Di era ketika dunia bergerak dengan kecepatan cahaya dipandu kecerdasan artifisial, data, dan algoritma, masa depan tidak lagi menunggu kita. Ia mengetuk dari pintu-pintu ruang bermain, dari tangan mungil yang sedang menyusun balok kayu, dan dari tawa polos anak-anak taman kanak-kanak. Di Kudus, Jawa Tengah, sebuah gerakan sunyi namun monumental lahir, bernama Pelatihan Calon Pelatih dalam Implementasi Berpikir Komputasional di PAUD, program yang mempersiapkan guru PAUD sebagai arsitek masa depan kecerdasan bangsa.
Dihadiri oleh puluhan guru dari 15 provinsi, program ini ibarat menanam benih kecil yang suatu hari akan tumbuh menjadi hutan gagasan besar. Karena seperti kata Suparto, S.Ag, M.Ed, Ph.D, “Pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendasar dalam menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan”. Artinya, di sini tidak ada superkomputer atau layar LED raksasa, hanya semangat, permainan, dan cara pandang baru terhadap cara anak-anak berpikir.
