ilustrasi ibadah haji dan umrah (pexels.com/hafizhumayunkhan)
Meskipun umrah tidak termasuk dalam lima rukun Islam seperti haji, pentingnya tidak dapat diabaikan. Dalam sejarah, umrah dan haji memiliki tempat yang strategis, baik di hadapan Allah maupun dalam konstruksi sosial masyarakat Arab jahiliah. Masyarakat Arab jahiliah rutin menunaikan ibadah haji sebagai bagian dari rutinitas tahunan mereka, karena selain Ka'bah merupakan kebanggaan mereka, juga sebagai upaya menelusuri jejak Nabi Ibrahim.
Namun, akibat kejahiliaan mereka, berbagai perubahan terjadi dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah, termasuk pengurangan atau penambahan ritual, seperti tidak melakukan wukuf di Arafah atau sai antara Shafa dan Marwah. Islam kemudian datang dan memperbaiki hal tersebut, mengembalikan ritual sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
Nabi Muhammad sendiri menunaikan ibadah haji dua kali sebelum hijrah ke Madinah, menutup dan mengunci tata cara pelaksanaan tersebut, menolak praktik-praktik jahiliah yang telah mengubah esensi ibadah tersebut. Meskipun ibadah haji dan umrah sempat mengalami masa-masa kelam dalam sejarahnya, dengan harapan agar kegelapan tersebut tidak terulang kembali.