ilustrasi anak yang mengimitasi atau meniru ibu (pexels.com/RODNAE Productions)
Imitasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan cara meniru ataupun mengikuti perilaku orang lain. Dalam proses tersebut, imitasi bisa berkaitan dengan sikap, penampilan, gaya bicara, hingga apa yang dimiliki orang lain.
Sejak lahir, manusia telah mengimitasi dirinya sendiri, lho! Misalnya, seorang bayi yang mengucapkan kata-kata tidak ada artinya secara berulang kali. Tindakan itu dilakukan untuk belajar melafalkan kata-kata dan melatih lidah lewat naluri.
Kemudian, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan, seorang bayi akan mulai meniru atau mengimitasi tindakan orang lain. Khususnya, perkataan atau ucapan dari orangtua, keluarga, serta orang-orang di sekitarnya.
Imitasi memiliki peran yang begitu penting dalam proses interaksi sosial. Sebab, proses tersebut akan mendorong seseorang untuk memenuhi nilai dan kaidah yang berlaku di masyarakat.
Tentunya, proses imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya. Sebelum mengimitasi atau meniru orang lain, seseorang harus lebih dahulu menerima, mengagumi, serta menjunjung tinggi orang yang ditiru.
Selain itu, imitasi juga memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif pada imitasi bisa mendorong seseorang untuk mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku. Sementara itu, dampak negatifnya bisa membuat seseorang menentang norma-norma yang berlaku.