Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal yang Memicu Academic Burnout pada Mahasiswa, Segera Hentikan

ilustrasi pemicu academic burnout (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Tahukah kamu burnout juga bisa terjadi pada aktivitas belajar? Iya, burnout ini lebih dikenal dengan istilah academic burnout. Di mana seorang mahasiswa merasa sangat kelelahan (fatigue) dengan aktivitas akademiknya. Bedanya kelelahan ini sulit hilang hanya dengan tidur ataupun istirahat.

Rasa lelah tersebut akan mempengaruhi tidak hanya fisik, tapi juga psikologis seorang mahasiswa. Bahkan bisa bosan dengan aktivitas kuliahnya sampai menghindari tugas-tugasnya. Sampai akhirnya bisa stres berkepanjangan dan terancam drop out. Tentunya kamu tidak mau, bukan?

Banyak faktor sebenarnya yang memicu burnout akademik ini. Kita harus menghindari dan mencegah hal-hal pemicu tersebut sebelum terlambat dan berdampak pada banyak produktivitas seorang mahasiswa. Mau tahu apa saja? Yuk, segera simak penjelasannya yang dikutip dari Malahayati Nursing Journal (2022) dan buatlah dirimu terus produktif sebagai mahasiswa!

1. Banyaknya tuntutan akademik

ilustrasi tuntutan akademik (pixabay.com/silviarita)

Hal pemicu utama adalah banyaknya tuntutan akademik seorang mahasiswa. Tuntutan ini dapat menjadikan seorang mahasiswa stres jika tidak dimanajemen dengan baik. Stres yang dialami secara terus menerus, membuat fisik dan emosional terkuras sampai akhirnya kelelahan sendiri.

Kita tidak bisa menyalah tugas-tugas yang harus kita penuhi dalam akademik. Yang dapat kita lakukan adalah memanajemen tugas akademik. Kita harus tahu kapasitas diri sehingga bisa membagi waktu dalam memenuhi tugas-tugas tersebut. Manajemen stres disini juga sangat diperlukan agar tidak stres tersebut tidak terus menerus menekan emosional kita.

2. Kurangnya dukungan sosial pada mahasiswa

ilustrasi dukungan sosial (pixabay.com/Anemone123)

Kurangnya dukungan sosial pada mahasiswa ini juga dapat menjadi pemicu burnout akademik. Seorang mahasiswa tetap butuh perhatian dan dukungan dari orang-orang sekitarnya. Baik keluarga, teman, atau pun sahabat. Kurangnya dukungan ini membuat perjuangan mahasiswa dalam memenuhi tugas-tugas akademiknya tidak mempunyai arti pada dirinya sendiri.

Dukungan ini membuat seorang mahasiswa akan lebih memaknai dan menghargai proses dan orang-orang yang menemaninya. Mereka akan merasa lebih hidup dan jauh, rasa hampa, dan tervalidasi perasaannya. Mereka mempunyai tempat berbagi perasaan dan pemikiran tentang tugas-tugasnya. Hal ini akan sangat membantu mengurangi tekanan yang mereka rasakan.

3. Minimnya self concept yang dimiliki

ilustrasi self consept (pixabay.com/geralt)

Self concept atau konsep diri, dikutip dari Jurnal Pendidikan Matematika (2015) merupakan cara pandang seseorang terhadap dirinya mulai dari kelebihan, kekurangan, visi juga misi hidup yang mereka tetapkan. Self concept yang positif akan membantu seseorang lebih mampu menghadapi stressor baik dari luar mau pun dalam dirinya. Sehingga dengan self concept ini mahasiswa akan lebih bisa menjaga prestasinya walaupun dirinya sedang berada di bawah tekanan.

Minimnya self concept ini membuat seorang mahasiswa mudah hilang arah. Mereka jadi lebih rentan stres menghadapi tantangan akademik yang harus mereka lalui. Hal inilah yang akan memicu seorang mahasiswa mengalami academic burnout.

4. Suka mengisolasi diri

ilustrasi isolasi diri (pixabay.com/StockSnap)

Siapa di sini yang suka mengisolasi diri? Isolasi diri ini justru akan membuat seorang mahasiswa lebih rentan mengalami burnout akademik. Terutama yang suka mengisolasi diri di kos atau pun kamar, harus sebisa mungkin menguranginya.

Seperti yang dikutip dalam Malahayati Nursing Journal (2022), isolasi diri ini malah akan lebih memicu seorang mahasiswa merasakan kesepian. Dengan isolasi diri ini, mahasiswa juga lebih berpotensi menurunkan dukungan sosial yang bisa jadi mereka dapatkan dari orang-orang sekitarnya. Mereka malah semakin terasingkan dan tidak merasakan kebermaknaan dirinya sendiri.

5. Tidak mempunyai peran yang jelas di mana pun

ilustrasi berperan dalam sosial (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Menurut jurnal ini, mahasiswa yang tidak mau mengambil peran di mana pun juga akan memicu academic burnout ini. Kita tetap harus menyeimbangkan peran kita belajar dan kehidupan sosial kita. Sehingga mereka tidak akan bosan terus menerus belajar. Justru dari mereka berani berperan di mana pun mereka dapat belajar secara langsung tidak hanya dari pendidikan formal.

Bisa dengan mengikuti komunitas yang disukai. Kemudian bisa juga dengan mengikuti organisasi atau mengambil peran langsung di masyarakat. Dengan ini mahasiswa bisa mengembangkan dirinya dan mempunyai memaknai kenapa mereka harus terus belajar dan mengembangkan diri.

6. Konflik peran yang harus dijalani

ilustrasi konflik peran (pixabay.com/JESHOOTS-com)

Dalam jurnal ini, hal terakhir yang dapat memicu academic burnout adalah adanya konflik peran. Terkadang seorang mahasiswa juga harus bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Di mana mereka mengambil peran belajar, karier, finansial, atau bahkan keluarga. Padatnya peran dan aktivitas ini membuat mereka tidak mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Tanpa self management yang baik, konflik peran ini menjadikan mahasiswa lebih berpotensi pada burnout.

Enam hal yang dapat memicu adanya academic burnout, sebaiknya kamu tahu. Seorang mahasiswa memang perlu sekali menerapkan self management yang baik. Manajemen ini akan membantu mahasiswa menghadapi stres akibat tuntutan yang harus mereka penuhi. Yuk, catat hal di atas dan mulailah bangun kebiasaan belajar yang sehat. Semangat buatmu mahasiswa!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us