang telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata dari berbagai tingkatan, menunjukkan bahwa sekolah dapat menjadi pelopor dalam menyelamatkan lingkungan (KLHK, 2023).
Selain itu, pada tahun 2024, sebanyak 720 sekolah kembali menerima penghargaan Adiwiyata, termasuk 208 sekolah Adiwiyata Mandiri dan 512 sekolah Adiwiyata Nasional (Kemendikbud, 2024). Hal ini membuktikan bahwa transformasi pendidikan hijau telah berlangsung dan terus meluas. Namun demikian, masih banyak sekolah yang belum mengadopsi pendidikan lingkungan secara serius. Sebagian besar pendidikan lingkungan masih bersifat teori dan belum menyatu dalam kegiatan nyata sehari-hari.
Berbagai penelitian juga mendukung pentingnya pendidikan lingkungan sejak usia sekolah. Sebuah studi menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya konservasi dari 45% menjadi 78%, dan partisipasi siswa dalam aksi lingkungan meningkat dari 30% ke 72% setelah mengikuti program pendidikan lingkungan (Jurnal Pendidikan Biologi, 2023).
Maka dari itu, diperlukan pendekatan baru yang menggabungkan edukasi hijau dengan kehidupan nyata siswa di sekolah. Hal ini dapat dimulai dari kegiatan sederhana seperti memilah sampah, membuat taman sekolah, menghemat energi, hingga membuat program digitalisasi kampanye lingkungan. Pemanfaatan teknologi seperti media sosial, aplikasi daur ulang, dan video kampanye digital juga dapat memperluas pengaruh pendidikan lingkungan agar lebih mudah diterima generasi muda.
Edukasi hijau dari sekolah tidak hanya penting untuk saat ini, tetapi menjadi investasi jangka panjang untuk masa depan bumi. Karena generasi muda hari ini adalah pemimpin bumi esok hari. Maka sudah saatnya sekolah menjadi titik awal dari perubahan besar yang ramah lingkungan.
Oleh: Angel Natahlin
Esai: Kesimpulan

Dari berbagai fakta dan data yang telah dipaparkan, kita dapat menyimpulkan bahwa sekolah memegang peran penting sebagai titik awal perubahan perilaku lingkungan. Dengan menyatukan nilai-nilai pendidikan hijau ke dalam budaya sekolah, siswa bukan hanya belajar tentang lingkungan dari teori, tetapi juga melalui praktik nyata sehari-hari. Program seperti Adiwiyata telah membuktikan bahwa sekolah mampu membentuk generasi yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Tidak hanya itu, peran teknologi sebagai penguat gerakan ini juga tidak bisa diabaikan. Dari media sosial hingga aplikasi manajemen sampah, anak muda bisa menjadi penggerak perubahan dengan cara yang kreatif dan menarik. Dalam sebuah studi perilaku, ditemukan bahwa kontrol perilaku individu (perceived behavioral control) merupakan faktor paling kuat dalam mendorong aksi Zero Waste, diikuti oleh norma sosial dan pengetahuan lingkungan (arXiv, 2024). Ini menunjukkan bahwa ketika siswa diberi ruang dan fasilitas untuk mengatur dan memilih gaya hidup ramah lingkungan, mereka akan lebih mudah bertindak nyata.
Membangun pendidikan ramah lingkungan bukanlah sesuatu yang bisa selesai dalam satu hari. Ia membutuhkan komitmen jangka panjang dari seluruh warga sekolah: kepala sekolah, guru, siswa, hingga orang tua. Tetapi langkah awal itu harus dimulai sekarang. Mading ini dibuat sebagai bentuk kontribusi nyata untuk mengajak semua pihak mulai bergerak bersama.
Karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Dari kegiatan sederhana seperti menanam pohon bersama, hingga kampanye digital bertema hijau, semua itu memiliki dampak jika dilakukan bersama-sama. Pendidikan yang mengajarkan cinta pada bumi adalah pendidikan yang akan menyelamatkan masa depan.
Mari kita wujudkan pendidikan ramah lingkungan di sekolah. Mari kita selamatkan bumi, selagi masih ada waktu.
Oleh: Angel Natahlin
Infografik

Sampah sekolah bukan hanya masalah kebersihan, tetapi juga sinyal peringatan akan masa depan lingkungan kita. Tumpukan sampah yang tidak terkelola dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta mengganggu kesehatan warga sekolah. Melalui pengelolaan sampah yang bijak, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang bersih sekaligus berkontribusi pada keberlanjutan bumi.
Oleh: Wari Astuti
Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

Pemanfaatan energi baru di sekolah menjadi langkah nyata dalam menjaga kelestarian bumi. Dengan menerapkan sumber energi ramah lingkungan seperti panel surya dan penghematan listrik, sekolah dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan. Inovasi ini bukan hanya memberi manfaat langsung bagi lingkungan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk peduli pada masa depan bumi.
Oleh: May Lestari
Rubrik Diskusi: Infografik

Kerja sama dengan Pertamina membuka peluang besar bagi sekolah untuk menerapkan program ramah lingkungan. Mulai dari pengelolaan sampah, penghijauan, hingga pemanfaatan energi bersih, semua menjadi bagian dari gerakan bersama menjaga bumi. Upaya ini membentuk kebiasaan positif yang akan dibawa siswa hingga dewasa, demi menciptakan masa depan yang lebih hijau.
Oleh: May Lestari
Foto Bercerita

Karya ini menggambarkan perjalanan kami dalam menyusun mading, mulai dari duduk bersama untuk bertukar ide hingga menyusun langkah-langkah nyata. Setiap momen terekam dalam kolaborasi yang hangat, penuh diskusi dan tawa. Di balik layar, ada proses panjang yang kami nikmati bersama sebagai satu tim.
Foto Bercerita

Lewat foto-foto ini, kami ingin menunjukkan bagaimana kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari sekolah. Mulai dari bersih-bersih, menanam pohon, hingga memilah sampah, semua dilakukan dengan semangat gotong royong. Kegiatan sederhana ini menjadi langkah nyata kami untuk menjaga bumi agar tetap hijau dan berkelanjutan