[MADING] Dari Sampah Jadi Aksi, Dari Muda Jadi Solusi

Hai teman-teman dari Sabang sampai Merauke!
Kami dari Tim MALADITA SMA Negeri 31 Jakarta dengan bangga mempersembahkan karya Mading digital ini. Kepedulian terhadap lingkungan sering kali jadi isu penting di zaman sekarang. Lewat karya ini, kami ingin mengajak para pembaca untuk lebih peka, kritis, sekaligus optimis dalam menghadapi tantangan masa depan bersama generasi muda!
Dengan hadirnya mading ini, mari kita sama-sama menjaga bumi tercinta. Tak perlu banyak kata, hanya tindakan nyata.
Jauh di mata, dekat di hati. Sekian dari kami, salam kasih!
Tim Redaksi:
Guru Pendamping : Desi Arisandi M.Pd.
Ketua : Kenzie Abbasy Ghaisan
Anggota : Rizka Mufida, Syarifah Fatimah Maulidina Al Adawiyah, Firman Pahrefi, Najwa Dhia Khairani Putri, Jihan Azelia Yasmin
Esai : Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir, bumi kita berada di titik krisis. Perubahan iklim, polusi, dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan memberi sinyal bahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Tapi yang paling gawat adalah makin membludaknya limbah dan sampah yang diolah secara salah.
Menurut data SIPSN, terdapat 34,630,115.78 ton sampah yang menumpuk pada tahun 2024. Dari jumlah itu, sampah yang tidak terkelola sebesar 55.15% atau sekitar 19,098,043.93 ton. Sampah-sampah ini dapat dipilah sesuai dengan jenisnya, baik sampah organik, anorganik, maupun B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Dengan banyaknya sampah yang tidak terkelola itu, tidak heran jika data Jikalahari (2024) menunjukkan, Indonesia menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ke-8 di dunia. Hal ini disebabkan oleh sampah yang menumpuk, baik organik maupun anorganik. Menurut Fatchur Rozci (2024), fenomena gas rumah kaca itu menyebabkan perubahan iklim, sehingga terjadi kenaikan suhu pada bumi.
Nah, perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca ini dapat terjadi karena pengolahan limbah yang salah. Survei Katadata (Agustus-September 2020), mendapati 140 responden yang menyatakan bahwa 64,3% masyarakat membuang minyak jelantah sembarangan. Banyak masyarakat Indonesia yang membuang minyak jelantah ke selokan yang berakhir di sungai. Padahal, penumpukan minyak jelantah dapat membahayakan apabila tidak dikelola dengan baik. Minyak jelantah dapat menghasilkan gas metana (CH4) karena bakteri memecah senyawa organik dalam minyak jelantah pada proses penguraian anaerobik.
Selain sampah anorganik, sampah organik juga berkontribusi dalam meningkatkan emisi gas rumah kaca. Sampah organik yang menumpuk akan mengalami proses penguraian anaerobik sehingga menghasilkan gas metana (CH4). Gas metana adalah senyawa kimia yang merupakan hidrokarbon paling sederhana. Gas ini memiliki kemampuan memerangkap panas lebih besar daripada karbon dioksida (CO2).
Kebiasaan membuang limbah minyak jelantah sembarangan dan tidak adanya upaya pengolahan sampah yang baik dapat memicu kehancuran bumi. Sebagai generasi muda, kita tentu tidak boleh tinggal diam. Harus ada solusi dari permasalahan sampah dan limbah yang menumpuk ini. Selama ini memang sudah banyak sekali program yang dilakukan, mulai dari pemilahan sampah, pembuatan kompos, hingga pengumpulan minyak jelantah. Namun perkembangannya tidak secepat pertambahan sampah dan limbah.
Generasi muda dapat mulai bergerak dengan mengajukan dan melaksanakan program bank sampah yang menyalurkan sampah anorganik dari masyarakat menuju pabrik daur ulang. Sampah anorganik tersebut dapat dijual ke pabrik-pabrik yang membutuhkan atau diolah kembali menjadi barang baru sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Sementara itu, sampah organik dapat dibuat menjadi kompos dengan proses yang disebut komposting. Komposting adalah proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme menjadi kompos. Komposting digunakan untuk mempercepat proses degradasi bahan organik dengan bantuan mikroba (Imelda, 2020). Komponen utama dalam pembuatan kompos adalah sampah organik yang ditambahkan EM4. Kompos akan terlihat dalam 2-6 bulan. Hasil kompos yang sudah jadi dapat dijual sehingga memajukan ekonomi sirkular sekaligus menjaga lingkungan.
Fenomena gas rumah kaca tidak hanya disebabkan oleh sampah organik yang menumpuk, tetapi bisa juga karena pengolahan minyak jelantah yang salah. Banyaknya masyarakat yang membuang minyak jelantah ke selokan membuktikan bahwa minimnya pengetahuan masyarakat akan dampak negatif dari pembuangan minyak jelantah ke selokan.
Esai : Kesimpulan

Di era digital ini, generasi muda dapat menyebarkan informasi melalui media sosial secara cepat. Baik dengan membuat poster ajakan serta promosi mengenai program daur ulang minyak jelantah. Memberi edukasi kepada masyarakat untuk tidak membuang minyak jelantah sembarangan, apabila minyak jelantah diolah dengan benar maka akan menghasilkan keuntungan finasial. Minyak jelantah dapat dikreasikan menjadi biodiesel, produk kosmetik, lilin aroma terapi, detergen cair dan sabun batang ramah lingkungan.
Berbagai data dan fakta telah dipaparkan. Lewat bank sampah, edukasi di media sosial, serta pemanfaatan teknologi yang inovatif, generasi muda dapat mendorong berkembangnya ekonomi sirkular dan membawa perubahan menuju gaya hidup masyarakat yang lebih ramah lingkungan. Ekonomi sirkular adalah ekonomi yang bersandar pada pola hidup hemat, menggunakan sesuatu seperlunya, dan tidak menyia-nyiakan barang bekas.
Dengan demikian, sampah organik, anorganik, dan minyak jelantah tidak lagi dipandang sebagai barang tidak bernilai, melainkan sebagai peluang menciptakan nilai ekonomi baru dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Untuk membangun itu semua butuh komitmen seluruh masyarakat indonesia. Generasi muda dapat mempelopori perubahan-perubahan kecil menuju perubahan besar. Untuk melestarikan bumi kita.
Termasuk mading ini dibuat sebagai bentuk nyata untuk mengajak generasi muda untuk mempelopori ekonomi sirkular, sekaligus mengedukasi masyarakat yang belum menyadari bahaya menumpuknya sampah dan limbah. Dan belum menyadari juga bahwa sampah yang dikelola dengan baik, sebetulnya dapat menghasilkan rupiah yang dapat meningkatkan kesejahteraan.
Dengan demikian, upaya-upaya yang dilakukan oleh generasi muda tidak sebatas program semata, tetapi menjadi langkah nyata dalam ikut memperkuat basis ekonomi masyarakat. Sekaligus melindungi bumi dari krisis. Mari lestarikan bumi dengan mengembangkan ekonomi sirkular. Sampah dan limbah berkurang, kesejahteraan pun datang.
Infografis

Membuka lembaran baru untuk Indonesia yang lebih indah. Ibarat buku yang ingin menghapus lembar-lembar kusam, saat sebagian kita lebih suka membuang sampah dan limbah sembarangan. Menjadi lembar berwarna yang penuh aksi: daur ulang, ekonomi sirkular, dan mengubah barang tak terpakai menjadi bernilai.
Rubrik Diskusi : Infografik Pertamina

Di zaman modern ini, banyak kegiatan manusia yang menggunakan bahan bakar fosil. Dan ternyata, bahan bakar fosil memberikan dampak yang buruk ke atmosfer bumi, mengancam perubahan iklim dan kenaikan suhu ekstrem.
Demi mencegah itu, dunia bersama-sama menggiatkan upaya untuk menyelamatkan bumi, salah satunya dengan melakukan Transisi Energi. Transisi Energi adalah upaya beralih dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan. Rubrik Diskusi ini akan menjelaskan seluk-beluk tentang Transisi Energi, serta komitmen Pertamina terhadap Transisi Energi.
Foto Bercerita

Melalui rangkaian Foto Bercerita ini, kami ingin mengajak pembaca melihat perjalanan di balik layar pembuatan mading digital tim MALADITA. Tidak hanya hasil akhirnya yang rapi dan menarik, tetapi juga proses penuh diskusi, tawa, dan kerja sama yang menyatukan kami sebagai satu tim. Setiap langkah yang kami lalui menjadi pengalaman berharga yang memperkuat semangat dan kebersamaan Tim MALADITA SMA 31 Jakarta.
Foto Bercerita

Mading ini lahir dengan harapan dapat memberi inspirasi bagi teman-teman muda di berbagai daerah. Prosesnya dimulai dari curah gagasan untuk menemukan ide utama, lalu dilanjutkan dengan pembagian peran sesuai kemampuan masing-masing. Semua elemen yang kami siapkan akhirnya dipadukan, sehingga menghasilkan karya yang utuh, saling melengkapi, dan relevan dengan pesan yang ingin disampaikan.