Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Gak Gampang Kesel saat Lihat Komentar Nyinyir di Medsos, Slow!

ilustrasi membuka media sosial (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi membuka media sosial (pexels.com/cottonbro studio)

Di era digital ini, komentar nyinyir sudah jadi bagian tak terelakkan dari aktivitas media sosial. Mau kontennya informatif, niat baik, atau sekadar lucu-lucuan, selalu saja ada komentar yang isinya sinis, menghakimi, bahkan menyerang secara personal. Sayangnya, komentar seperti ini bisa berdampak besar terhadap emosi kita. Sekali dua kali mungkin masih bisa diabaikan, tapi kalau terus-menerus muncul, bukan gak mungkin kamu jadi merasa tertekan, marah, atau kecewa tanpa alasan yang jelas.

Kamu nggak sendiri. Banyak orang merasa hal yang sama, apalagi kalau mereka aktif di media sosial sebagai kreator atau sekadar pengguna biasa yang senang berbagi. Maka dari itu, penting untuk melatih diri agar nggak gampang terbawa emosi tiap kali melihat komentar negatif. Yuk, coba lima tips berikut ini agar kamu bisa tetap tenang, punya mental digital yang kuat, dan nggak gampang kesel saat berhadapan dengan nyinyiran online!

1. Jangan langsung reaktif, beri jeda sebelum merespons

ilustrasi seseorang berkelahi di kolom komentar sosial media (pexels.com/EVG Kowalievska)
ilustrasi seseorang berkelahi di kolom komentar sosial media (pexels.com/EVG Kowalievska)

Melihat komentar nyinyir bisa memancing emosi dalam hitungan detik. Rasanya seperti ingin langsung membalas dengan nada sinis juga, atau mungkin ingin menjelaskan panjang lebar. Namun, reaksi cepat seperti ini sering kali justru memperburuk keadaan. Sebelum kamu membalas atau bereaksi, beri jeda beberapa menit, tarik napas, dan pikirkan baik-baik.

Memberi jeda bisa jadi momen penting untuk menilai apakah komentar itu memang perlu ditanggapi atau cukup diabaikan. Banyak komentar negatif ditulis bukan untuk membangun diskusi, tapi sekadar memancing emosi. Jadi, kamu berhak untuk gak menanggapi semuanya. Dengan menahan diri, kamu menjaga energi dan fokusmu untuk hal yang lebih penting.

2. Bedakan antara kritik membangun dan nyinyiran kosong

ilustrasi seorang pria menulis komentar dan membuat drama (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi seorang pria menulis komentar dan membuat drama (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gak semua komentar negatif itu buruk. Ada kritik yang disampaikan dengan jujur, meskipun terdengar pahit. Namun, beda dengan nyinyiran yang sering kali gak jelas arahnya, bersifat menyerang pribadi, atau sekadar menghakimi tanpa dasar. Belajar membedakan keduanya bisa membantumu mengelola emosi dengan lebih rasional.

Kalau kamu merasa komentar tersebut mengandung saran yang bisa membantumu berkembang, catat dan pertimbangkan. Tapi jika komentarnya hanya berisi sindiran, hinaan, atau niat menjatuhkan, kamu berhak untuk mengabaikannya. Gak semua orang layak mendapat respon, dan kamu punya kendali penuh atas energi yang ingin kamu keluarkan di media sosial.

3. Jangan ambil hati dari orang yang gak kamu kenal secara personal

ilustrasi seseorang marah akibat kolom komentar (pexels.com/Greta Hoffman)
ilustrasi seseorang marah akibat kolom komentar (pexels.com/Greta Hoffman)

Media sosial membuat kita bisa terhubung dengan banyak orang, tapi juga menciptakan jarak emosional karena interaksi yang serba cepat dan anonim. Komentar nyinyir sering kali datang dari akun yang bahkan gak menampilkan identitas asli. Penting untuk diingat bahwa pendapat dari orang asing di internet gak menentukan nilai dirimu. Mereka gak tahu siapa kamu sebenarnya, bagaimana usahamu, atau apa yang sedang kamu perjuangkan.

Kalau kamu terus-menerus menginternalisasi semua komentar negatif, kamu sedang memberi kekuatan kepada orang yang bahkan gak punya ruang nyata dalam hidupmu. Alih-alih merasa sakit hati, kamu bisa mengembangkan sikap ‘mental tembok’, tetap sadar bahwa komentar itu ada, tapi gak harus kamu serap. Fokus pada orang-orang yang kamu percaya dan kenal secara personal jauh lebih sehat untuk keseimbangan emosimu.

4. Kurasi timeline dan kolom komentar sesuai kebutuhan mentalmu

ilustrasi seseorang sakit hati membaca komentar pedas (pexels.com/Katrin Bolovtsova)
ilustrasi seseorang sakit hati membaca komentar pedas (pexels.com/Katrin Bolovtsova)

Kalau kamu merasa media sosial mulai mengganggu kesehatan mental, jangan ragu untuk mengatur ulang lingkungan digitalmu. Gunakan fitur mute, block, atau restrict pada akun-akun yang sering memberi komentar negatif. Kamu juga bisa menonaktifkan komentar di beberapa postingan, membatasi siapa yang bisa mengomentari, atau memfilter kata-kata tertentu secara otomatis. Ini bukan berarti kamu gak tahan kritik, tapi kamu sedang memilih ruang yang lebih sehat untuk dirimu sendiri.

Mengatur lingkungan digital sama pentingnya dengan mengatur lingkungan fisik. Kamu punya hak penuh untuk menciptakan ruang aman di media sosial, terutama kalau kamu aktif membuat konten. Dengan membatasi akses bagi orang-orang yang hanya datang untuk menebar nyinyir, kamu sedang melindungi ketenangan dan kreativitasmu dari hal-hal yang gak perlu.

5. Ingat bahwa validasi terbesar datang dari diri sendiri, bukan kolom komentar

ilustrasi seseorang membuat caption sosial media (pexels.com/Los Muertos Crew)
ilustrasi seseorang membuat caption sosial media (pexels.com/Los Muertos Crew)

Salah satu alasan kita gampang kesel saat melihat komentar nyinyir adalah karena secara gak sadar, kita masih berharap semua orang menyukai apa yang kita bagikan. Tapi kenyataannya, gak semua orang akan setuju, suka, atau mengapresiasi apa yang kamu lakukan. Dan itu gak apa-apa. Validasi terbesar bukan datang dari banyaknya likes atau pujian, tapi dari perasaan bahwa kamu sudah melakukan hal yang benar sesuai nilai dan prinsipmu.

Saat kamu punya fondasi yang kuat dalam menghargai diri sendiri, komentar negatif gak akan mudah mengguncangmu. Kamu bisa tetap merasa bangga pada dirimu, bahkan ketika ada orang lain yang merendahkan. Semakin kamu membiasakan diri mencari pengakuan dari dalam, semakin kecil pengaruh komentar nyinyir terhadap perasaanmu. Karena pada akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana kamu memandang dirimu sendiri, bukan bagaimana orang asing menilaimu di internet.

Komentar nyinyir di media sosial memang bisa terasa mengganggu, tapi kamu punya pilihan untuk gak selalu merespons dengan emosi. Dengan memberi jeda sebelum bereaksi, memilah jenis komentar, menjaga jarak dari akun anonim, dan menciptakan ruang digital yang sehat, kamu bisa menjaga mental tetap stabil dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.

Ingat, kamu gak hidup untuk membuktikan apa-apa ke semua orang di internet. Jadilah versi terbaik dari dirimu, bukan versi yang disetujui semua orang. Mental digital yang kuat bukan soal kebal, tapi soal tahu kapan harus merespons, kapan harus mengabaikan, dan kapan harus melindungi diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo
EditorAtqo
Follow Us