IDN TIMES Xplore/SAPU_SMAN 2 Pare
Coba bayangkan jika kamu berjalan, ternyata yang ditapak bukanlah tanah melainkan sampah? Inilah hal yang sering dialami warga Kota Bekasi, khususnya yang tinggal di dekat TPA Bantar Gebang sebuah tempat pembuangan akhir yang lebih menyerupai gunung daripada TPA.
Di akhir tahun 2024, tinggi TPA Bantar Gebang bahkan sudah mencapai 40 meter tinggi yang cukup untuk membangun 16 gedung lho. Setiap harinya, sekitar 7.500.000 kg sampah dikirim ke sana. Lalu, bagaimana nasib TPA ini dalam 5 tahun ke depan? Mau tahu lebih lanjut? Yuk ikuti penjelasan SAPU.
AWAL MULA MUNCULNYA PLASTIK
Awalnya, plastik diciptakan agar kita tidak terlalu bergantung pada sumber daya alam, salah satunya kertas yang berasal dari kayu. Penggunaan kertas yang berlebihan bisa merusak ekosistem hutan yang merupakan paru-paru dunia sebagai penghasil oksigen.
Oleh karena itu, ditemukanlah plastik sebagai alternatif penggantinya. Plastik merupakan material yang bisa diproduksi secara besar-besaran, ringan, tahan lama, murah dan tidak perlu bergantung pada pohon. Namun ternyata, plastik justru menjadi salah satu jenis sampah terbanyak di dunia. Plastik pun seolah menjadi senjata yang kini menyerang tuannya sendiri.
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK YANG TIDAK TEPAT
Sebenarnya, plastik itu tidak salah, yang salah adalah cara manusia menggunakan dan membuangnya. Banyak orang tidak tahu cara mengelola plastik dengan benar. Mereka membuat benda yang hampir tak pernah hancur, lalu memperlakukannya seperti barang yang bisa langsung dibuang. Penggunaan plastik yang hanya butuh beberapa menit bisa menyebabkan masalah sampai ratusan tahun. Tidak heran jika bumi kini terasa kewalahan, karena kita terus mengisinya dengan sampah yang tidak pernah pergi. TPA Bantar Gebang adalah bukti nyata dari tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab. Setiap bungkus mi instan, botol minum, hingga bubble wrap dari belanja online, semuanya berbondong-bondong masuk ke sana. Sampah-sampah itu tidak datang dari satu orang saja, tapi dari jutaan tangan yang berpikir, “Hanya satu plastik saja, nggak apa-apa.” Padahal, jika satu plastik dikalikan dengan jutaan orang setiap hari, bisa berubah menjadi gunung sampah yang bisa memicu bencana.
NEGARA PENYUMBANG SAMPAH PLASTIK TERBESAR DI DUNIA
Setiap tahun, jumlah sampah plastik di Indonesia terus bertambah, dan angkanya sangat mengkhawatirkan. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), setiap tahun Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik, dan lebih dari 60% dari sampah tersebut tidak didaur ulang. Artinya, sebagian besar sampah plastik akhirnya berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau malah mencemari lingkungan, termasuk lautan (Kompas.com, 2025, paragraf 1).
Kebanyakan sampah plastik di dalam negeri ini juga memengaruhi citra Indonesia di tingkat internasional. Sebuah penelitian dari University of Leeds yang diterbitkan di Nature pada September 2024 menyebutkan bahwa tingginya produksi sampah plastik yang tidak terkontrol membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan produksi polusi plastik terbesar di dunia (Kompas.com, 2025, paragraf 1).
Situasi semakin memprihatinkan karena tren peningkatan sampah plastik terus berlanjut. Wahid Supriyadi, Ketua Kemitraan Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP), memperingatkan bahwa sampah plastik yang masuk ke lautan diperkirakan meningkat 30% hingga mencapai sekitar 800.000 ton pada tahun 2025 (Yulianti, 2024, paragraf 1). Jika tidak ada tindakan nyata, lautan kita bisa semakin penuh dengan plastik, yang berdampak pada ekosistem dan juga kehidupan manusia.