Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] Reformasi Pola Pikir Membangun Kesadaran di Lingkungan Sekolah

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

“Setiap daun yang gugur di halaman sekolah adalah pengingat, bahwa bumi menitipkan masa depan kepada tangan-tangan kecil yang belajar di bawah rindangnya.”

Bayangkan sebuah sekolah tanpa pohon rindang, tanpa taman, hanya tembok dan aspal, mungkin kita masih bisa belajar, tapi apakah kita benar-benar sedang mendidik generasi muda?

Tim redaksi kami terdiri dari:

Guru pendamping: Rainal Mukhtar, S.Pd., Gr.

Penulis:

- Rajendra Athallah Fawwaz

- Samuel Christian Wijaya

Desainer visual:

- Najla Ajjauza

- Nadiah Arsa Ghina Saragih

- Annisa Diva Perdana

Fotografer & Vidiografer: Abdul Aziz

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Lingkungan adalah fondasi utama kehidupan manusia. Jika hutan di dunia rusak, dampaknya terasa hingga ke ruang terkecil tempat kita belajar dan hidup. Data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa pada tahun 2024 Indonesia mengalami deforestasi netto sebesar 175,4 ribu hektare, meskipun terdapat usaha reforestasi sekitar 40,8 ribu hektare (Kementerian Kehutanan RI, 2025). Angka ini memang lebih rendah dibanding rata-rata deforestasi dalam sepuluh tahun terakhir, namun tetap mengkhawatirkan karena tren kerusakan hutan belum benar-benar berhenti (ANTARA, 2025).

Jika skala nasional saja masih menghadapi tantangan besar, maka di tingkat lokal kita harus memulai perubahan pola pikir. Sekolah, sebagai tempat pendidikan formal pertama bagi anak-anak, dapat menjadi fondasi kecil untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan. Dari taman sederhana di halaman sekolah, kita bisa melatih generasi muda untuk memahami makna keberlanjutan dan kepedulian ekologis.

Ruang Hijau di Sekolah: Lebih dari Sekadar Estetika

Ruang hijau sekolah sering dipandang hanya sebagai penghias atau penambah estetika bangunan. Padahal, taman sekolah memiliki fungsi jauh lebih besar. Menurut penelitian Ramadaniyanti (2023), taman sekolah terbukti meningkatkan motivasi belajar siswa karena memberikan suasana segar dan nyaman. DetikEdu (2022) juga menegaskan bahwa taman dapat menjadi sarana pembelajaran alternatif di luar kelas yang membantu mengurangi kejenuhan belajar.

Tidak hanya itu, sesuai dengan pengalaman kami taman sekolah juga bisa berfungsi sebagai laboratorium hidup. Melalui pengamatan langsung terhadap tumbuhan, tanah, dan serangga kecil, siswa dapat belajar biologi, geografi, bahkan seni, serta juga dapat menghilangkan kelelahan. Dengan demikian, ruang hijau berperan ganda: sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap alam, serta menghilangkan rasa setres dan jenuh akibat belajar.

Sepengalaman saya sebagai siswa, menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan di hati setiap siswa terbilang cukup sulit, dan inilah PR dari pemerintah dan para guru, serta juga untuk meluruskan dan mengamati sehingga taman sekolah tidak menjadi tempat berkumpul para siswa yang melakukan tindakan seperti merokok dsb.

Ecoliteracy: Belajar Hidup Selaras dengan Alam

Konsep ecoliteracy atau melek ekologi menawarkan pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman. Yustria Liasni (2019) dalam penelitiannya menekankan bahwa melalui pemanfaatan taman sekolah, siswa tidak hanya menghafal teori ekologi, tetapi juga merasakan, mengamati, dan melakukan tindakan nyata untuk menjaga tanaman. Proses ini membantu menanamkan tiga tahap penting: feel (merasakan), do (bertindak), dan share (menginspirasi orang lain).

Bayangkan sebuah kelas yang memiliki program adopsi pohon. Setiap siswa bertugas merawat tanaman tertentu, mencatat pertumbuhannya, dan melaporkan perkembangannya. Dari sini mereka belajar disiplin, tanggung jawab, dan rasa memiliki terhadap lingkungan. Inilah bentuk reformasi pola pikir yang paling nyata: membiasakan anak untuk tidak hanya tahu, tetapi juga peduli dan bertindak.

Program Adiwiyata: Model Nyata di Indonesia

Indonesia sebenarnya sudah memiliki program nasional yang mendukung pendidikan lingkungan, yakni Program Adiwiyata. Program ini menekankan pentingnya keterlibatan seluruh warga sekolah dalam mengelola lingkungan secara berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2023). Sekolah yang berhasil melaksanakan program ini biasanya memiliki kebun edukasi, sistem pengelolaan sampah, serta kegiatan rutin penghijauan.

Melalui Adiwiyata, sekolah bukan hanya tempat belajar akademis, tetapi juga arena pembentukan karakter peduli lingkungan. Jika lebih banyak sekolah serius mengadopsi model ini, reformasi pola pikir generasi muda dapat berlangsung lebih cepat.

Manfaat Sosial dan Psikologis

Lingkungan hijau di sekolah juga berdampak pada aspek sosial dan emosional siswa. Radar Semarang (2021) mencatat bahwa tamanisasi sekolah mampu meningkatkan rasa percaya diri, gotong royong, serta keterampilan sosial siswa. Ketika mereka bersama-sama merawat kebun atau taman, tercipta interaksi yang sehat dan rasa memiliki yang kuat terhadap sekolah.

Lebih jauh, keberadaan ruang hijau juga membantu menurunkan stres dan meningkatkan konsentrasi belajar. Anak-anak yang terbiasa berinteraksi dengan alam sejak dini cenderung memiliki empati lebih tinggi dan perilaku yang lebih peduli terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, membangun ruang hijau berarti juga membangun karakter.

Peran Teknologi dan Kreativitas Generasi Muda

Selain praktik langsung, teknologi juga bisa menjadi jembatan kesadaran lingkungan di sekolah. Dokumentasi perkembangan taman melalui foto, video, atau laporan digital dapat dibagikan di media sosial sekolah. Siswa bisa membuat kampanye lingkungan, lomba desain taman, atau konten edukasi kreatif. Dengan cara ini, semangat peduli lingkungan tidak hanya berhenti di dalam sekolah, tetapi juga menyebar ke masyarakat luas.

Generasi muda saat ini memiliki akses ke platform digital yang dapat digunakan sebagai alat perubahan. Jika mereka bisa menjadikan isu lingkungan sebagai tren positif, maka pola pikir peduli alam akan lebih mudah berkembang.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Indonesia masih menghadapi tantangan besar berupa deforestasi dan kerusakan lingkungan yang terus berlanjut. Kalau pola pikir masyarakat tidak segera berubah, ancaman ini akan semakin terasa dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sampai ke ruang kecil seperti sekolah. Karena itu, pendidikan lingkungan sejak dini menjadi sangat penting untuk membentuk generasi yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap alam.

Sekolah punya peran strategis dalam hal ini. Melalui taman, ruang hijau, atau kebun edukasi, siswa tidak hanya belajar teori, tapi juga mengalami langsung bagaimana merawat lingkungan. Konsep ecoliteracy mengajarkan mereka untuk merasakan, bertindak, lalu membagikan nilai peduli lingkungan kepada orang lain. Program seperti Adiwiyata memberi contoh nyata bagaimana sekolah bisa benar-benar berbudaya lingkungan. Dukungan guru, pemerintah, serta kreativitas siswa lewat teknologi akan semakin memperkuat gerakan ini.

Pada akhirnya, kebiasaan kecil seperti menjaga kebersihan taman atau merawat tanaman di sekolah bisa menjadi awal perubahan besar. Dari sekolah, kesadaran ekologis itu bisa menyebar ke rumah, masyarakat, hingga skala global. Inilah bentuk reformasi pola pikir yang kita butuhkan: generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki empati, rasa tanggung jawab, dan kemauan menjaga bumi demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Infografik

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Memahami konsep Adiwiyata dan menerapkannya di kehidupan kita sehari-hari dapat meningkatkan presentase keasrian bumi serta kehidupan yang lebih baik.

Infografik

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Mari bergerak dalam aksi nyata, dengan “KEREN” ciptakan bumi impian yang layak untuk kehidupan penerus kita.

“Orang KEREN lindungi bumi.”

Rubik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Pertamina tak hanya hadir sebagai perusahaan raksasa penghasil minyak di Indonesia.

Pertamina juga berfokus pada energi terbarukan yang ramah lingkungan, mereka mengajarkan kita bahwa menjaga lingkungan adalah hal dasar yang harus di lakukan oleh semua makhluk hidup.

”Menjaga lingkungan bukan sebuah beban, melainkan kewajiban untuk hidup lebih baik”

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Kami Nine Nity berkomitmen teguh mewujudkan generasi yang lebih baik, dan peduli bahkan terhadap lingkungan.

Kami percaya bahwa Kemerdekaan Indonesia juga berarti merdeka untuk Alamnya.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Tak hanya berpangku pada opini pribadi dan kelompok, kami juga melakukan riset dari berbagai media, demi menciptakan masa depan lebih baik dan ceria, bukan buat kami saja, melainakn buat semua orang.

Penutup: Special Section

IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN
IDN Times Xplore/Nine Nity_SMK NEGRI 9 MEDAN

Mari mulai dari lingkungan sekolah, dan terus bergerak maju hingga Indonesia hijau.

“Sekecil apapun usahamu, berarti besar bagi bumi dan masa depan indah”

Kami Nine Nity, berharap kita semua dapat melindungi bumi yang melindungi kita selama ini. Terimakasih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tanda Kamu Sedang Menghadapi Banyak Tekanan, Jangan Diabaikan!

08 Sep 2025, 10:16 WIBLife