Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi wawancara beasiswa (pexels.com/Edmond Dantès)

Wawancara bisa jadi momen yang super menentukan dalam proses pendaftaran beasiswa. Bukan cuma soal IPK tinggi atau segudang prestasi, tapi soal bagimana cara kita membawa diri dalam waktu yang sangat terbatas.

Tiga menit pertama menjadi hal yang krusial dalam wawancara beasiswa. First impression bisa memberikan penilaian awal apakah kita kandidat yang layak atau bukan, lho!

Kita bisa memanfaatkan tiga menit pertama itu untuk menunjukkan siapa diri kita, apa motivasi kita, dan seberapa layak kita buat mendapatkan beasiswa. Yuk, simak tujuh strategi jitu berikut agar pewawancara langsung tertarik sama kita!

1. Masuk ruangan dengan bahasa tubuh percaya diri

Ilustrasi wawancara beasiswa (unsplash.com/Resume Genius)

Masuk ruangan dengan penuh percaya diri memberikan kesan pertama yang kuat kepada pewawancara. Gestur tubuh yang tegap, senyum yang tulus, dan kontak mata yang sopan memperlihatkan bahwa kita siap dan serius mengikuti proses seleksi.

Pewawancara sering kali menilai sikap dan kepribadian dalam beberapa detik pertama, sehingga aura percaya diri dapat membedakan kita dari kandidat lain yang mungkin terlihat gugup atau ragu-ragu.

Untuk wawancara offline, pastikan kita mengetuk pintu sebelum masuk, berjalan tegak, menyapa dengan suara jelas, dan berjabat tangan jika diperkenankan. Sementara untuk wawancara online, atur posisi kamera sejajar mata, gunakan pencahayaan yang baik, dan tampilkanlah sikap penuh percaya diri.

2. Buka dengan sapaan dan ucapan terima kasih

Ilustrasi wawancara daring (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Mengucapkan salam dan terima kasih di awal merupakan bentuk sopan santun yang bikin suasana jadi lebih hangat. Ini bukan hanya tentang etika, tapi juga menunjukkan kita menghargai waktu dan kesempatan yang diberikan.

Misalnya, kita bisa bilang, “Selamat pagi, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu saya hari ini.” Memang terdengar simpel, tapi gesture itu menunjukkan kita bukan tipe yang asal-asalan. Pewawancara suka kandidat yang punya attitude positif sejak awal.

3. Kenalkan diri dengan personal branding yang kuat

Ilustrasi wawancara beasiswa (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutiona)

Daripada sekadar menyebutkan nama, asal kampus, dan jurusan, lebih baik kita sampaikan siapa diri kita lewat cerita kecil yang menggambarkan keunikan kita. Ini bisa jadi titik awal pewawancara tertarik buat mengenal kita lebih jauh.

Contohnya: “Saya Fikri, lulusan teknik lingkungan yang sejak SMA aktif membuat program edukasi air bersih di desa tempat tinggal saya.” Cerita pendek seperti ini bukan hanya mengenalkan nama, tapi juga langsung memberikan gambaran nilai yang kita bawa.

4. Ceritakan pengalaman personal yang menggerakkan kita

Ilustrasi wawancara beasiswa (unsplash.com/Christina @ wocintechchat.com)

Gak ada yang lebih menarik dari cerita yang datang dari pengalaman nyata. Misalnya, “Saya tumbuh di daerah terpencil yang sulit akses listrik, itu yang bikin saya pengin mengembangkan energi terbarukan berbasis komunitas.” Ini bukan sekadar cerita, tapi alasan kenapa kita punya misi tertentu.

Cerita seperti ini menunjukkan bahwa kita punya kedekatan emosional dengan tujuan kita. Pewawancara bakal lebih percaya sama orang yang punya alasan kuat di balik pilihan hidupnya.

5. Jaga bahasa tubuh, posisi duduk, dan kontak mata

Ilustrasi wawancara online (pexels.com/Anna Shvets)

Menjaga bahasa tubuh dan posisi duduk sangat penting karena pewawancara membaca sinyal nonverbal untuk menilai kepercayaan diri, rasa hormat, dan kesiapanmu. Bahasa tubuh yang positif seperti duduk tegak, tidak menyilangkan tangan, serta sesekali mengangguk saat mendengarkan menunjukkan keterlibatan aktif.

Hindari gerakan gelisah seperti menggoyang-goyangkan kaki atau memainkan pulpen, karena bisa menandakan kegugupan atau kurang fokus.

Dalam wawancara offline, pilih posisi duduk yang tegak namun tetap rileks, letakkan tangan di atas meja atau di pangkuan, dan jaga kontak mata secara alami. Untuk wawancara online, pastikan kursi tidak terlalu rendah atau tinggi dibandingkan kamera, duduk di tengah frame dengan latar yang rapi, dan hindari terlalu sering melihat ke arah lain atau layar lain untuk menjaga kontak mata dengan pewawancara. Kontrol ekspresi wajah agar tetap tenang dan ramah sepanjang sesi.

6. Tunjukkan antusiasme tapi gak berlebihan

Ilustrasi wawancara beasiswa (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Antusiasme bisa kita perlihatkan sejak awal sesi wawancara, lho! Pewawancara lebih suka ngobrol sama orang yang bersemangat, karena itu menunjukkan kita benar-benar menghargai kesempatan ini. Tapi, pastikan ekspresinya gak lebay dan tetap terkontrol, ya!

Cukup dengan nada bicara yang hidup, bahasa tubuh terbuka, dan kalimat-kalimat afirmatif. Misalnya, “Saya sangat tertarik dengan kesempatan ini karena saya percaya ini adalah langkah penting buat misi sosial yang saya bangun.” Sikap ini menunjukkan komitmen dan passion tanpa terlihat dibuat-buat.

7. Kendalikan nada suara dan cara bicara

Ilustrasi wawancara beasiswa (unsplash.com/Christina @ wocintechchat.com)

Nada suara yang terlalu pelan bikin kita terdengar kurang percaya diri, sementara yang terlalu keras bisa dianggap arogan. Cara bicara yang jelas, terstruktur, dan santai justru menunjukkan kematangan berpikir.

Latih cara bicara kita agar tetap terdengar natural tapi punya bobot. Hindari kata-kata filler kayak “eee…” atau “anu…” terlalu sering. Kalau bisa, pakai intonasi yang dinamis biar obrolan gak terasa monoton. Ini penting banget, apalagi kalau wawancaranya lewat video call.

Nah, itulah tadi beberapa usaha yang bisa kita lakukan di tiga menit awal wawancara beasiswa. Wawancara beasiswa memang bisa menjadi pengalaman yang menegangkan, tapi dengan persiapan yang matang, kita bisa memanfaatkan tiga menit pertama untuk memberikan kesan yang kuat dan positif.

Mulai dari senyum, perkenalan yang tepat, hingga bahasa tubuh yang mendukung, semua faktor tersebut dapat membantu kita memperbesar peluang untuk mendapatkan beasiswa yang kita inginkan.

Jangan lupa, tiga menit pertama adalah waktu yang sangat berharga. Dengan menerapkan tujuh strategi ini, kita bisa meningkatkan peluang untuk sukses dan memastikan bahwa pewawancara merasa yakin bahwa kita adalah kandidat yang tepat. Tetap semangat dan good luck!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team