IDN TIMES xplore/stellify_smkn 3 Banda Aceh
"The Ocean's Plastic Problem: A Sea-rious Issue" (Masalah Plastik di Laut: Masalah yang Sangat Serius)
(Latar belakang)
Mungkin hampir semua orang tahu, bahwa Indonesia disebut sebagai negara maritim terbesar di dunia,
Menurut menteri Kelautan dan perikanan, Indonesia memiliki sekitar 4.899 spesies ikan di perairan Indonesia, dengan sekitar 3.706 di antaranya adalah ikan laut. Untuk terumbu karang, Indonesia memiliki luas sekitar 51 ribu kilometer persegi, atau 18% dari luas terumbu karang dunia, dan diperkirakan terdapat 569 spesies terumbu karang
Indonesia juga merupakan negara dengan potensi pariwisata yang luar biasa. Salah satu sektor pariwisata yang paling menonjol adalah pariwisata laut. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang tidak ada duanya.
laut Indonesia merupakan surga bagi para penyelam dan pecinta alam. Selain itu, laut Indonesia juga memiliki potensi ekonomi yang besar, dengan sektor perikanan dan pariwisata laut yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, maka dari itulah mengapa banyak warga negara Indonesia yang berprofesi menjadi nelayan atau penjual ikan, terutama warga Indonesia yang tinggal di pesisir pantai.
Salah satu contoh laut yang menjadi sektor pariwisata memukau di Indonesia adalah laut Aceh. Dengan keindahan alamnya yang luar biasa, laut Aceh menjadi destinasi wisata populer bagi wisatawan domestik dan internasional. Pantai-pantai yang indah, seperti Pantai Lhoknga dan Pantai Ulee Lheue, menjadi tempat yang ideal untuk berenang, snorkeling, dan diving.
Laut Aceh memiliki kekayaan alam yang luar biasa, dengan terumbu karang indah dan keanekaragaman hayati laut yang tinggi. Selain itu, laut Aceh juga memiliki potensi ekonomi yang besar, dengan sektor perikanan dan pariwisata laut yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Pariwisata laut Aceh memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian lokal. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, maka akan meningkat pula pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata. Selain itu, pariwisata laut Aceh juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam laut.
Namun, pariwisata laut Aceh juga memiliki tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan tersebut adalah pengelolaan sampah dan limbah yang tidak memadai. Banyak ditemukannya sampah menghuni pesisir pantai dan tergenang di lautan Aceh. Mulai dari limbah perabotan rumah tangga, jaring rusak bekas nelayan yang dibiarkan begitu saja terhanyut ombak, sampah plastik makanan ringan dan minuman, bahkan hingga Pampers bayi bekas pakai berbalut plastik yang dibiarkan begitu saja di pesisir pantai.
Dampaknya bukan hanya mencemari penglihatan, namun juga dengan banyaknya sampah yang tertumpuk di pesisir dapat menyebabkan bau tak sedap dan menjadi sarang berkembangnya kuman dan bakteri jahat. Sampah yang terhanyut ke lautan dapat menyebabkan ekosistem laut menjadi tercemar, tempat tinggal berbagai macam hewan laut pun hilang, sehingga menyebabkan berkurang nya ikan, yang akan berdampak pada kelangsungan penghasilan nelayan.
Salah satu contoh habitat laut yang rusak terdapat pada pulau Weh di Sabang, walaupun memiliki luas terumbu karang mencapai sekitar 60.000 hektar, sebagian besar wilayah tersebut kini dalam kondisi kritis, sejumlah penelitian terbaru menunjukkan bahwa banyak terumbu karang mengalami proses pemutihan atau coral bleaching yang parah. Salah satu faktor yang mempercepat kerusakan ini adalah akumulasi mikroplastik, baik di dalam sedimen laut maupun menempel langsung pada jaringan karang.
mikroplastik, yang berukuran kurang dari 5 mm, sangat mudah masuk ke dalam tubuh organisme laut seperti ikan dan terumbu karang. Hal ini bukan hanya mengganggu kesehatan ekosistem, tapi juga berdampak langsung pada rantai makanan, termasuk manusia.
Mikroplastik, atau plastik dengan ukuran sangat kecil yang hampir tak terlihat oleh mata manusia, dapat mempengaruhi reproduksi terumbu karang, mikroplastik dapat menempel di permukaan terumbu karang, sehingga mengakibatkan gangguan pada proses pertumbuhannya.
Gangguan ini memperparah tekanan yang sudah ada sebelumnya akibat perubahan suhu laut dan aktivitas manusia lainnya. Kini, terumbu karang di Perairan Sabang dan Pulau Aceh tidak hanya menghadapi satu ancaman, tetapi berbagai ancaman yang saling bersinergi merusak.
Selain itu, penumpukkan sampah ke pesisir dan perairan laut dapat menyebabkan peningkatan produksi zat hara yang menyebabkan pertumbuhan alga tak terkendali sehingga plankton, yang merupakan salah satu sumber makanan berbagai macam hewan laut, mati.
Dampak buruk dari penumpukan sampah di laut tidak hanya dirasakan oleh hewan laut, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia. Ketika plankton mati akibat pertumbuhan alga yang tak terkendali, maka rantai makanan laut akan terganggu. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan dan hasil laut lainnya yang kita konsumsi sehari-hari.
Upaya pencegahan atas kerusakan alam laut Indonesia yang berlanjut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain ialah Melalui edukasi sejak dini akan dampak buruknya membuang sampah tidak pada tempatnya dan kampanye dan edukasi melalui bacaan dan cakupan postingan sosial media tentang awareness pada pentingnya menjadi mindful pada limbah kita. Adapula program kolaborasi bersama pemerintah dimana penting bagi setiap laut, target pariwisata atau tidak, untuk memiliki tong sampah yang mudah terjangkau dan rutin dibersihkan, Edukasi dan kampanye mendalam ke bagian-bagian pelosok dan kota, serta penegakkan hukum yang jelas dan tegas mengenai pencemaran lingkungan laut Indonesia.
Dengan demikian, kita dapat menjaga keindahan dan kebersihan sumber alam laut Indonesia, serta melestarikan keanekaragaman hayati laut yang ada. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi generasi saat ini, tetapi juga bagi generasi masa depan. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga kebersihan dan keindahan laut Indonesia, serta melestarikan sumber alam laut yang kita miliki.