Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Menulis Esai untuk Beasiswa, Bikin Kamu Lebih Menonjol!

ilustrasi menggunakan laptop (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Pahami visi dan nilai beasiswa yang kamu lamar
  • Mulai dengan cerita diri sendiri yang bermakna
  • Jangan cuma cerita, tapi tunjukkan dampak dan prosesnya

Esai beasiswa itu bisa jadi satu penentu antara kamu yang terpilih mendapatkannya atau hanya sekadar masuk waiting list penerima. Bukan cuma soal tata bahasa atau gaya bahasa yang rapi, tapi soal bagaimana kamu menunjukkan siapa dirimu, apa yang kamu perjuangkan, dan kenapa kamu pantas dapat dukungan finansial dari penyelenggara beasiswa. Di sinilah banyak orang bingung, gak tahu harus mulai dari mana, harus cerita apa.

Pada akhirnya, nulis esai yang terdengar datar dan gak meninggalkan kesan. Padahal, esai beasiswa adalah kesempatan emas untuk menunjukkan sisi personal yang gak bisa dilihat dari nilai akademik atau CV saja. Nah, biar gak bingung, berikut lima tips yang bisa bantu kamu menulis esai beasiswa yang lebih bermakna dan punya kesempatan lebih besar.

1. Pahami visi dan nilai beasiswa yang kamu lamar

ilustrasi membaca (pexels.com/picjumbo.com)
ilustrasi membaca (pexels.com/picjumbo.com)

Sebelum nulis esai, luangkan waktu buat benar-benar baca informasi dari penyelenggara beasiswa. Cari tau apa misinya dan siapa target yang ingin mereka bantu? Kemudian, nilai-nilai apa yang mereka perjuangkan? Ini penting banget karena setiap program beasiswa biasanya punya fokus berbeda. Ada yang menekankan pada kepemimpinan, ada yang menyorot prestasi akademik, ada juga yang mencari calon penerima yang punya kontribusi sosial.

Nah, dengan memahami karakter beasiswa yang kamu tuju, kamu bisa menyelaraskan cerita dan pengalamanmu dengan apa yang mereka cari. Bukan berarti kamu harus memanipulasi cerita, tapi kamu bisa memilih bagian dari hidupmu yang paling relevan untuk ditonjolkan. Kalau kamu fokus pencarian mereka, kamu bisa menyusun narasi yang lebih sesuai.

2. Mulai dengan cerita diri sendiri yang bermakna

ilustrasi menulis esai (pexels.com/Vlada Karpovich)

Selanjutnya, esai yang bagus biasanya punya pembuka yang kuat. Jadi, hindari menulis paragraf pembuka esai dengan hal seperti “Saya ingin mendapatkan beasiswa ini karena” atau menuliskan kutipan motivasi yang udah terlalu sering dipakai. Lebih baik mulai dengan pengalaman nyata yang membentuk siapa kamu hari ini. Misalnya, kamu menuliskan perasaanmu saat gagal di sebuah seleksi, atau perjuangan saat harus bekerja sambil sekolah.

Cerita yang personal dan jujur jauh lebih menyentuh daripada paragraf yang terlalu formal. Tapi ingat, tetap jaga agar ceritanya relevan dengan tema atau pertanyaan esai. Fokus pada satu peristiwa atau momen yang punya dampak besar, lalu kembangkan bagaimana itu mengubah cara kamu melihat dunia atau membuat keputusan dalam hidupmu, ya!

3. Jangan cuma cerita, tapi tunjukkan dampak dan prosesnya

ilustrasi perempuan sedang bekerja dengan laptop (unsplash.com/dtbosse)
ilustrasi perempuan sedang bekerja dengan laptop (unsplash.com/dtbosse)

Banyak yang menulis esai hanya seperti daftar pengalaman. Seperti menuliskan penghargaan, kemenangan dan mengikuti banyak kegiatan organisasi, tapi semuanya tanpa penjelasan yang mendalam. Sayangnya, itu semua cuma jadi list yang biasa saja. Satu hal yang bikin esai menarik adalah saat kamu menjelaskan proses di balik pengalaman itu. Apa tantangan yang kamu hadapi? Apa yang kamu pelajari? Gimana dampaknya buat orang lain atau dirimu sendiri?

Misalnya, kamu bisa bilang bahwa kamu memimpin proyek sosial di lingkungan tempat tinggalmu. Namun, alih-alih berhenti sampai di situ, jelaskan gimana kamu mengatasi hambatan dana, membentuk tim yang solid, atau mengukur keberhasilan proyek itu. Bagian proses inilah yang membedakan kamu dari pelamar lain yang mungkin punya pengalaman serupa denganmu.

4. Tautkan cerita dan mimpimu dengan program beasiswa tersebut

ilustrasi berpikir (pexels.com/Vanessa Garcia)

Penyelenggara beasiswa pastinya ingin tahu kalau mereka bantu kamu sekarang, apa dampak yang kamu berikan nanti. Di sinilah kamu bisa menautkan mimpi dan rencana jangka panjangmu dengan program beasiswa yang ditawarkan. Ceritakan bagaimana beasiswa ini jadi langkah strategis dalam perjalanan karier atau kontribusimu ke masyarakat nantinya.

Tunjukkan bahwa kamu gak hanya butuh beasiswa secara finansial, tapi juga menghargai peluang belajar, koneksi, atau pengalaman yang ditawarkan. Misalnya, kamu bisa bilang bahwa program ini relevan dengan riset yang ingin kamu kembangkan, atau cocok dengan visi yang selama ini kamu perjuangkan. Tunjukkan bahwa kamu udah tahu betul apa yang bisa kamu dapat dan berikan dari program tersebut.

5. Revisi, baca dengan lantang, dan minta umpan balik

ilustrasi sekelompok orang melihat laptop (unsplash.com/clayton_cardinalli)
ilustrasi sekelompok orang melihat laptop (unsplash.com/clayton_cardinalli)

Terakhir, nulis esai itu bukan pekerjaan sekali jadi. Setelah draft pertama selesai, simpan dulu, dan baca ulang setelah beberapa jam atau keesokan harinya. Baca keras-keras biar kamu bisa dengar alur kalimat dan mendeteksi bagian yang terdengar janggal. Periksa tata bahasa, tanda baca, dan struktur paragraf.

Jangan lupa untuk minta juga masukan dari orang lain. Bisa teman yang pernah lolos beasiswa, guru, mentor, atau siapa pun yang bisa kasih perspektif objektif. Terkadang kamu terlalu dekat dengan tulisanmu sendiri sampai gak sadar bagian mana yang membingungkan atau terlalu datar. Nah, umpan balik bisa bantu kamu memoles esai jadi lebih tajam dan impactful.

Menulis esai beasiswa bukan sekadar memenuhi syarat administratif. Ini adalah cara kamu berbicara kepada tim seleksi tentang siapa kamu dan kenapa kamu layak diberi kesempatan. Dengan lima tips di atas, kamu bisa bikin esaimu menonjol di antara ribuan pelamar lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us