Kirab malam satu suro (Dok.pariwisatasolo.surakarta.go.id)
Menurut Mulyani dalam publikasi bertajuk "Tradisi Malam Satu Suro dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat" malam satu Suro yang dikeramatkan menghasilkan berbagai ritual yang bertujuan untuk mengharapkan keselamatan diri.
Misalnya malam satu Suro di Solo, Jawa Tengah, diperingati dengan adanya Kirab Pusaka Keraton yang berupa iring-iringan para punggawa istana dengan mengarak kerbau bule. Bintang dari kirab ini adalah kerbau bule yang dijuluki Kebo Kyai Slamet karena diyakini menjaga pusaka Kyai Slamet.
Sementara itu, peringatan malam satu Suro di Cirebon, Jawa Barat, diwarnai dengan pembacaan Babad Cirebon dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Tak ketinggalan juga diselenggarakan penyucian benda pusaka di Keraton Kesepuhan.
Daerah lain yang juga menyemarakkan malam satu Suro adalah Magetan, Jawa Timur. Masyarakat setempat melakukan upacara bernama Ledug Suro yang dimulai dari arak-arakan hingga perebutan kue bolu yang telah didoakan. Prosesi bernama Andum Berkah Bolu Rahayu itu dipercayai bisa memberikan kesehatan dan pelaris rejeki jika berhasil makan bolunya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari malam satu Suro adalah malam hari menjelang tanggal 1 bulan Suro. Peringatan malam satu Suro yang bersamaan dengan satu Muharram menunjukkan keindahan dari sebuah akulturasi antara Hindu dan Islam.