Review: Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

- Dr. Andreas Kurniawan menulis buku tentang proses penerimaan setelah berduka, diinspirasi dari pengalaman pribadinya kehilangan anak tercinta.
- Tidak ada panduan resmi dalam berduka, setiap orang punya cara sendiri yang dianggap benar. Waktu tidak akan menyembuhkan luka tanpa niat dan kemauan untuk sembuh.
- Pemahaman bahwa setiap hal memiliki batas waktunya masing-masing, termasuk orang yang kita cintai. Duka adalah sesuatu yang 'berat' bagi setiap individu, tak perlu membandingkan.
Buku berjudul ‘Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring’ merupakan karya dr. Andreas Kurniawan, seorang psikiater yang telah berjumpa dengan beragam cerita kliennya. Melalui pengalaman pribadinya, ia menulis buku yang menceritakan tentang perjalanan panjang dalam proses penerimaan setelah berduka. Ia menulisnya saat sedang mengalami proses berduka karena kehilangan anak tercinta.
Ditulis dengan bahasa ringan, hangat dan penuh insight seolah penulis ingin agar para pembaca turut memahami bahwa setiap orang diizinkan untuk berduka dan bersedih setelah kehilangan sesuatu yang berharga di hidupnya. Yuk, kita intip 5 insight yang terkandung didalamnya!
1. Tidak ada buku panduan dalam berduka

Sejak kecil, kita tidak pernah diberikan buku panduan resmi saat mengalami kedukaan. Kita tidak ajarkan cara mana yang benar dan boleh diikuti saat sedang kehilangan sesuatu yang membuat kita merasa sedih. Kita pun tidak pernah diberitahu harus melakukan apa agar proses berduka bisa tuntas dengan cepat.
Maka, tidak ada yang boleh memberikan judgement tentang cara tiap orang dalam berduka sebab mereka punya caranya masing-masing yang dianggap benar. Kalau merasa sedih, maka menangislah. Kalau merasa marah, maka marahlah. Bahkan bila merasa bercanda adalah obat kesedihan itu, maka silahkan tertawalah.
2. Waktu akan menjadi obat kalau ada niat untuk sembuh

Seringkali, kita terkecoh dengan pepatah yang mengatakan ‘Time does heal’. Kita berpikir luka di hati akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu berlalu. Kita lupa kalau semua itu bisa terjadi ketika ada niat dan kemauan untuk sembuh. Dalam bukunya, dr. Andreas berusaha mengibaratkan kondisi itu saat kita ingin membersihkan wajan dengan noda keras di atasnya.
Bukankah, akan jauh lebih mudah untuk membersihkan wajan kotor dengan cara merendamnya dengan air terlebih dahulu? Kita berikan beberapa waktu agar noda didalamnya bisa dibersihkan dengan optimal. Bayangkan, kalau noda itu dibiarkan begitu saja. Mau selama apapun menunggu, nodanya akan berada disitu bahkan bisa jadi memburuk, ia tidak akan menghilang dengan sendirinya. Kondisi yang sama terjadi saat kita sedang berduka, bukan tentang selama apa waktu yang kita punya, tapi apa yang kita lakukan dalam waktu tertentu.
3. Memahami bahwa setiap orang ada masanya

Mantra yang tidak kalah penting agar bisa berdamai adalah dengan memahami bahwa setiap hal di dunia ini ada masanya. Kita paham bahwa apapun yang kita miliki saat ini memiliki batas waktunya masing-masing, termasuk orang yang kita cintai. Suatu waktu, ibu kita akan pergi, pasangan kita akan menghilang, begitupun diri kita sendiri. Dengan pemahaman ini, diharapkan saat masa orang yang kita cintai sudah habis dalam hidup, kita bisa lebih ringan melalui proses dalam berduka itu.
4. Tidak ada duka yang lebih rumit

Setiap duka itu rumit, apapun kondisinya. Kalau kata dr. Andreas, kita semua terbelenggu dengan cara yang berbeda. Jadi, tak perlu membandingkan antara duka yang satu dengan duka lainnya.
Tak perlu merasa dukamu lebih besar dibanding orang lain, begitupun sebaliknya. Kita hanya perlu memahami bahwa duka apapun yang sedang dialami oleh seseorang, percayalah bahwa itu adalah sesuatu yang ‘berat’ baginya. Dengan tidak menghakimi, itu akan sudah cukup membantu mereka dalam proses berdamainya.
5. Temukan 'sabun' yang dapat membantu meredakan duka

Kalau saat mencuci piring kita butuh sabun agar piring kotor bisa bersih kembali, begitupun hidup. Kita butuh sabun yang bisa membantu kita membersihkan luka-luka di hati. Sabun dalam hidup bisa dalam bentuk penerimaan, rasa syukur, orang-orang terdekat yang senantiasa mendukung, dan lain sebagainya. Sabun ini menjadi suatu hal yang kita butuhkan agar tidak terus menerus berlarut dalam rasa sedih yang muncul. Jadi, saat duka sedang menghampirimu, segera temukan sabunmu sendiri, ya!
Perspektif baru akan kamu temukan setelah membaca novel ringan ini. Kamu mungkin akan lebih mudah memahami orang-orang terdekat yang sedang dalam proses berduka. Atau, justru jadi lebih memahami dirimu sendiri saat luka di hati muncul karena kehilangan sesuatu yang sangat disayangi. Segera baca buku lengkapnya untuk dapat insight yang lebih mendalam!