Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya
IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya

Halo, Tuan-Tuan dan Nona-Nyonya...

"Sampah yang terbuang bukan akhir, tapi awal cerita baru."
Begitulah kami, Tim Suara Muda SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya, memulai langkah kecil dalam menjaga bumi lewat karya bertajuk: “Ubah Sampah Jadi Kehangatan: Kisah Briket Organik.”

Karya ini lahir dari kepedulian kami pada bumi, terutama dalam menghadapi permasalahan sampah organik yang kerap terabaikan. Melalui proyek biobriket, kami ingin menunjukkan bahwa sesuatu yang dianggap tidak berguna dapat diolah kembali menjadi energi baru yang bermanfaat—menghadirkan kehangatan bagi kehidupan.

Inilah jajaran tim yang bekerja sama dalam menghadirkan karya ini:

  • Guru pendamping: Giffari Muslih, S.T.

  • Ketua kelompok: Muhammad Zaky Haidar Bachri

  • Penulis: Muhammad Zaky Haidar Bachri, Nurul Huda Muhammad

  • Desainer visual: Ahmad Faqih Fatihuddin, Arsyad Maulana Syarif

  • Fotografer: Revien Hanuraiga Putra Komara

  • Videografer: Nabil Ahmad Sya’bana

Kami percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Dari sisa organik yang sederhana, lahirlah energi baru yang bermakna. Dan dari karya ini, semoga terbit semangat untuk menjaga bumi yang kita cintai bersama.

Baik Tuan-tuan dan Nona-nyonya,
Izinkan kami, tim Suara Muda dari SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya mempersembahkan hasil perjuangan kami.

Karya ini kami persembahkan dalam rangka Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025, ditampilkan apa adanya tanpa penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Desain oleh: Arsyad Maulana Syarif
Kalimat pembuka oleh: Muhammad Zaky Haidar Bachri

Esai: Latar Belakang

IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya

Sudah lama aku tidak melihat ibu pertiwi berseri kembali. Atau mungkin tak akan pernah. Bukan harapan apalagi keinginan, tapi ini tentang tanah air yang mulai tercemar akibat oknum-oknum tidak bertanggung jawab, merusak keindahan zambrud hijau yang selama ini kita jaga. Pada 2019, KLHK mencatat timbunan sampah yang dihasilkan Indonesia sebesar 67,8 juta ton/tahun, angka yang besar untuk sebuah negara yang kecil. Sayangnya, sampah sampah tersebut didominasi oleh sampah organik dengan presentase 57 persen yang tidak dapat dikelola secara sempurna akibat masyarakat yang bingung mencari penanganan yang paling tepat untuk permasalahan ini. Jika hal ini tidak ditangani dengan benar, maka bumi pertiwi akan kehilangan keelokan dan kesehatan dirinya.

Tidak hanya itu, pemanasan global menjadi tantangan terbesar bagi bumi pertiwi. Lagi-lagi, hal itu diakibatkan oleh pembakaran sampah yang dilakukan oleh masyarakat dan oknum tidak bertanggung jawab. Pemanasan global yang diakibatkan oleh adanya pembakaran sampah yang dilakukan oleh manusia itu sendiri mencapai angka 57,2 persen sampah rumah tangga Indonesia yang rutin dibakar. Disadari atau tidak, ini dapat merusak udara sekitar dan mengganggu sistem pernapasan manusia yang tentu akan menjadi boomerang bagi masyarakat.

Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2025) menyebutkan bahwa timbulan sampah yang berada di indonesia sebesar  33.777.202,25 ton/tahun. Namun, sampah yang dapat terkelola ada di angka 20.225.253,51 ton/ tahun atau sekitar 59,88 persen, yang artinya perjalanan kita masih jauh; 40,12 persen lagi belum kita selesaikan. Diperparah pula dengan angka persentase sampah rumah tangga yang dikelola untuk dijadikan kompos, setor bank sampah atau daur ulang hanya sekitar 0,1- 0,3 persen.

Harus ada yang menyelamatkan bumi pertiwi ini dari kehancuran yang menanti, yang suatu saat akan menikam kita semua, terkhusus bagi warga Indonesia itu sendiri. Maka dari itu, kami mempersembahkan biobriket yang akan menjawab semua tantangan itu menjadi sebuah bahan bakar PLTSa yang menjadi angin segar bagi industri pengelolaan sampah. Kenapa kami memilih biobriket? Karena kami ingin memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat, terkhusus kepada segenap pelajar Indonesia akan pentingnya pengelolaan sampah organik dengan baik, bahwa setiap permasalahan akan ada solusi bagi mereka yang ingin memperjuangkannya.

Dengan sebuah harapan, biobriket ini dapat membantu mengurangi emisi karbon, presentase sampah organik yang tidak dikelola dengan baik, dan menciptakan masyarakat yang memiliki sikap peduli lingkungan juga cerdas dalam mengelola sampah, terkhusus pada sampah organik yang dapat diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Karena kami yakin langkah kecil akan menghasilkan pijakan yang besar dikemudian hari, bagi anak kami, cucu kami, dan seluruh warga Indonesia.

Inilah, awal pejalanan briket organik.

Semua bermula dari sebuah masalah sederhana yang kami temui setiap hari di sekolah, tumpukan sampah sisa dapur yang belum terkelola dengan baik. Kulit buah dari kantin, sisa sayuran dari dapur asrama, dan sampah organik lainnya menumpuk begitu saja. Lama-kelamaan, hal ini tidak hanya mengganggu kebersihan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan: Apa yang bisa kami lakukan agar sampah ini tidak sia-sia?

Dari keresahan itu, lahirlah sebuah gagasan biobriket. Ia adalah sebuah cara sederhana, namun, bermakna untuk mengubah sampah organik menjadi energi baru. Proyek ini pertama kali dijalankan oleh siswa kelas 12. Bukan sekadar eksperimen, melainkan bentuk nyata kepedulian terhadap lingkungan sekaligus ajang pembelajaran tentang kesabaran, ketekunan, dan kerja sama.

Perjalanannya tentu tidak mudah. Di awal, banyak percobaan yang berakhir dengan kegagalan. Briket yang dibuat rapuh, mudah hancur, dan tidak mampu menyala lama. Ada rasa frustrasi, bahkan sempat muncul keinginan untuk berhenti. Namun, semangat untuk menjaga bumi membuat kami terus mencoba. Dengan bimbingan guru pendamping dan dukungan antar siswa, satu demi satu kendala teratasi hingga akhirnya lahirlah biobriket pertama yang berhasil menyala stabil.

Keberhasilan itu menjadi titik balik. Dari sebuah percobaan sederhana, proyek ini tumbuh menjadi karya yang membanggakan. Briket organik kini bukan hanya produk, melainkan simbol perjuangan. Dari situ, kami mulai menyebarkan edukasi tentang biobriket ke seluruh warga sekolah. Siswa-siswa lain diajak mengenal, memahami, bahkan mencoba membuatnya sendiri.

Dan perjalanan itu terus berlanjut. Kini, biobriket kami perkenalkan lebih luas dengan mengikuti kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Kali ini, giliran siswa kelas 11 yang mengambil tongkat estafet perjuangan untuk mengangkat kisah biobriket dalam bentuk karya mading. Bagi kami, ini bukan sekadar lomba, tetapi kesempatan untuk menunjukkan bahwa langkah kecil dari sekolah bisa memberi makna besar bagi bumi.

Biobriket adalah bukti bahwa dari sampah yang dianggap tak berguna, bisa lahir energi baru yang membawa kehangatan. Dan lebih dari itu, ia mengajarkan kami satu hal penting bahwa perubahan besar selalu dimulai dari keberanian untuk melangkah.

Desain oleh: Arsyad Maulana Syarif & Ahmad Faqih Fatihuddin
Esai oleh: Ahmad Faqih Fatihuddin & Muhammad Zaky Haidar Bachri

Esai: Kesimpulan

IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya

Sampah masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2019 mencatat timbunan sampah nasional mencapai 67,8 juta ton per tahun, dengan 57 persen di antaranya merupakan sampah organik. Sayangnya, pengelolaan sampah ini belum optimal. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2025 melaporkan bahwa dari 33,7 juta ton sampah yang dihasilkan, baru sekitar 59,88% yang terkelola, sementara sisanya—lebih dari 40%—belum tertangani dengan baik. Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan sebagian masyarakat yang masih membakar sampah, yang justru menyumbang pada pemanasan global dan gangguan kesehatan.

Harus ada solusi yang berani. Dari keresahan itulah, kami di SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya mencoba melangkah dengan sederhana, yaitu mengolah sisa dapur yang menumpuk setiap hari menjadi sesuatu yang bermanfaat. Maka lahirlah proyek biobriket organik, sebuah ikhtiar kecil untuk mengubah sampah menjadi energi.

Perjalanannya tidak mudah. Proyek pertama kali digarap oleh siswa kelas 12 dengan berbagai tantangan. Banyak percobaan gagal, briket yang rapuh, tidak menyala lama, bahkan hancur sebelum sempat digunakan. Namun, kegigihan dan kesabaran akhirnya membuahkan hasil briket pertama yang berhasil menyala stabil. Keberhasilan itu menjadi titik balik yang menumbuhkan semangat untuk terus mengembangkan dan menyebarkan edukasi tentang briket organik di sekolah kami.

Kini, tongkat estafet diteruskan oleh siswa kelas 11 yang memperkenalkan proyek ini ke ranah yang lebih luas melalui kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Bagi kami, ini bukan sekadar perlombaan, melainkan kesempatan untuk membagikan pesan penting: bahwa setiap sampah punya kesempatan kedua. Tiap kegagalan bisa melahirkan keberhasilan, dan setiap langkah kecil mampu menyalakan perubahan besar.

Dengan biobriket, kami belajar bahwa kepedulian tidak berhenti pada teori, tetapi harus diwujudkan dalam aksi nyata. Inilah cara kami, generasi muda, menjaga bumi dengan mengubah sampah yang dianggap tak berguna menjadi energi baru yang membawa kehangatan, bagi sekolah kami, masyarakat, dan masa depan yang lebih lestari.

Desain oleh: Arsyad Maulana Syarif
Esai oleh: Muhammad Zaky Haidar Bachri & Nurul Huda Muhammad

Infografik: "Biobriket, dari Sampah Jadi Energi"

IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya

Infografis ini berbicara tentang tantangan besar yang sedang dihadapi negeri kita, sampah organik yang melimpah dan belum terkelola dengan baik. Angka-angka dari KLHK dan SIPSN bukan sekadar statistik. Ia adalah alarm yang menyadarkan kita bahwa bumi sedang menanggung beban berat. Dari keresahan itulah, biobriket hadir sebagai solusi sederhana yang bisa dimulai bahkan dari lingkungan sekolah. Sisa dapur yang dulunya terbuang kini diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Melalui infografis ini, kami ingin mengajak pembaca untuk mengubah cara pandang: sampah bukanlah akhir, tetapi bisa menjadi awal energi baru.

Desain oleh: Arsyad Maulana Syarif
Teks deskripsi oleh: Muhammad Zaky Haidar Bachri

Rubrik Diskusi: Inografik Pertamina; "Energi Bersih Untuk Negeri"

IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya

Karya ini menyoroti peran besar Pertamina dalam mendukung transisi energi bersih, khususnya lewat pengembangan PLTSa. Di balik tumpukan sampah yang menyesakkan TPA, Pertamina menghadirkan teknologi untuk mengubahnya menjadi listrik—energi yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Lebih dari sekadar perusahaan energi, Pertamina hadir sebagai mitra perubahan, mengedukasi masyarakat dan bersinergi dengan sekolah-sekolah untuk menanamkan kesadaran sejak dini. Rubrik ini ingin menunjukkan bahwa mengelola sampah bukan hanya tanggung jawab individu, melainkan gerakan kolektif yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan perusahaan energi nasional.

Desain oleh: Ahmad Faqih Fatihuddin
Teks deskripsi oleh: Muhammad Zaky Haidar Bachri

Rubrik Diskusi: Inografik Pertamina; "Komitmen Pertamina"

IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya

Infografis terakhir menampilkan wajah konkret dari komitmen itu. Dengan peta kota-kota yang telah membangun PLTSa, data jumlah sampah yang diolah hingga target energi bersih nasional visual ini memberi bukti nyata, yaitu transisi energi bukan lagi wacana, melainkan kenyataan yang sedang berlangsung. PLTSa adalah simbol bahwa sampah bisa beralih rupa menjadi cahaya, menerangi rumah-rumah, dan sekaligus menyelamatkan bumi dari polusi. Melalui infografis ini, kami ingin menegaskan bahwa setiap langkah kecil—mulai dari sekolah, masyarakat, hingga perusahaan energi—adalah bagian penting dari perjalanan besar menuju masa depan yang lebih hijau.

Desain oleh: Ahmad Faqih Fatihuddin
Teks deskripsi oleh: Muhammad Zaky Haidar Bachri

Foto Bercerita: "Suara Di Balik Karya"

IDN TIMES Xplore/Suara Muda_SMAS IT TQ Ihya As-Sunnah Tasikmalaya

Di balik setiap karya, ada cerita yang tak selalu tampak di permukaan. Foto bercerita ini menangkap momen kehangatan tim Suara Muda saat merangkai ide, dari diskusi di kelas hingga coretan yang berantakan di papan tulis. Ada tawa kecil, ada kebingungan, dan ada semangat yang tak pernah padam. Melalui foto ini, kami ingin menunjukkan bahwa sebuah karya tidak pernah lahir instan. Ia tumbuh dari kebersamaan, kegigihan, dan kerja sama. Suara kecil dari anak muda mungkin terdengar lirih, tetapi ketika disatukan, mampu menggema hingga masa depan.

Desain oleh: Arsyad Maulana Syarif
Teks deskripsi oleh: Muhammad Zaky Haidar Bachri
Tangkapan gambar oleh: Revien Hanuraiga Putra Komara

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team